Islam di Bengkulu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pemaparan Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Rv anon Tag: Pembatalan kemungkinan perlu dirapikan |
||
Baris 1:
{{copy edit|for=gaya penulisan (mirip makalah)|date=Maret 2019}}
{{no footnotes|date=Maret 2019}}
'''Islam di Bengkulu''' memiliki sejarah yang panjang. [[Islam]] tercatat sebagai agama resmi pertama yang masuk ke [[Bengkulu]].
Masuk dan berkembangnya dakwah Islam di nusantara Indonesia tidak terlepas dari adanya interaksi antara pedagang muslim dari Gujarat dan Timur Tengah. Dakwah Islam di provinsi Bengkulu mulai masuk pada sekitar tahun 1500-an dan saat itu Bengkulu masih berupa pemerintahan dalam bentuk kerajaan-kerajaan kecil. Dakwah Islam di Bengkulu berkembang pada tahun 1600 hingga 1700-an. Dakwah Islam di Bengkulu masuk melalui beberapa jalur, di antaranya melalui Sumatra Barat, Sumatra Selatan (Palembang), dan interaksi antara kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu dengan kerajaan Banten Islam di tanah Jawa.
Umumnya buku-buku sejarah nasional menjelaskan, masuknya Islam ke nusantara dibawa oleh para musafir yang berdagang dari Gujarat. Menurut Marwati dan Poespo Nugroho, Islam masuk ke nusantara melalui para musafir dan pedagang muslim. Daerah-daerah pantai yang disinggahi pedagang muslim sejak awal sudah memungkinkan mereka mendirikan perkampungan . Sedangkan menurut sejarawan T. W. Arnold dalam karyanya The Preaching of Islam menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M .
Interaksi para mubaligh Islam yang berprofesi sebagai pedagang tersebut (lebih dikenal dengan para saudagar muslim) yang datang ke nusantara untuk melakukan perdagangan dengan penduduk pribumi Indonesia, telah membawa penyebaran dakwah Islam ke nusantara. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Marwati dan Poespo Nugroho, saluran dan cara-cara Islamisasi Indonesia pada taraf permulaan adalah melalui jalur syiar kemungkinan pula dengan berdagang yang dilakukan oleh pedagang-pedagang muslim Arab, Persia, dan India pada abad ke-8. Saluran Islamisasi yang kedua adalah melalui perkawinan para pedagang dan mujahid muslim tersebut dengan wanita pribumi. Islamisasi di suatu daerah adalah melalui pengembangan ajaran tasawuf, pendidikan, adat istiadat, budaya dan pondok pesantren. Saluran dan cara Islamisasi di suatu daerah dapat pula melalui cabang-cabang kesenian, seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik, dan seni sastra, wawakhahan dan lain sebagainya.▼
▲Interaksi para mubaligh Islam yang berprofesi sebagai pedagang tersebut (lebih dikenal dengan para saudagar muslim) yang datang ke nusantara untuk melakukan perdagangan dengan penduduk pribumi Indonesia, telah membawa penyebaran dakwah Islam ke nusantara. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Marwati dan Poespo Nugroho, saluran dan cara-cara Islamisasi nusantara Indonesia pada taraf permulaan adalah melalui jalur
== Masuknya Islam di Bengkulu ==
Masuk dan berkembangnya dakwah Islam di Bengkulu menurut hemat penulis sedikit terlambat dibandingkan dengan masuknya dakwah Islam di daerah-daerah lain di nusantara yang telah tersentuh ajaran Islam pada abad ke-7
Berdasar pada beberapa data yang ada, salah satunya menurut Azra, penyebaran Islam yang berasal dari Timur Tengah dan sekitarnya menuju kepulauan
Salah satu kerajaan tertua di Bengkulu adalah Kerajaan Sungai
Persentuhan Palembang dengan Islam,
Selain ke lima pintu masuknya dakwah Islam ke Bengkulu yang dikemukakan di atas, salah satu jalur masuknya Islam ke Bengkulu lainnya adalah adanya hubungan kerajaan Sungai Lemau dengan Singaran atau Suanda yang berasal dari Palembang. Pada tahun 1527 M datang seseorang yang berasal dari Lembak Beliti, dusun Taba Pingin Pucuk Palembang yang bernama Singaran atau Suanda kepada Baginda Sebayam raja Sungai Lemau dengan tujuan untuk meminta suaka politik. Pengganti Baginda Sebayam adalah putranya yang tertua bernama Baginda Sana yang bergelar Paduka Baginda Muda. Pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda datang seorang laki-laki dari dusun Taba Pingin yang bernama Abdul Syukur yang masih termasuk kerabat Singaran (Suanda). Abdul Syukur inilah yang mula-mula mengembangkan agama Islam di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan .
