Islam di Bengkulu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pemaparan
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rv anon
Tag: Pembatalan kemungkinan perlu dirapikan
Baris 1:
{{copy edit|for=gaya penulisan (mirip makalah)|date=Maret 2019}}
{{no footnotes|date=Maret 2019}}
'''Islam di Bengkulu''' memiliki sejarah yang panjang. [[Islam]] tercatat sebagai agama resmi pertama yang masuk ke [[Bengkulu]].
 
Masuk dan berkembangnya dakwah Islam di nusantara Indonesia tidak terlepas dari adanya interaksi antara pedagang muslim dari Gujarat dan Timur Tengah. Dakwah Islam di provinsi Bengkulu mulai masuk pada sekitar tahun 1500-an dan saat itu Bengkulu masih berupa pemerintahan dalam bentuk kerajaan-kerajaan kecil. Dakwah Islam di Bengkulu berkembang pada tahun 1600 hingga 1700-an. Dakwah Islam di Bengkulu masuk melalui beberapa jalur, di antaranya melalui Sumatra Barat, Sumatra Selatan (Palembang), dan interaksi antara kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu dengan kerajaan Banten Islam di tanah Jawa.
'''Islam di Bengkulu''' memiliki sejarah yang panjang. Dakwah Islam di provinsi Bengkulu mulai masuk pada sekitar tahun 1200-an dan saat itu Bengkulu masih berupa pemerintahan dalam bentuk kerajaan-kerajaan kecil, pada hari senin 10 Maret 1529 adalah resminya nama Mukomuko dan resminya batas Mukomuko dengan Kerinci,ialah darei renah sianit sampai bukit setinjau laut.<ref>https://bengkuluwisatakito.blogspot.com/2012/11/sejarah-mukomuko.html</ref><ref>https://www.liputanglobal.com/2015/12/ini-sejarah-pembentukan-kabupaten.html</ref> Dakwah Islam di Bengkulu berkembang pada tahun 1288 hingga sekarang. Dakwah Islam di Bengkulu sepertinya masuk melalui melalui Sumatra Barat. Interaksi dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu dan Sidang Saleh adalah Paksi Pak, Kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam didirikan pada [[ Abad ke-13]] Masehi hingga sekarang dengan nama lain di wilayah [[Lampung]] sebagai Kerajaan Adat yang memiliki wilayah serta masyarakat Adat yang masih berjalan dan mempertahankan hingga saat ini dengan satu junjungan yang disebut Sultan Saibatin raja adat di Kepaksian, diperkirakan pula hingga [[Kerajaan Banten]] di tanah Jawa. [[Islam]] tercatat sebagai agama resmi pertama yang masuk ke [[Bengkulu]] melalui "Kerajaan Muko-muko" pada sekitar tahun 1287 Masehi abad ke-13 Masehi oleh para putra-putra dari pada Mujahid. Masuk dan berkembangnya dakwah Islam di nusantara Indonesia tidak terlepas dari adanya interaksi antara pedagang muslim kala itu, Umumnya buku-buku sejarah nasional menjelaskan, masuknya Islam ke nusantara dibawa oleh para musafir yang berdagang dari Gujarat dan pedagang keturunan arab yang memiliki misi khusus penyebar agama Islam. Menurut Marwati dan Poespo Nugroho, Islam masuk ke nusantara melalui para musafir dan pedagang muslim, sedangkan menurut kajian arkeologi membuktikan islam di bengkulu berawal dari pasai pesisir pantai utara sumatra. Daerah-daerah pantai yang disinggahi para penyebar Islam sejak awal sudah memungkinkan mereka mendirikan perkampungan. Sedangkan menurut sejarawan T. W. Arnold dalam karyanya The Preaching of Islam menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal sebelum abad ke-12 Masehi.<ref>https://warisanbengkulu.blogspot.com/2011/04/bangsa-adat-dan-kebudayaan-bengkulu.html</ref>
 
