Hasan bin Ali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
A154 (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Irfanmio21 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
Baris 1:
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}
{{kegunaanlain|Husain bin Ali}}
{{Infobox royalty
Baris 48 ⟶ 47:
 
==Hidup selama Kekhalifahan Rasyidin==
[[File:Shi'i talismanic piece.jpg|thumb|Manuskrip dari [[Syiah Islam|Syiah]] [[jimat]] atau [[jimat]] yang terkait dengan periode [[dinasti Qajar|Qajar]] di [[Iran]], yang menggambarkan Ali dengan dua anaknya Hasan dan [[Husain ibnbin Ali|Husain]]. Salinan ini sekarang dimiliki oleh [[Perpustakaan Kongres]].]]
 
===Selama Kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman===
Baris 58 ⟶ 57:
===Selama Kekhalifahan Ali===
Hasan dilaporkan menentang kebijakan ayahnya untuk berperang dengan lawan-lawannya karena ia percaya bahwa perang ini akan menyebabkan perpecahan dalam komunitas Muslim.<ref name="Madelung 2003"/> Sebelum [[Perang Jamal]], Hasan dikirim ke Kufah bersama dengan [[Ammar bin Yasir]] untuk mengumpulkan kekuatan bagi pasukan Ali,<ref name="Vaglieri 1971 241"/> dan mampu menyediakan enam hingga tujuh ribu pasukan.<ref name="Madelung 2003"/>
Berdasarkan partisipasi Hasan dalam pertempuran Ali di Jamal dan [[Pertempuran Siffin|Siffin]], perannya dalam menggalang dukungan, dan komunikasinya dengan [[Muawiyah bin Abu Sufyan|Mu'awiyah]] kemudian selama kekhalifahannya sendiri, di mana ia menegaskan hak keluarga Muhammad atas kantor khalifah, sejarawan Syiah [[Rasul Jafarian]] telah menyatakan bahwa gagasan Hasan menentang kebijakan Ali adalah tidak benar.<ref>{{harvnb|Jafarian |1378|pp=252–253}}</ref> Pada tahun 658 M, Ali membuat Hasan bertanggung jawab atas wakaf tanahnya.<ref name="Madelung 2003"/>
 
== Khalifah ==
Setelah pembunuhan Ali oleh [[Khawarij]] [[Abdurrahman bin Muljam]] sebagai pembalasan atas serangan Ali terhadap Khawarij [[Pertempuran Nahrawan|di Nahrawan]], orang-orang memberikan kesetiaan kepada Hasan.<ref name="Vaglieri 1971 241"/> Menurut Moojan Momen, sebagian besar sahabat Muhammad yang masih hidup ([[Muhajirin]] dan [[Kaum Anshar|Ansar]]) berada di pasukan Ali di waktu, jadi mereka pasti berada di Kufah dan pasti telah berjanji setia kepadanya. Karena tidak ada laporan tentangan.<ref>{{harvnb| Momen |1985|pp=26–27}}</ref> Dalam pidato pengukuhannya di [[Masjid Agung Kufah]], Hasan memuji jasa keluarganya, mengutip ayat-ayat [[Al-Qur'an]] tentang masalah: {{quote|Saya termasuk keluarga Nabi yang darinya Allah telah menghilangkan kotoran dan yang Dia sucikan, yang cintanya Dia wajibkan dalam Kitab-Nya ketika Dia berkata: ''Barang siapa yang melakukan perbuatan baik, Kami akan meningkatkan kebaikan di dalamnya.'' [Al-Qur'an 42:23] Berbuat baik adalah cinta bagi kami, Keluarga Nabi.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|pp=311–312}}</ref>}}<nowiki> </nowiki>[[Qays bin Sa'd]], seorang pendukung setia Ali dan komandan pasukannya yang terpercaya, adalah orang pertama yang setia kepadanya. Qays kemudian menetapkan syarat bahwa [[Bay'ah|baiat]], harus didasarkan pada Al-Qur'an, {{transl|ar|[[sunnah]]}} (Perbuatan, Ucapan, dll.) Muhammad, dan mengejar [[jihad]] terhadap mereka yang menyatakan halal ({{transl|ar|[[halal]]}}) apa yang melanggar hukum ({{transl|ar|[[haram]] }}). Hasan, bagaimanapun, mencoba untuk menghindari kondisi terakhir dengan mengatakan bahwa itu secara implisit termasuk dalam dua yang pertama,{{sfn|Jafri|1979|p=133}}<ref name="Vaglieri 1971 241"/> seolah-olah dia tahu , seperti yang [[Husain Mohammad Jafri|Jafri]] katakan, sejak awal kurangnya resolusi Irak dalam masa persidangan, dan dengan demikian Hasan ingin "menghindari komitmen pada pendirian ekstrem yang dapat menyebabkan bencana total". {{sfn|Jafri|1979|p=133}} Menurut al-Baladhuri, sumpah yang diambil oleh Hasan menetapkan bahwa orang-orang "harus memerangi mereka yang berperang dengan Hasan, dan harus hidup damai dengan mereka yang berada di damai dengannya. "Kondisi ini membuat orang tercengang, bertanya pada diri sendiri: jika Hasan berbicara tentang perdamaian, apakah karena dia ingin berdamai dengan Mu'awiyah?
 
