Islam di Bengkulu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Masuknya Islam di Bengkulu: Pranala pagaruyung, Islam di sumatra barat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 11:
Salah satu kerajaan tertua di Bengkulu adalah Kerajaan Sungai limau kenungkinan dengan raja pertamanya pendahulu dari Ratu Agung abad ke-12 hingga ke-15 Masehi yang berasal dari Gunung Bungkuk. Dari sumber lokal yang terhimpun dalam Gelumpai diperoleh keterangan bahwa pada tahun 1417 M seorang dai dari Aceh bernama Malim Mukidim datang ke Gunung Bungkuk Sungai Serut Awi, kawasan Lematang Ulu. Malim Mukidim berhasil mengislamkan Raja dan Ratu Agung penguasa Gunung Bungkuk saat itu.
 
Persentuhan Palembang dengan Islam, kemungkinkan Palembang menjadi salah satu pintu masuknya Islam ke Bengkulu. Hal ini sebagaimana yang di kemukakan oleh Badrul Munir Hamidy: "Masuknya Islam ke Bengkulu melalui lima pintu yaitu ; pintu pertama melalui kerajaan Sungai limau yang dibawa oleh ulama Aceh Tengku Malim Mukidim, pintu kedua melalui perkawinan Sultan Muzafar Syah dengan putri Serindang Bulan, inilah awal masuknya Islam ke tanah Rejang pada pertengahan abad XVII. Pintu ketiga melalui Kerajaan Siguntur ibu Negeri [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar]] ke kerajaan Sungai Lemau pada abad XIII, pintu keempat melalui dakwah yang dilakukan oleh dai-dai dari Pasai. Pintu kelima masuknya Islam ke Bengkulu melalui daerah Mukomuko setelah menjadi kerajaan. Kerajaan Siguntur ibu Negeri Pagar uyung di Sumatra Barat mempunyai kekuasaan yang luas dari Sikilang Aia Bangih adalah batas Utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan dengan Natal, Sumatra Utara. Taratak Aia Hitam adalah daerah Bengkulu (-daerah pesisir Selatan hingga ke Mukomuko). Abdul Syukur awal mula-mula mengembangkan agama Islam di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan.
 
Pada sekitar abad ke-15 M datang seseorang yang berasal dari Lembak Beliti, dusun Taba Pingin Pucuk Palembang raja Sungai Lemau dengan tujuan untuk meminta suaka. Sedangkan putranya yang tertua bernama Baginda Sana yang bergelar Paduka Baginda Muda. Pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda datang seorang laki-laki dari dusun Taba Pingin yang masih termasuk kerabat Singaran. Abdul Syukur awal mula-mula mengembangkan agama Islam di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan.
 
Singaran yang datang dari Lembak Beliti dusun Taba Pingin Pucuk Palembang dalam sumber lain nama Singaran disebut juga dengan nama Aswanda. Karena Aswanda berkelakuan baik dan berasal dari keturunan bangsawan maka oleh baginda Sebayam diambil menjadi menantu dan diberi sebagian wilayah kerajaannya, yaitu daerah pesisir yang terbentang antara Sungai Itam dan sungai Bengkulu ke hulu sampai sungai Renah Kepahiang dan ke hilir sampai ke pinggir laut, peristiwa ini kemungkinan terjadi pada abad ke-16. Kedatangan kerabat Singaran yang beragama Islam pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda dari kerajaan Sungai Lemau berarti telah terjadi kontak hubungan antara masyarakat Sungai Lemau khususnya di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan dengan agama Islam sekitar sebelum abad ke-17 Masehi.