Umumnya buku-buku sejarah nasional menjelaskan, masuknya Islam ke nusantara dibawa oleh para musafir yang berdagang dari Gujarat. Menurut Marwati dan Poespo Nugroho, Islam masuk ke nusantara melalui para musafir dan pedagang muslim. Daerah-daerah pantai yang disinggahi pedagang muslim sejak awal sudah memungkinkan mereka mendirikan perkampungan . Sedangkan menurut sejarawan T. W. Arnold dalam karyanya The Preaching of Islam menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M .
Interaksi para mubaligh Islam yang berprofesi sebagai pedagang tersebut (lebih dikenal dengan para saudagar muslim) yang datang ke nusantara untuk melakukan perdagangan dengan penduduk pribumi Indonesia, telah membawa penyebaran dakwah Islam ke nusantara. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Marwati dan Poespo Nugroho, saluran dan cara-cara Islamisasi Indonesia pada taraf permulaan adalah melalui jalur syiar kemungkinan pula dengan berdagang yang dilakukan oleh pedagang-pedagang muslim Arab, Persia, dan India pada abad ke-8. Saluran Islamisasi yang kedua adalah melalui perkawinan para pedagang dan mujahid muslim tersebut dengan wanita pribumi. Islamisasi di suatu daerah adalah melalui pengembangan ajaran tasawuf, pendidikan, adat istiadat, budaya dan pondok pesantren. Saluran dan cara Islamisasi di suatu daerah dapat pula melalui cabang-cabang kesenian, seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik, dan seni sastra, wawakhahan dan lain sebagainya.
 
Interaksi para mubaligh Islam yang berprofesi sebagai pedagang tersebut (lebih dikenal dengan para saudagar muslim) yang datang ke nusantara untuk melakukan perdagangan dengan penduduk pribumi Indonesia, telah membawa penyebaran dakwah Islam ke nusantara. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Marwati dan Poespo Nugroho, saluran dan cara-cara Islamisasi nusantara Indonesia pada taraf permulaan adalah melalui jalur syiar kemungkinan pula dengan berdagangperdagangan yang dilakukan oleh pedagang-pedagang muslim Arab, Persia, dan India pada abad ke-87. Saluran Islamisasi yang kedua adalah melalui perkawinan para pedagang dan mujahid muslim tersebut dengan wanita pribumi. Kecuali melalui perdagangan dan perkawinan, jalur Islamisasi di suatu daerah adalah melalui pengembangan ajaran tasawuf, pendidikan, adat istiadat, budaya dan pondok pesantren. Saluran dan cara Islamisasi di suatu daerah dapat pula melalui cabang-cabang kesenian, seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik, dan seni sastra, wawakhahan dan lain sebagainya.
 
== Masuknya Islam di Bengkulu ==
Masuk dan berkembangnya dakwah Islam di Bengkulu menurut hemat penulis sedikit terlambat dibandingkan dengan masuknya dakwah Islam di daerah-daerah lain di nusantara yang telah tersentuh ajaran Islam pada abad ke-7 Masehi. Hal ini ada kemungkinan disebabkan oleh letak geografis Bengkulu yang berada di tepi Samudera Hindia danbukan pengislamanberada di tempatantara selat lainpulau. Dengan kondisi seperti tersebut membuat pelayaran mengalami tertundakesulitan untuk berlayar menuju Bengkulu. Persentuhan Bengkulu dengan Islam saat Bengkulu masih terbentuk dalam sistem pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan kecil yang berada di kawasan dataran tinggi ataupun berada di wilayah pesisir provinsi Bengkulu di dalam sejarah sepertinya masuknya Islam di Indonesia oleh Mujahid keturunan dari anak cucu Sultan Iskandar Zulkarnain yang menjadi salah satu pemimpin pemerintahan monarki kala itu. Dengan pusat pemerintahan di perkirakan daerah [[Kerajaan Siguntur]] dengan ibu kota Negeri [[Kerajaan Jambu Lipo]] pesisir pantai barat Sumatra.
 
