Sumatra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Sejarah: Tulisan luar
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Reverted to revision 19016849 by RianHS (talk): Sumber diperlukan
Tag: Pembatalan
Baris 24:
|ethnic_groups = [[Suku Melayu|Melayu]], [[Suku Batak|Batak]], [[Orang Minangkabau|Minangkabau]], [[Suku Aceh|Aceh]], [[Suku Lampung|Lampung]], [[Suku Karo|Karo]], [[Suku Nias|Nias]], [[Suku Rejang|Rejang]], [[Suku Komering|Komering]], [[Suku Gayo|Gayo]], dan lain-lain
|map_caption=Pulau Sumatra di Indonesia|timezone=[[Waktu Indonesia Barat]] ([[UTC+07:00]])}}
'''Sumatra''' (bentuk tidak baku: '''Sumatera''')<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sumatra|title=Hasil Pencarian - KBBI Daring|website=kbbi.kemdikbud.go.id}}</ref> adalah [[pulau]] [[Daftar pulau menurut luas wilayah|keenam terbesar di dunia]] yang keseluruhan nya milik terletak di [[Indonesia]], dengan luas 473.481&nbsp;km². Penduduk pulau ini sekitar 57.940.351 (sensus 2018). Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu ''Pulau Percha'', ''Andalas'', atau ''Suwarnadwipa'' ([[bahasa Sanskerta]], berarti "pulau emas"). Kemudian pada [[Prasasti Padang Roco]] tahun 1286 dipahatkan ''swarnnabhūmi'' ([[bahasa Sanskerta]], berarti "tanah emas") dan ''bhūmi mālayu'' ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah [[Negarakertagama]] dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
 
== Etimologi ==
Asal nama Sumatra berawal dari keberadaaan Kerajaan [[Kesultanan Samudra Pasai|Samudra]] (terletak di pesisir timur [[Aceh]]). Diawali dengan kedatanga kekhalifahan Bani Abbasiyah keturunan dari ahlul bait Sayyidina Hussein beranjak menuju Pasai yang salah satunya adalah Sultan Iskandar Zulkarnain pada tangal 4 Dzul Hijjah 135 Hijriyah di Pasai pesisir Utara Sumatra dan kunjungan [[Ibnu Batutah]], petualang asal [[Maroko]] ke negeri tersebut pada tahun [[1345]], dia melafalkan kata ''Samudra'' menjadi ''Shumathra'',<ref>Hamka (1950) ''[https://ia803101.us.archive.org/17/items/hamkasedjarahislamdisumaterazlib.org1/%5BHamka%5D_Sedjarah_Islam_di_Sumatera%28z-lib.org%29%20%281%29.pdf Sedjarah Islam di Sumatera]'' Medan : Pustaka Nasional. hal 7</ref> dan kemudian menjadi ''Sumatra'', selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan [[Portugis]], untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang.<ref>Nicholaas Johannes Krom, ''De Naam Sumatra'', BKI, 100, 1941.</ref>
 
Nama asli Sumatra, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah ''Pulau Ameh'' ([[bahasa Minangkabau]], berarti pulau emas) kita jumpai dalam cerita [[Cindua Mato]] dari [[Minangkabau]]. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatra. Seorang musafir dari [[Tiongkok]] yang bernama [[I-tsing]] (634-713) yang bertahun-tahun menetap di [[Sriwijaya]] (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatra dengan nama ''chin-chou'' yang berarti "negeri emas".
Baris 53:
 
== Sejarah ==
{{sect-stub}}
 
Di [[Sidang Salai]] pada zaman megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, di mana masyarakatnya menggunakan peralatan dari batu yang berukuran besar. Secara etimologi, megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang artinya batu. Di SKB (Sindang Sulai) jaman tersebut di mulai dari tahun 200 Sebelum Masehi berahir pada tahun 260 Masehi terdapat peninggalan-peninggalan yang masih bisa kita jumpai hingga saat ini diantaranya Situs Batu Brak, Batu Kayangan, Batu Beghak, Batu Raja, Batu kebun tebbu, Batu penunjuk sakti, Batu jadi, Batu Selalau serta situs bebatuan yang berada di penyambungan Bukit Sulang (Hematang Sulang). Pada tahun 997 Masehi terdapat prasasti hujung langit terdapat tulisan kuno Aksara Pallawa dengan bahasa Melayu Kuno tertulis di dalam Prasasti ini pada baris ke-7 dari 16 baris salah satu tokoh nama raja Sidang Salai.
 
Setelah masa kekhalifahan muncul yang terahir adalah Sayyidina Husain cucu Rasulullah SAW, menyebar keseluruh dunia membawa agama islam disanalah antara lain sampailah ahlul bait ini Sayyidina Husain di Pasai dari [[Pasai]] salah satu namanya [[Sultan Iskandar Zulkarnain]] pada tahun sekitar abad ke-7 memiliki anak cucu berangkat menuju Pagaruyung sekitar tanggal 3 bulan Muharram 136 Hijriyah syiar islam setelah itu beranjak ke mukomuko Bengkulu diperkirakan pada Rajab 142 H dari mukomuko berangkat menuju Sidang Salai Kuno mendirikan Kerajaan Sidang Salai pada bulan Syawwal 142 Hijriyah. Pada abad ke-13 rajab 688 hijriyah empat umpu serta pendahulunya melakukan penaklukan Kerajaan Sidang Salai Kuno yang bersukukan tumi menganut kepercayaan beragama corak hindu menganut animisme.
 
Selanjutnya disekitaran tahun 1812 Masehi Sultan [[Kesultanan Palembang]] dengan tujuh kapal di buang ke Ternate oleh Belanda seluruhnya termasuk anak cucu nya tidak ada yang ditinggalkan di berangkatkan semua kappal ke-1 berisikan raja keluarga dan kerabat-kerabatnya, kapal ke-2 punggawa pendekar-pendekar kerajaan, kapal ke-3 Juru masak, kapal ke-4 para penari-penari kerajaan dan sebagainya, kapal ke-5 bahan makanan buah-buahan sayuran dan sebagainya, kapal ke-6 para kiyai-kiyai kerajaan, kapal ke-7 pejabat-pejabat kerajaan, pada jama ini pula terjadilah Traktat London, tukar guling kekuasaan Inggris dan Belanda, saat pemerintahan colonial belanda menggantikan Inggris untuk berkuasa di Wilayah Keresidenan Bengkulu-Inggris termasuk wilayah pesisir krui. Pada tanggal 25 Desember 1947 pernah terbentuknya Negara Sumatera Timur hasil dari RIS Belanda. Kemudian bergabung kembali dengan Republik Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1950.
 
Sumatera Timur dipimpin oleh Presiden Dr. Tengku Mansoer, yang menguasai wilayah -wilayah berikut:
#Kabupaten Langkat
#Kesultanan Deli
#Kesultanan Serdang
#Serdang Begadai
# Karo
# Kabupaten Simalungan
# Kabupaten Batubara
# Asahan
# Kabupaten Siak
# Tamian
# Pelalawan
# Indragiri
# Riau-Lingga
 
== Penduduk ==
Baris 133 ⟶ 113:
* [[Gunung Talamau]], Sumatra Barat (2.912 m)
* Gunung Talang, Sumatra Barat (2.597 m)
* [[Gunung Pesagi]], [[Lampung]] (3.221) MDPL.
{{EndDiv}}