Singaran yang datang dari Lembak Beliti dusun Taba Pingin Pucuk Palembang dalam sumber lain nama Singaran disebut juga dengan nama Aswanda. Karena Aswanda berkelakuan baik dan berasal dari keturunan bangsawan maka oleh baginda Sebayam diambil menjadi menantu dan diberi sebagian wilayah kerajaannya, yaitu daerah pesisir yang terbentang antara Sungai Itam dan sungai Bengkulu ke hulu sampai sungai Renah Kepahiang dan ke hilir sampai ke pinggir laut, peristiwa ini kemungkinan terjadi pada abad ke-16. Kedatangan kerabat Singaran yang beragama Islam pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda dari kerajaan Sungai Lemau berarti telah terjadi kontak hubungan antara masyarakat Sungai Lemau khususnya di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan dengan agama Islam sekitar sebelum abad ke-17 Masehi.▼
▲Singaran atau Suanda yang datang dari Lembak Beliti dusun Taba Pingin Pucuk Palembang dalam sumber lain nama Singaran atau Suanda disebut juga dengan nama Aswanda. Karena Aswanda berkelakuan baik dan berasal dari keturunan bangsawan maka oleh baginda Sebayam diambil menjadi menantu dan diberi sebagian wilayah kerajaannya, yaitu daerah pesisir yang terbentang antara Sungai Itam dan sungai Bengkulu ke hulu sampai sungai Renah Kepahiang dan ke hilir sampai ke pinggir laut, peristiwa ini
Pada tahun 1668 M (1079 H) kerajaan Sungai Lemau dan kerajaan Sillebar yang ada di Bengkulu mengadakan hubungan kerjasama dengan sultan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa). Utusan kerajaan Sungai Lemau diwakili oleh Depati Bangsa Raja, sedangkan utusan dari kerajaan Sillebar diwakili oleh Depati Bangso Radin. Kedua utusan dari dua kerajaan tersebut menyatakan wilayahnya di bawah kekuasan sultan Banten. Selanjutnya sultan Banten bermufakat dengan Inggris untuk memberikan gelar pangeran kepada kedua utusan dari Bengkulu tersebut, setelah menghadap sultan Banten, Depati Bangsa Raja dari kerajaan Sungai Lemau mendapat gelar Pangeran Raja Muda. Sedangkan Depati Bangsa Radin dari kerajaan Sillebar oleh Sultan Banten diberi gelar Pangeran Nata Diraja. Menurut riwayat, Pangeran Nata Diraja menikah dengan Puteri Kemayun anak perempuan Sultan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa). Pangeran Nata Diraja kembali ke kerajaan Sillebar di Bengkulu disertai dengan dua belas tentara kesultanan Banten .
Selain itu peninggalan sejarah menyangkut kontak hubungan masyarakat Bengkulu dengan agama Islam yang masih dapat dilihat sampai sekarang adanya perayaan ritual [[Tabot]] yang dilaksanakan untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad S.A.W. yakni Hasan dan Husein.▼
▲Dengan demikian dakwah Islam juga masuk ke Bengkulu melalui pintu kerjasama antara kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu pada abad ke-16. Selain itu peninggalan sejarah menyangkut kontak hubungan masyarakat Bengkulu dengan agama Islam yang masih dapat dilihat sampai sekarang adanya perayaan ritual [[Tabot|Tabut]] yang dilaksanakan untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad S.A.W. yakni Hasan dan Husein.
Awal datangnya Tabut di Bengkulu dibawa oleh orang Benggali India pada jauh sebelum abad 16 Masehi. Di Bengkulu Syekh Burhanudin mempersunting dua orang dara yang masing-masing berasal dari dusun Cinggri dan Sungai Leman menetap disebuah perkampungan yang terletak dipesisir bantai Berkas dengan anak dan cucunya . Masuknya budaya Tabut ke Bengkulu pada masa jauh sebelum penjajahan Inggris sekitar abad XVI yang dibawa oleh suku Sipai dan Benggali.▼
▲Awal datangnya Tabut di Bengkulu dibawa oleh orang Benggali India pada
Pada masa kolonial Inggris berada di Bengkulu, suku Benggala termasuk kelompok ke lima dalam pelapisan sosial. Suku Benggala lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan suku Cina. Tabiat suku Benggala penuh curiga, suka berkelahi, dalam bekerja lebih lamban dari suku Melayu. Selain itu mereka menciptakan suatu tradisi perayaan yang lain dari kebudayaan suku Melayu yang ada di Bengkulu, suku Benggala dikenal juga sebagai Sipaijer atau suku Sipai. Kebudayaan dan tradisi yang diciptakan oleh suku Benggala tersebut sampai saat ini dikenal dengan perayaan Tabut.▼
▲Pada masa kolonial Inggris berada di Bengkulu,
Selain bukti sejarah berupa adat dan kebudayaan, tulisan, dan lain sebagainya, bukti lain yang mengindikasikan masuknya dakwah Islam ke suatu daerah antara lain adalah adanya adat dan budaya yang masih di pertahankan hingga sekatang, makam umat Islam atau makam orang Islam. Seperti ditemukannya batu nisan tanda kuburan tua yang bertuliskan dan atau berarsitektur Timur Tengah.▼
▲Selain bukti sejarah berupa
Di Bengkulu, salah satu peninggalan makam yang umat Islam terdapat pada makam Sentot Ali Basya tertulis tanggal pemakaman. Menurut penuturan masyarakat, bangunan cungkup yang ada di atas makam Sentot Alibasyah adalah bangunan baru. Hal itu menunjukan bangunan makam tersebut pada awalnya sangat sederhana, tanpa bangunan tambahan. Makam tidak ditandai.▼
▲Di Bengkulu, salah satu peninggalan makam yang
Lokasi makam Sentot Alibasyah ini berada di daerah Kampung Bali atau lebih tepatnya berada pada arah Barat provinsi Bengkulu. Kondisi makam cukup terawat dengan baik, dipasang cungkup berwarna putih, serta disekelilingnya terdapat makam-makam lain yang berasal dari masyarakat sekitar. Lokasi makam mudah dijangkau dengan kendaraan, karena berada sekitar 200 meter dari jalan raya.