===Perselisihan dengan Mu'awiyah===
Baris 71 ⟶ 70:
====Mobilisasi pasukan dan pemberontakan berikutnya====
Ketika berita tentang tentara Mu'awiyah sampai ke Hasan, dia memerintahkan gubernur setempat untuk memobilisasi, kemudian berbicara kepada orang-orang Kufah: Tuhan telah menetapkan jihad untuk ciptaannya dan menyebutnya sebagai "tugas yang menjijikkan" ({{transl|ar |Kurh}}, [http://tanzil.net/#trans/en.sahih/2:216 Qur'an 2:216]).<ref name="Madelung 1997 317"/> Awalnya tidak ada tanggapan , karena, menurut Madelung, beberapa kepala suku yang digaji Mu'awiyah enggan pindah. Sahabat Hasan memarahi mereka, menanyakan apakah mereka tidak akan menjawab putra putri Muhammad. Beralih ke Hasan, mereka meyakinkannya tentang kepatuhan mereka, dan segera berangkat ke kamp perang. Hasan mengagumi mereka dan kemudian bergabung dengan mereka di Nukhayla (tempat pengumpulan tentara di luar Kufah), di mana orang-orang berkumpul dalam kelompok besar.<ref name="Madelung 318 "/>
Hasan menunjuk Ubaidillah bin Abbas{{sfn|Wellhausen|1927|pp=104-112}} sebagai komandan barisan depan dua belas ribu orang untuk pindah ke Maskin. Di sana dia diperintahkan menahan Mu'awiyah sampai Hasan tiba dengan pasukan utama. Dia disarankan untuk tidak berperang kecuali diserang, dan dia harus berkonsultasi dengan Qays bin Sa'd, yang ditunjuk sebagai komandan kedua.<ref name="Madelung 318Menurut ">{{harvnb|Madelung|1997|p=318}}</ref>{{sfn|Jafri|1979|p=142}}<ref, 2018=""pilihan name="VaglieriUbaidillah 1971diumrefbin name="Abbas, ibn=""yang rashid"{{citesebelumnya book=""telah |last="Ibn"menyerahkan rashid=""Yaman, |first="Mamar"provinsi |title="The"di expeditions:=""bawah an=""kekuasaannya, early=""kepada biography=""pasukan of=""Mu'awiyah muhammad=""tanpa |year="1709"perang, |publisher="Library"dan arabic=""diperingatkan literature=""oleh |url="https://books.google.com/books?id=t099BAAQBAJ&q=Ubayd+Allah+ibn+al-Abbas"Ali +hasan+commander&pg="PA229"karenanya, |access-date="31"menunjukkan juli=""bahwa |archive-url="https://web.archive.org/web/20180731185145/https://books.google.com/books?id=t099BAAAQBAJ&pg=PA229&dq"Hasan =ubayd+allah+ibn+al-abbas+hasan+commander&hl="fa&sa=X&ved=0ahUKEwjpjp-qg57cAhUIZVAKHeaSAf8Q6AEIJDAA#v=onepage&q&f=false"berharap |archive-date="31"untuk |url-status="live"mencapai |isbn=9780814769638kesimpulan }}</ref>damai.
Menurut Madelung, pilihan Ubaidillah bin Abbas, yang sebelumnya telah menyerahkan Yaman, provinsi di bawah kekuasaannya, kepada pasukan Mu'awiyah tanpa perang, dan diperingatkan oleh Ali karenanya, menunjukkan bahwa Hasan berharap untuk mencapai kesimpulan damai.
 