Berdasar pada beberapa data yang ada, salah satunya menurut Azra, penyebaran Islam yang berasal dari Timur Tengah dan sekitarnya menuju kepulauan indonesianusantara, terlebih dahulu singgah di Malaka. Dari Malaka inilah kemudian Islam tersebar dimenuju pulaunusantara. AsiaDari kemungkinanMalaka melauiIslam Al-Mujahid,tersebar Mujahidke pulau Sumatra melaui Sriwijaya (Palembang), lalu menyebar ke daerah-daerah lainnya di Sumatra. Dari Malaka Islam juga dibawa ke Aceh (Samudera Pasai) dan menyebar ke daerah sekitarnya. Sedangkandi [[Islampulau diSumatra. Sedangkan Sumatra Barat]] kemungkinan menerima Islam melalui Palembang, dan Aceh atau Pasai. Bila melihat jalur penyebaran agama Islam di indonesianusantara tersebut, ada kemungkinan Islam masuk ke Bengkulu melalui Sumatra BaratMinangkabau (12001500) atau melalui Palembang, dan pada masa-masa tersebut Bengkulu telahmasih berbentuk dalam tata pemerintahan berupa monarkykerajaan-kerajaan.
 
Salah satu kerajaan tertua di Bengkulu adalah Kerajaan Sungai limau kenungkinanSerut dengan raja pertamanya pendahulu dari Ratu Agung abad ke(1550-12 hingga ke-15 Masehi1570) yang berasal dari Gunung Bungkuk. Dari sumber lokal yang terhimpun dalam Gelumpai diperoleh keterangan bahwa pada tahun 1417 M seorang dai dari Aceh bernama Malim Mukidim datang ke Gunung Bungkuk Sungai Serut Awi, kawasan Lematang Ulu. Malim Mukidim berhasil mengislamkan Raja dan Ratu Agung penguasa Gunung Bungkuk saat itu . Menurut sumber lain, agama Islam masuk di Bengkulu sekitar abad ke 16 .
 
Persentuhan Palembang dengan Islam, kemungkinkansangat memungkinkan Palembang menjadi salah satu pintu masuknya Islam ke Bengkulu. Hal ini sebagaimana yang di kemukakan oleh Badrul Munir Hamidy: "Masuknya Islam ke Bengkulu melalui lima pintu yaitu ; pintu pertama melalui kerajaan Sungai limauSerut yang dibawa oleh ulama Aceh Tengku Malim Mukidim, pintu kedua melalui perkawinan Sultan Muzafar Syah dengan putri Serindang Bulan, inilah awal masuknya Islam ke tanah Rejang pada pertengahan abad XVII. Pintu ketiga melalui Kerajaandatangnya SigunturBagindo ibuMaharajo NegeriSakti dari [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar]] ke kerajaan Sungai Lemau pada abad XIIIXVII, pintu keempat melalui dakwah yang dilakukan oleh dai-dai dari Pasai.Banten, Pintusebagai bentuk hubungan kerjasama kerajaan Banten dan kerajaan Selebar, pintu kelima masuknya Islam ke Bengkulu melalui daerah [[Kabupaten Mukomuko|Mukomuko]] setelah menjadi kerajaan Mukomuko". Kerajaan Siguntur ibu Negeri Pagar uyungPagaruyung di Sumatra Barat mempunyai kekuasaan yang luas dari Sikilang Aia Bangih adalah batas Utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan dengan Natal, Sumatra Utara. Taratak Aia Hitam adalah daerah- Bengkulu (daerah pesisir Selatan hingga ke Mukomuko). AbdulDurian SyukurDitakuak awalRajo mula-mulaadalah mengembangkanwilayah agamadi IslamKabupaten diBungo, Jambi yang terakhir, Sialang Balantak Basi adalah wilayah Sungaidi ItamRantau hinggaBarangin, keKabupaten LembakKampar, Riau sekarang Delapan.
 
