Sublimus Dei: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Altitudo Divini Consilii ≠ Sublimis Deus |
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala |
||
Baris 3:
'''Sublimus Dei''' (juga dirujuk sebagai '''Sublimus Deus''' dan '''Sublimis Deus''') adalah sebuah [[Bulla kepausan]] yang diterbitkan oleh [[Paus Paulus III]] pada tanggal 29 Mei 1537 yang melarang perbudakan penduduk asli Amerika (yang dijuluki sebagai orang-orang India dari Barat dan dari Selatan) dan orang-orang lainnya.
Sri Paus menggunakan bahasa yang hampir sama dalam bulla ini dan dalam suratnya ''Veritas ipsa'' yang ditujukan kepada [[Kardinal]] Juan de Tavera, Uskup Agung Toledo, [[Spanyol]], yang dikirimkan kurang dari sebulan sebelumnya pada tanggal 2 Mei 1537. [[Paus Paulus III]] dengan tegas menyatakan bahwa para penduduk asli Amerika adalah makhluk berakal-budi dan berjiwa, dan ia mencela pemikiran apapun yang bertentangan dengan hal ini sebagai sesuatu yang terinspirasi oleh "musuh umat manusia", setan. Ia lebih jauh mengutuk pengurangan hak asasi mereka ke dalam perbudakan dengan kata-kata yang paling keras, menyatakan bahwa perbudakan atas orang-orang yang telah diketahui kondisinya maupun yang mungkin ditemukan lagi pada masa depan adalah sesuatu yang tidak sah dan harus dihentikan. Ia berkata bahwa setiap orang berhak atas kemerdekaan dan kepemilikan harta benda, dan menutup surat tersebut dengan panggilan untuk penginjilan terhadap orang-orang yang tertindas tersebut.
Bulla ini memiliki pengaruh yang kuat pada [[Debat Valladolid]], dan prinsip-prinsipnya pada akhirnya menjadi posisi resmi [[Charles V]], [[Kaisar Romawi Suci]], dan Raja Spanyol, walaupun hal ini sering kali tidak diacuhkan oleh kaum kolonial dan kaum [[Conquistador]] sendiri.
== Latar belakang ==
Dalam bulla-bulla ''Dum diversas'' (1452) dan ''Romanus Pontifex'' (1455) hak untuk menjadikan kaum penyembah berhala sebagai para budak selama hidupnya diberikan kepada umat Kristiani. Bulla-bulla ini selanjutnya digunakan sebagai pembenaran atas zaman perdagangan budak dan [[kolonialisme]].
Dengan kesadaran bahwa Benua Amerika memiliki wilayah dunia yang tidak diketahui oleh bangsa Eropa sebelumnya, muncullah spekulasi yang keras terhadap pertanyaan apakah penduduk asli wilayah ini benar-benar manusia atau bukan. Bersamaan dengan pertanyaan ini muncul juga perdebatan atas perlakuan yang salah terhadap para penduduk asli ini oleh kaum [[Conquistador]] dan kaum kolonial.
|