Sementara barisan depan menunggu kedatangannya di Maskin, Hasan sendiri menghadapi pemberontakan di kampnya dekat [[Distrik Al-Mada'in|al-Mada'in]]. Dia menyatakan dalam pidatonya bahwa dia tidak memiliki dendam, kebencian, atau niat jahat terhadap siapa pun, bahwa "apa pun yang mereka benci dalam komunitas lebih baik daripada apa yang mereka sukai dalam perpecahan",{{sfn|Donaldson|1933|p=69}} Mengambil ini sebagai tanda bahwa dia bermaksud untuk berdamai dengan Mu'awiyah, beberapa pasukan memberontak, menjarah tendanya, dan merebut sajadah dari bawahnya. Sementara para loyalisnya mengawalnya ke tempat yang aman di al-Mada'in, seorang Khawarij bernama al-Jarrah bin Sinan menyergap dan melukai paha Hasan, menuduhnya kafir seperti "ayahnya sebelum dia". Penyerang akhirnya dikalahkan dan dibunuh, dan Hasan dirawat oleh gubernurnya di al-Mada'in, Sa'd ibn Mas'ud al-Thaqafi.{{sfn|Donaldson|1933|p=69}}<ref name="Vaglieri 1971 241"/> Berita serangan ini, yang disebarkan oleh Mu'awiyah, semakin menurunkan moral pasukan Hasan, dan menyebabkan desersi yang luas.{{sfn|Jafri|1979|p=145}}<ref name="Vaglieri 1971 241"/>{{sfn|Wellhausen|1927|pp=106-107}}
 
====Garis depan Hasan di Al-Maskin====
Baris 85 ⟶ 83:
{{Lihat juga|Perjanjian Hasan–Mu'awiyah}}
 
Mu'awiyah, yang telah memulai negosiasi dengan Hasan, sekarang mengirim utusan tingkat tinggi, memohon untuk menyelamatkan darah komunitas Muhammad, dengan sebuah perjanjian damai dimana Hasan akan menjadi khalifah setelah Mua'wiyah dan dia akan diberikan apapun. Dia berharap, Hasan menerima tawaran tersebut pada prinsipnya dan mengirim Amr bin Salima al-Hamdani al-Arhabi dan saudara iparnya sendiri Muhammad bin al-Ash'ath al-Kindi kembali ke Mu'awiyah sebagai negosiatornya, bersama dengan utusan Mu'awiyah. Mu'awiyah kemudian menulis surat yang mengatakan bahwa dia berdamai dengan Hasan, yang akan menjadi khalifah setelah dia. Dia bersumpah bahwa dia tidak akan berusaha untuk menyakitinya, dan bahwa dia akan memberinya 1.000.000 dirham dari perbendaharaan ({{transl|ar|[[Baitulmal]]}}) setiap tahun, bersama dengan pajak tanah Fasa dan Darabjird, yang akan ditagih oleh Hasan kepada agen pajaknya sendiri. Surat tersebut disaksikan oleh keempat utusan tersebut dan bertanggal Agustus 661.<ref name="Madelung 322][ref name="Momen 1985 27"/>
 