Selain ke lima pintu masuknya dakwah Islam ke Bengkulu yang dikemukakan di atas, salah satu jalur masuknya Islam ke Bengkulu lainnya adalah adanya hubungan kerajaan Sungai Lemau dengan Singaran atau Suanda yang berasal dari Palembang. Pada tahun 1527 M datang seseorang yang berasal dari Lembak Beliti, dusun Taba Pingin Pucuk Palembang yang bernama Singaran atau Suanda kepada Baginda Sebayam raja Sungai Lemau dengan tujuan untuk meminta suaka politik. Pengganti Baginda Sebayam adalah putranya yang tertua bernama Baginda Sana yang bergelar Paduka Baginda Muda. Pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda datang seorang laki-laki dari dusun Taba Pingin yang bernama Abdul Syukur yang masih termasuk kerabat Singaran (Suanda). Abdul Syukur inilah yang mula-mula mengembangkan agama Islam di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan .
Singaran yang datang dari Lembak Beliti dusun Taba Pingin Pucuk Palembang dalam sumber lain nama Singaran disebut juga dengan nama Aswanda. Karena Aswanda berkelakuan baik dan berasal dari keturunan bangsawan maka oleh baginda Sebayam diambil menjadi menantu dan diberi sebagian wilayah kerajaannya, yaitu daerah pesisir yang terbentang antara Sungai Itam dan sungai Bengkulu ke hulu sampai sungai Renah Kepahiang dan ke hilir sampai ke pinggir laut, peristiwa ini kemungkinan terjadi pada abad ke-16. Kedatangan kerabat Singaran yang beragama Islam pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda dari kerajaan Sungai Lemau berarti telah terjadi kontak hubungan antara masyarakat Sungai Lemau khususnya di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan dengan agama Islam sekitar sebelum abad ke-17 Masehi.
 
Singaran atau Suanda yang datang dari Lembak Beliti dusun Taba Pingin Pucuk Palembang dalam sumber lain nama Singaran atau Suanda disebut juga dengan nama Aswanda. Karena Aswanda berkelakuan baik dan berasal dari keturunan bangsawan maka oleh baginda Sebayam diambil menjadi menantu dan diberi sebagian wilayah kerajaannya, yaitu daerah pesisir yang terbentang antara Sungai Itam dan sungai Bengkulu ke hulu sampai sungai Renah Kepahiang dan ke hilir sampai ke pinggir laut, peristiwa ini kemungkinan terjadi pada abadtahun 1650 ke-16. Kedatangan kerabat Singaran (Suanda atau Aswanda) yang beragama Islam (Abdul Syukur) pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda dari kerajaan Sungai Lemau berarti telah terjadi kontak hubungan antara masyarakat Sungai Lemau khususnya di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan dengan agama Islam sekitar sebelum abad ke-17tahun Masehi1650.
Pada abad ke-16 Masehi kerajaan Sungai Lemau dan kerajaan Sillebar yang ada di Bengkulu mengadakan hubungan kerjasama dengan sultan Banten. Utusan kerajaan Sungai Lemau diwakili oleh Depati Bangsa Raja, sedangkan utusan dari kerajaan Sillebar diwakili oleh Depati Bangso Radin. Kedua utusan dari dua kerajaan tersebut menyatakan wilayahnya memiliki hubungan kerjasama yang baik terhadap sultan Banten.
 
Pada tahun 1668 M (1079 H) kerajaan Sungai Lemau dan kerajaan Sillebar yang ada di Bengkulu mengadakan hubungan kerjasama dengan sultan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa). Utusan kerajaan Sungai Lemau diwakili oleh Depati Bangsa Raja, sedangkan utusan dari kerajaan Sillebar diwakili oleh Depati Bangso Radin. Kedua utusan dari dua kerajaan tersebut menyatakan wilayahnya di bawah kekuasan sultan Banten. Selanjutnya sultan Banten bermufakat dengan Inggris untuk memberikan gelar pangeran kepada kedua utusan dari Bengkulu tersebut, setelah menghadap sultan Banten, Depati Bangsa Raja dari kerajaan Sungai Lemau mendapat gelar Pangeran Raja Muda. Sedangkan Depati Bangsa Radin dari kerajaan Sillebar oleh Sultan Banten diberi gelar Pangeran Nata Diraja. Menurut riwayat, Pangeran Nata Diraja menikah dengan Puteri Kemayun anak perempuan Sultan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa). Pangeran Nata Diraja kembali ke kerajaan Sillebar di Bengkulu disertai dengan dua belas tentara kesultanan Banten .
Selain itu peninggalan sejarah menyangkut kontak hubungan masyarakat Bengkulu dengan agama Islam yang masih dapat dilihat sampai sekarang adanya perayaan ritual [[Tabot]] yang dilaksanakan untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad S.A.W. yakni Hasan dan Husein.
 
