Ndalem Brontokusuman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 25:
Bangunan ini pertama kali digunakan oleh G.B.R.Ay.{{efn|Gusti Bendoro Raden Ayu.}} Brontokusumo sebagai tempat kediamannya.<ref name=":2" /> Dia merupakan putri kedelapan Hamengkubuwana VII dari permaisurinya yang bernama G.K.R.{{efn|Gusti Kanjeng Ratu.}} Kencana (kemudian berganti nama menjadi G.K.R. Wardhan).{{sfn|Sumintarsih|Adrianto|2014|p=45|ps=: "Kampung Brontokusuman berada di sekitar ''dalem'' Brontokusumo, putri ke-8 Sri Sultan Hamengku Buwono VII dari garwa permaisuri G.K.R Kencono. ''Dalem'' Brontokusuman kemudian ditempati oleh G.B.P.H. Puger, putra bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono III dari garwa B.R.Ay Retnopuspito (...)"}} Sebelum menikah, Brontokusumo bernama G.K.R. Condrokirono I, tetapi setelah menikah dengan K.R.T.{{efn|Kanjeng Raden Tumenggung.}} Brontokusumo, namanya diganti menjadi G.B.R.Ay. Brontokusumo. Adapun suami dari Brontokusumo merupakan putra dari K.R.T. Joyodipuro. Pada awalnya, ayahnya itu bertugas sebagai [[Kawedanan|wedana]] [[abdi dalem]] keraton dan merangkap Prentah Punakawan Keraton (Abdi Dalem Punakawan). Namun setelah meninggal, kedudukannya digantikan oleh K.R.T. Brontokusumo yang mendapatkan jabatan sebagai Bupati Nayaka Wedana Keparak Tengen.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/105|title=Kampung Wisata Dewa Bronto|last=Pemerintah Kota Yogyakarta|first=|date=5 Juni 2018|website=Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta|access-date=1 September 2019}}</ref>
 
[[Berkas:Ndalem Brontokusuman (1).jpg|jmpl|250x250px|kanan|Kondisi Ndalem Brontokusuman pada 2019.]]
Menurut tradisi Keraton Yogyakarta, raja selalu menyediakan kediaman bagi para abdi dalem, prajurit, serta putra-putrinya,{{sfnp|Nurhajarini, dkk|2012|p=14–15|ps=: "Sri Sultan Hamengku Buwono I kemudian memerintahkan untuk membangun berbagai kampung di sekitar wilayah keraton sebagai tempat tinggal para abdi dalem, prajurit, dan anak-anaknya (...)"}} tetapi penggunaan ''ndalem'' atau tempat tinggal hanya bersifat hak pakai untuk putri keraton. Hal ini juga berlaku untuk Ndalem Brontokusuman. Setelah Brontokusumo meninggal, pihak keraton lantas mengambil alih lagi bangunan tersebut dan membiarkannya kosong, sampai akhirnya [[Soekarno|Presiden Soekarno]] meminjam halaman depannya untuk mendirikan [[Museum Perjuangan Yogyakarta]]. Bangunan ini juga sempat dipinjamkan oleh pihak keraton kepada [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]] (TNI-AD) sebagai tempat tinggal para prajurit, tetapi pertengahan tahun 1960 dipindahkan ke [[Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman]] yang berada di Jalan Bintaran Wetan No. 3, [[Gunungketur, Pakualaman, Yogyakarta|Kelurahan Gunungketur, Kecamatan Pakualaman, Kota Yogyakarta.]]<ref name=":3" /><ref name=":2" />