Ketika Hasan membaca surat itu, dia berkomentar bahwa Mu'awiyah berusaha "untuk menarik keserakahannya untuk sesuatu yang dia, jika dia menginginkannya, tidak akan menyerah padanya."{{sfn|Madelung|2003}} Kemudian dia mengirim keponakan Mu'awiyah, Abdullah bin Harits, kepada Mu'awiyah, memerintahkan dia: "Pergilah ke pamanmu dan katakan padanya: Jika Anda memberikan keselamatan kepada orang-orang saya akan berjanji setia kepada Anda." Setelah itu, Mu'awiyah memberinya kertas kosong dengan segel di bagian bawah, mengundang Hasan untuk menulis di atasnya apa pun yang dia inginkan. Hasan menulis bahwa dia akan berdamai dan menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah, asalkan Mu'awiyah bertindak sesuai dengan Kitab Allah, Sunnah Nabi-Nya, dan perilaku Khalifah sebelumnya. Dia menjelaskan bahwa Mu'awiyah seharusnya tidak menunjuk seorang pengganti, tetapi harus ada dewan pemilihan. Dan orang-orang akan aman di mana pun mereka berada.<ref name="Madelung 322" />{{sfn|Jafri|1979|pp=150-152}} Surat itu disaksikan oleh Abdullah ibn Harits dan Amr bin Salima dan ditransfer oleh mereka ke Mu'awiyah untuk mengetahui isinya dan mengkonfirmasinya.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=323}}</ref> Setelah menyelesaikan perjanjian, Hasan kembali ke Kufah, tempat Qays bergabung dengannya.{{sfn|Jafri|1979|p=153}} Menurut Jafri, kondisi pengunduran diri Hasan itu, diberitakan di sumber-sumber tidak hanya dengan variasi yang besar, tetapi juga ambigu dan membingungkan. Sejarawan seperti [[Ya'qubi]] dan [[al-Masudi]] tidak menyebutkan syarat-syarat perjanjian sama sekali. Tabari menyebutkan empat syarat sebagai berikut:{{sfn|Jafri|1979|p=149}} Hasan akan menyimpan lima juta dirham kemudian di perbendaharaan Kufah; dia akan diizinkan untuk memperoleh pendapatan tahunan dari distrik Persia Darabjird; ayahnya, Ali, tidak akan dikutuk;{{sfn|Jafri|1979|p=149}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=105}} dan bahwa teman dan pengikut Ali harus diberi amnesti.{{efn |Syarat keempat ini disebutkan secara tidak langsung dalam konteks yang berbeda.{{sfn|Jafri|1979|p=149}}}} Syarat pertama tidak masuk akal bagi Jafri, karena perbendaharaan Kufah sudah ada di tangan Hasan, selain itu tidak ada sejumlah uang di perbendaharaan Kufah, seperti yang biasa dibagikan Ali setiap minggu, dan kematiannya yang tiba-tiba serta biaya perang Hasan tidak membuatnya lebih baik. Dinawari mencatat kondisi yang berbeda: Rakyat Irak tidak boleh dianiaya; pendapatan tahunan Ahwaz harus diberikan kepada Hasan, dan Bani Hasyim harus lebih diutamakan daripada Bani Umayyah dalam memberikan pensiun dan penghargaan. Sejarawan lain seperti ibn Abdul Barr dan [[Ali bin al-Atsir|ibn al-Athir]] menambahkan beberapa kondisi lain seperti: Tidak seorang pun dari penduduk Madinah, Hijaz dan Irak akan dirampas dari apa yang mereka miliki selama kekhalifahan Ali; dan kekhalifahan itu harus diserahkan kepada Hasan setelah Mu'awiyah. Abu al-Faraj hanya menyebutkan dua kondisi terakhir yang dicatat oleh Tabari.{{sfn|Jafri|1979|pp=149-153}} Vaglieri, saat mendiskusikan kondisi yang berbeda, meragukan keakuratannya, karena, dia yakin, begitu varian bahwa "tidak mungkin untuk memperbaiki dan mendamaikan."<ref name="Vaglieri 1971 241–242"/> Akun paling komprehensif, yang menjelaskan perbedaan akun ambigu dari sumber lain, menurut Jafri, diberikan oleh Ahmad bin A'tham, yang pasti dia ambil dari [[al-Mada'ini]]. Karena ibnu A'tham mencatat istilah dalam dua bagian: Bagian pertama{{efn|
Baris 108 ⟶ 106:
 