Dengan demikian dakwah Islam juga masuk ke Bengkulu melalui pintu kerjasama antara kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu pada abad ke-16. Selain itu peninggalan sejarah menyangkut kontak hubungan masyarakat Bengkulu dengan agama Islam yang masih dapat dilihat sampai sekarang adanya perayaan ritual [[Tabot|Tabut]] yang dilaksanakan untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad S.A.W. yakni Hasan dan Husein.
Awal datangnya Tabut di Bengkulu dibawa oleh orang Benggali India pada jauh sebelum abad 16 Masehi. Di Bengkulu Syekh Burhanudin mempersunting dua orang dara yang masing-masing berasal dari dusun Cinggri dan Sungai Leman menetap disebuah perkampungan yang terletak dipesisir bantai Berkas dengan anak dan cucunya . Masuknya budaya Tabut ke Bengkulu pada masa jauh sebelum penjajahan Inggris sekitar abad XVI yang dibawa oleh suku Sipai dan Benggali.
 
Awal datangnya Tabut di Bengkulu dibawa oleh orang Benggali India pada jauhtahun sebelum1714 abaddikepalai oleh Syekh Burhanudin, bergelar 16imam MasehiSenggolo. Di Bengkulu Syekh Burhanudin mempersunting dua orang dara yang masing-masing berasal dari dusun Cinggri (pen. Cenggri) dan Sungai Leman (pen. Sungai Lemau) (Pondok Kelapa sekarang) menetap disebuah perkampungan yang terletak dipesisir bantai Berkas dengan anak dan cucunya . Masuknya budaya Tabut ke Bengkulu pada masa jauh sebelum penjajahan Inggris sekitar abad XVIXVII yang dibawa oleh orang-orang Islam berasal dari India yang berasal dari suku Sipai dan Benggali.
Pada masa kolonial Inggris berada di Bengkulu, suku Benggala termasuk kelompok ke lima dalam pelapisan sosial. Suku Benggala lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan suku Cina. Tabiat suku Benggala penuh curiga, suka berkelahi, dalam bekerja lebih lamban dari suku Melayu. Selain itu mereka menciptakan suatu tradisi perayaan yang lain dari kebudayaan suku Melayu yang ada di Bengkulu, suku Benggala dikenal juga sebagai Sipaijer atau suku Sipai. Kebudayaan dan tradisi yang diciptakan oleh suku Benggala tersebut sampai saat ini dikenal dengan perayaan Tabut.
 
Pada masa kolonial Inggris berada di Bengkulu, sukuorang-orang Benggala termasuk kelompok ke lima dalam pelapisan sosial. SukuOrang-orang Benggala lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan sukuorang Cina. Tabiat sukuorang Benggala penuh curiga, suka berkelahi, dalam bekerja lebih lamban dari sukuorang-orang Melayu. Selain itu mereka menciptakan suatu tradisi perayaan yang lain dari kebudayaan sukuorang-orang Melayu yang ada di Bengkulu, sukuorang Benggala dikenal juga sebagai Sipaijer atau sukuorang Sipai . Kebudayaan dan tradisi yang diciptakan oleh sukuorang Benggala tersebut sampai saat ini dikenal dengan perayaan Tabut.
Selain bukti sejarah berupa adat dan kebudayaan, tulisan, dan lain sebagainya, bukti lain yang mengindikasikan masuknya dakwah Islam ke suatu daerah antara lain adalah adanya adat dan budaya yang masih di pertahankan hingga sekatang, makam umat Islam atau makam orang Islam. Seperti ditemukannya batu nisan tanda kuburan tua yang bertuliskan dan atau berarsitektur Timur Tengah.
 
