Perang Diponegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Inayubhagya (bicara | kontrib)
k Membalikkan revisi 19157334 oleh محمد بن هارمان بن حسن (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Inayubhagya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
|casus=Jalan yang dibangun Belanda melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro
|result=Pangeran [[Diponegoro]] dibuang ke [[Makassar]];<ref name="sulawesi">Toby Alice Volkman: ''Sulawesi: island crossroads of Indonesia'', Passport Books, 1990, ISBN 0844299065, [http://books.google.com/books?ei=ACmtT6-3C5LN4QST_72dDA&hl=de&id=ZNdwAAAAMAAJ&dq=java+war+Diponegoro+deported+makassar&q=%22deported+to+manado+and+then+to+makassar%22 page 73].</ref> pemberontakan berakhir
|combatant1=[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22px]] [[Imperium Belanda|Belanda]]{{br}}
|combatant1={{flagicon|Belanda}} [[Belanda]]{{br}}{{flagicon|Belanda}}{{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} Golongan Jawa yang pro-Belanda
|combatant2={{ubl|Pasukan Jawa|Pasukan bayaran Tionghoa}}
|combatant2={{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} [[Milisi]] Pro-Pangeran [[Diponegoro]]{{br}}{{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} Golongan Jawa anti-Belanda{{br}}{{flagicon|Dinasti Qing}}{{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} Tentara Jawa-Tionghoa
|commander1={{flagiconubl|Belanda}} [[Hendrik Merkus de Kock|JendralHendrik DeM. de Kock]]{{br}}{{flagicon|Belanda}}Hermanus [[NahuysW. van Burgst]]{{brDotulong}}{{flagicon|Belanda}}{{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} [[Tan Jin Sing]]
|commander2={{ubl|[[Diponegoro]]|[[Sentot Prawirodirdjo]]|[[Kiai Madja]]|[[Nyi Ageng Serang]]|[[Pakubuwana VI]]|Tumenggung Prawirodigdoyo}}
|commander2={{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} Pangeran [[Diponegoro]]{{POW}}{{br}}{{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} Pangeran Serang II{{br}}{{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} Pangeran Purwonegoro{{br}}{{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} Pangeran Notoprojo{{br}}{{flagicon image|Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png}} Raden Sosrodilogo
|strength1=50.000
|strength2=100.000
|casualties1='''Serdadu Eropa''':<br />~8.000<br />'''Serdadu Jawa pro-Belanda''':<br />7.000<ref name="jaap">Jaap de Moor: ''Imperialism and War: Essays on Colonial Wars in Asia and Africa'', BRILL, 1989, ISBN 9004088342, [http://books.google.com/books?ei=fxytT-x0jM_hBIn5icoM&hl=de&id=XL1qJKQtC4MC&dq=Java+War+1825+000&q=%22the+villagers+died+by+tens+of+thousands%22#v=snippet&q=%22the%20villagers%20died%20by%20tens%20of%20thousands%22&f=false page 52].</ref>
|casualties2='''Serdadu Jawa anti-Belanda dan Jawa-Tionghoa''':<br>20,000 tewas dalam perang<ref>Clodfelter, Michael, Warfare and Armed Conflict: A Statistical Reference to Casualty and Other Figures, 1618-1991</ref>
|casualties3='''Milisi dan sipil''':<br />200.000 korban jiwa <ref name="jaap"/><ref>Eric Oey: ''Java'', Volume 3, Tuttle Publishing, 2000, ISBN 9625932445, [http://books.google.com/books?ei=8CCtT5moPIbb4QShvLHIDA&hl=de&id=YA3TNeNUfkAC&dq=Java+War+1825+200000&q=%22the+rebellion+resulted+in+about%22#v=snippet&q=%22the%20rebellion%20resulted%20in%20about%22&f=false page 146]</ref><ref>Renate Loose, Stefan Loose, Werner Mlyneck: ''Travel Handbuch Bali& Lombok'', CQ Press, 2010, ISBN 0872894347, [http://books.google.com/books?ei=fxytT-x0jM_hBIn5icoM&hl=de&id=Sus8pi0Uei8C&dq=Java+War+1825+000&q=%22javaner+w%C3%A4hrend+des+kriegs+umkamen%22#v=snippet&q=%22javaner%20w%C3%A4hrend%20des%20kriegs%20umkamen%22&f=false page 61].</ref><ref>Dan La Botz: ''Made in Indonesia: Indonesian Workers Since Suharto'', South End Press, 2001, ISBN 0896086429, [http://books.google.com/books?ei=5COtT7HLCoTl4QS_1uzyCw&hl=de&id=bUPirRox6VsC&dq=Java+War+1825+200000+massacre&q=%22dutch+must+also+have+killed+tens+of+thousands%22#v=snippet&q=%22dutch%20must%20also%20have%20killed%20tens%20of%20thousands%22&f=false page 69].</ref>
|}}
Baris 42:
Pada hari Rabu, [[20 Juli]] [[1825]], pihak istana mengutus dua bupati keraton senior yang memimpin pasukan Jawa-Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo sebelum perang pecah. Meskipun kediaman Diponegoro jatuh dan dibakar, pangeran dan sebagian besar pengikutnya berhasil lolos karena lebih mengenal medan di Tegalrejo.<ref name=carey/> Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pasukannya bergerak ke barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga keesokan harinya tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. Pangeran menempati goa sebelah barat yang disebut Goa Kakung, sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur.
 
Penyerangan di Tegalrejo memulai perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun. Diponegoro memimpin masyarakat Jawa, dari kalangan petani hingga golongan priyayi yang menyumbangkan uang dan barang-barang berharga lainnya sebagai dana perang, dengan semangat "''Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati''"; "sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati". Sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan [[Diponegoro]]. Bahkan Diponegoro juga berhasil memobilisasi para bandit profesional yang sebelumnya ditakuti oleh penduduk pedesaan, meskipun hal ini menjadi kontroversi tersendiri.<ref name=carey/> Perjuangan Diponegoro dibantu [[Kyai Maja|Kyai Mojo]] yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan. Dalam perang jawa ini Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubowono[[Pakubuwana VI]] serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.
 
=== Perang sabil ===
Baris 75:
Setelah perang Diponegoro, pada tahun 1832 seluruh raja dan bupati di Jawa tunduk menyerah kepada Belanda kecuali bupati Ponorogo Warok Brotodiningrat III, justru hendak menyerang seluruh kantor belanda yang berada di kota-kota karesidenan Madiun dan di jawa tengah seperti Wonogori, karanganyar yang banyak di huni oleh Warok.[http://www.merdeka.com/peristiwa/warok-ponorogo-dari-rebutan-gemblak-lalu-merebut-kemerdekaan.html]
 
Dalam catatan Belanda, para Warok yang memiliki skill berperang dan ilmu kebal sangat tangguh bagi pasukan Belanda. Maka dari itu untuk menghindari yang merugikan pihak Belanda, terjadi sebuah kesepakatan untuk di buatkanlah kantor Bupati di pusat Kota Ponorogo, serta fasilatas penunjang seperti jalan beraspal, rel kereta api, kendaran langsung dari Eropa seperti Mobil, motor hingga sepeda angin berbagai merek, maka tidak heran hingga saat ini kota dengan jumlah sepeda tua terbanyak berada di ponorogo yang kala itu di gunakan oleh para Warok juga.[http://www.tribunnews.com/regional/2014/06/10/ponorogo-tempatnya-sepeda-onthel-kuno]
 
=== Sinofobia ===