==Kematian==
Hasan meninggal pada tanggal 5 [[Rabiul Awal]] 50 H (2 April 670 M).<ref name="Madelung 2003"/> Beberapa sumber awal melaporkan bahwa ia diracun oleh istrinya, Ja'da binti al-Ash'at.{{efn| Lihat juga Mas'oodi, Vol 2: Halaman 47, Tāreekh - Abul Fidā Vol 1 : Halaman 182, Iqdul Fareed - Ibn Abd Rabbāh Vol 2, Halaman 11, Rawzatul Manazir - Ibne Shahnah Vol 2, Halaman 133, Tāreekhul Khamees, Husain Dayarbakri Jilid 2, Halaman 238, Akbarut Tiwal - Dinawari Hal 400, Mawātilat Talibeyeen - Abul Faraj Isfahāni, Isti'ab - Ibne Abdul Birr.}}{{efn|Laporan ini juga diterima oleh sejarawan [[Sunni]] utama [[al-Waqidi]], [[al-Mada'ini]], Umar ibnbin Shabba, [[al-Baladhuri]] dan Haytham ibnbin Adi.<ref name="Madelung 331">{{harvnb|Madelung|1997| p=331}}.</ref>}}<ref name="Momen 1985 28"{{harvnb| Momen |1985|p=28}}</ref>{{sfn|Donaldson|1933|pp=76–77}}{{sfn|Jafri|1979|p=158}}
Menurut Vaglieri, Hasan meninggal karena penyakit jangka panjang, atau karena keracunan. Mu'awiyah dikatakan telah menyerahkannya dengan janji sejumlah besar uang, serta janji pernikahannya dengan Yazid.<ref name="Vaglieri 1971 242">{{harvnb|Vaglieri |1971|p= 242}}</ref> Al-Tabari bagaimanapun tidak melaporkan hal ini, yang membuat Madelung percaya bahwa al-Tabari menekannya karena kepedulian terhadap kepercayaan orang-orang biasa.<ref name="Madelung 332"> {{harvnb|Madelung|1997|p=332}}</ref>{{sfn|Donaldson|1933|pp=76–77}} Hasan dikatakan menolak memberi tahu saudaranya Husain nama tersangkanya, karena takut bahwa orang yang salah akan dibunuh sebagai pembalasan.<ref name="Vaglieri 1971 242"/> Dia berusia 38 tahun ketika dia menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah, yang saat itu berusia 58 tahun. Perbedaan usia ini, menurut Jafri, menunjukkan kendala serius bagi Mu'awiyah yang ingin mencalonkan putranya, Yazid, sebagai ahli warisnya. Ini tidak mungkin, tulis Jafri, karena syarat-syarat yang digunakan Hasan untuk turun tahta kepada Mu'awiyah; dan mengingat perbedaan usia yang sangat jauh, Mu'awiyah tidak akan menyangka Hasan akan mati secara alami sebelum dia.{{sfn|Jafri|1979|p=158}} Oleh karena itu, menurut Jafri, serta Madelung dan Momen, Mu 'awiyah tentu saja akan dicurigai terlibat dalam pembunuhan yang menghilangkan hambatan suksesi putranya Yazid.<ref name="Momen 1985 28diumref name="Madelung 331" />
[[File:"Husayn at the Bedside of the Dying Hasan", Folio from a Hadiqat al-Su'ada of Fuzuli (Garden of the Blessed) MET sf1979-211.jpg|jempol|kiri|Husain di sisi Hasan yang sedang sekarat", Folio dari Hadiqat al-Su'ada dari Fuzuli (Taman Yang Diberkati)]]