Dalam budaya tradisional [[Hawaii]] dan [[Polinesia]], tikus adalah makanan sehari-hari bagi rakyat jelata. Saat berpesta, orang Polinesia [[Rapa Nui]] biasa makan daging tikus, tetapi raja tidak diizinkandiperkenankan menyantap daging tikus, karena kepercayaan penduduk pulau itu pada "keadaan kesucian" yang disebut tapu.<ref>Leach, Helen. (February 2003) ''Did East Polynesians Have a Concept of Luxury Foods?'' World Archaeology, Vol. 34, No. 3, Luxury Foods. pp. 442–457.</ref> Saat mempelajari situs arkeologi prakontak di Hawaii, para arkeolog menemukan bahwa sisa-sisa tikus yang terkait dengan rumah tangga rakyat jelata jauh lebih banyak daripada di rumah tangga elit. Tulang tikus yang ditemukan di semua lokasi umumnya dalam kondisi terpotong-potong, dibakar, dan ditutupi bahan berkarbonisasi, yang menunjukkan bahwa tikus dimakan sebagai makanan. Ditemukannya sisa-sisa tikus yang lebih banyak di rumah rakyat jelat dapat menunjukkan bahwa kaum bangsawan Hawaii sebelum kontak dengan Eropa tidak mengkonsumsi tikus akibat masalah tradisi atau selera.<ref>{{cite journal | last1 = Kirch | first1 = Patrick V. | last2 = Sharyn Jones | first2 = O'Day | year = 2003 | title = New Archaeological Insights into Food and Status: A Case Study from Pre-Contact Hawaii. | journal = World Archaeology | volume = 34 | issue = 3| pages = 484–497 | doi=10.1080/0043824021000026468| s2cid = 161955651 }}</ref>