Revolusi Sosial Sumatera Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 5:
Karena sulitnya komunikasi dan transportasi, [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945]] baru dibawa oleh Mr. [[Teuku Mohammad Hasan|Teuku Muhammad Hasan]] selaku Gubernur Sumatra dan Mr. [[Mohammad Amir]] selaku Wakil Gubernur Sumatra dan diumumkan di Lapangan Fukereido (sekarang [[Lapangan Merdeka (Medan)|Lapangan Merdeka]]), [[Medan]] pada tanggal 6 Oktober 1945. Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan AFNEI dibawah pimpinan Brigjen T. E. D. Kelly mendarat di [[Belawan]].
 
Kedatangan pasukan AFNEI ini diboncengi oleh pasukan [[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|NICA]] yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan dan membebaskan tawanan perang orang-orang Belanda di Medan.<ref>{{Cite web |url=http://sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1973&page=4 |title=Kalender Peristiwa 6 Oktober 1945 Sejarah TNI |access-date=2010-12-27 |archive-date=2016-03-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160305015752/http://sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1973&page=4 |dead-url=yes }}</ref> Pada pertengahan abad ke-19, [[Sejarah Kota Medan#Perkebunan Tembakau|perkebunan tembakau]] tumbuh dengan pesat di wilayah [[kesultanan Deli]] sehingga mengakibatkan migrasi buruh (''[[Kuli|koeli]]'') perkebunan yang diangkut oleh Belanda. Pada awal abad ke-20, hampir separuh penduduk [[Sumatra Timur]] adalah buruh pendatang dari tanah Jawa yang banyak dieksploitasi oleh Belanda.
 
Meletusnya revolusi sosial di Sumatra Utara tidak terlepas dari sikap sultan-sultan, raja-raja dan kaum feodal, pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap [[kemerdekaan Indonesia]]. Karena, setelah Jepang masuk, [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|Pemerintah Jepang]] mencabut semua hak istimewa kaum bangsawan dan lahan perkebunan diambil alih oleh para buruh. Kaum bangsawan tidak merasa senang dan berharap untuk mendapatkan hak-haknya kembali dengan bekerja sama dengan [[Hindia Belanda|Belanda]]/[[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|NICA]], sehingga semakin menjauhkan diri dari pihak pro-republik.