Bukti-bukti sejarah masuknya Islam di Bengkulu
Walaupun demikian tulisan Rencong Ka-Ga-Nga merupakan tulisan suku Rejang Bengkulu pertengahan abad XV, dan dikenal dengan sebutan [[Aksara Rencong|tulisan Rencong]], yang cara menulisnya dilakukan dari kiri ke kanan secara melintang (horizontal). Istilah Rencong lazim dipergunakan oleh sarjana Belanda. Tulisan aksara rencong disebut juga dengan aksara Ka-Ga-Nga, atau Ulu (Surat Ulu) . Dari sumber lokal yang terhimpun dalam tulisan pada ruas-ruas
Selain peninggalan
Sebagai bukti masuk dan berkembangnya Islam di Bengkulu, tidak salah kiranya ditelusuri melalui
Di Bengkulu Selatan terdapat sebuah masjid yang bernama Masjid Al Mannar yang kondisinya saat ini telah dipugar karena mengalami kerusakan berat setelah gempa tahun 2000. Menurut Burhanuddin (Ketua Panitia Pembangunan Masjid Al-Mannar) masjid Al-Manar merupakan masjid tertua di Kota [[Manna, Bengkulu Selatan|Manna]], karena dibangun sekitar tahun 1905 Masehi atau 1327 Hijriyah. Masjid Al-Mannar yang berlokasi di perkampungan nelayan Pasar Bawah memiliki nilai-nilai historis, karena terkait erat dengan sejarah perkembangan Islam di Bengkulu Selatan. Di masjid tersebut, dimakamkan pula Syech Moh Amin, yang merupakan penyebar agama Islam dan pendiri masjid pertama di Bengkulu Selatan tersebut.
== Interaksi Awal ==
Interaksi awal masyarakat Bengkulu dengan Islam dapat diketahu melalui beberapa jalur, antara lain melalui jalur Sumatra Selatan (Palembang), jalur Sumatra Barat (Padang) pengaruh
Mencermati beberapa data yang ada tentang sejarah dakwah Islam di Bengkulu, dapat diketahui belum adanya kajian secara holistik tentang proses masuknya dakwah Islam ke Bengkulu, waktu masuknya Islam ke Bengkulu, daerah mana yang pertama bersentuhan dengan Islam, siapa penyebar agama Islam pertama kali, dari daerah mana para pembawa Islam ke Bengkulu berasal, bagaimana cara penyebarannya, dan belum terhimpunnya benda-benda peninggalan sejarah yang bercorak Islam di Bengkulu. Dari fenomena yang ada, mengingat Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Bengkulu, maka dapat dan perlu dilakukan pengkajian secara mendalam tentang sejarah dakwah Islam di Bengkulu.
== Peninggalan-peninggalan Islam ==
Baris 52 ⟶ 61:
Pecahan keramik local atau tembikar ditemukan di Sungai Jenggalu dan Pauh Terenjam yang berjumlah 8 buah. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat berasal dari campuran pasir dan tanah liat dengan menggunakan teknik roda putar lambat. Pasir yang digunakan adalah pasir laut sehingga kandungan kwarsanya tinggi. Beberapa keramik bertuliskan huruf Arab.
* Benteng Tanah
Benteng tanah ditemukan di Babadan dan Kerkap. Benteng Babadan berbentuk bujursangkar dengan dua buah bastion, sementara benteng Kerkap berbentuk empat persegi panjang tanpa bastion, Diperkirakan benteng ini didirikan oleh [[Kesultanan Aceh|Kerajaan Aceh]] karena di dalam benteng ditemukan beberapa kata bertuliskan huruf Arab.
== Daftar Pustaka ==
|