Selain bukti sejarah berupa adat dan kebudayaan, tulisan, dan lain sebagainya, bukti lain yang mengindikasikan masuknya dakwah Islam ke suatu daerah antara lain adalah adanya adat dan budaya yang masih di pertahankan hingga sekatang, makam umatorang Islam atau makam orangyang bercorak Islam. Seperti ditemukannya batu nisan tanda kuburan tua yang bertuliskan dan atau berarsitektur Timur Tengah.
Di Bengkulu, salah satu peninggalan makam yang umat Islam terdapat pada makam Sentot Ali Basya tertulis tanggal pemakaman. Menurut penuturan masyarakat, bangunan cungkup yang ada di atas makam Sentot Alibasyah adalah bangunan baru. Hal itu menunjukan bangunan makam tersebut pada awalnya sangat sederhana, tanpa bangunan tambahan. Makam tidak ditandai.
 
Di Bengkulu, salah satu peninggalan makam yang umatbercorak Islam terdapat pada makam Sentot Ali Basya tertulis tanggal pemakaman 17 April 1885. Menurut penuturan masyarakat, bangunan cungkup yang ada di atas makam Sentot Alibasyah adalah bangunan baru. Hal itu menunjukan bangunan makam tersebut pada awalnya sangat sederhana, tanpa bangunan tambahan. Makam tidak ditandai dengan nisan, berbeda dengan umumnya makam-makam muslim di Nusantara .
 
Lokasi makam Sentot Alibasyah ini berada di daerah Kampung Bali atau lebih tepatnya berada pada arah Barat provinsi Bengkulu. Kondisi makam cukup terawat dengan baik, dipasang cungkup berwarna putih, serta disekelilingnya terdapat makam-makam lain yang berasal dari masyarakat sekitar. Lokasi makam mudah dijangkau dengan kendaraan, karena berada sekitar 200 meter dari jalan raya.
 
Bukti-bukti sejarah masuknya Islam di Bengkulu telahbelum teridentifikasi secara utuh, dengankarena dibuktikansedikitnya adatpeninggalan sejarah yang menunjukkan kapan masuknya Islam di Bengkulu dan budayapenulis setempatbelum masihmenemukan dipertahankanhasil berjalanpenelitian sebagaitentang manahal mestinyatersebut. Namun perkembangan sejarah dakwah di Bengkulu dapat juga dilihat dari beberapa manuskrip yang menunjukkan pracorak ke-Islam adalah adanya naskah yang ditulis pada ruas/gelondong (Gelumpai) dari bambu, yang dikenal dengan tulisan [[Aksara Rencong|Rencong Ka-Ga-Nga]], atau aksara Ulu. Masyarakat turunan Pasemah khususnya masyakat yang ada di Padang Guci kabupaten Kaur menyebut tulisan Ka-Ga-Nga dengan sebutan tulisan Ke-Ge-Nge, dan dari informasi yang penulis dapatkan mungkin tidak ada perbedaan antara Ka-Ga-Nga suku-orang suku Rejang, [[Suku Lampung]] dengan tulisan Ke-Ge-Nge yang pernah ada di Padang Guci.
 
Walaupun demikian tulisan Rencong Ka-Ga-Nga merupakan tulisan suku Rejang Bengkulu pertengahan abad XV, dan dikenal dengan sebutan [[Aksara Rencong|tulisan Rencong]], yang cara menulisnya dilakukan dari kiri ke kanan secara melintang (horizontal). Istilah Rencong lazim dipergunakan oleh sarjana Belanda. Tulisan aksara rencong disebut juga dengan aksara Ka-Ga-Nga, atau Ulu (Surat Ulu) . Dari sumber lokal yang terhimpun dalam tulisan pada ruas-ruas Gelumpabambu (Gelumpai) diperoleh keterangan bahwa pada tahun 1417 M seorang dai dari Aceh bernama Malim Mukidim datang ke Gunung Bungkuk Sungai Serut Awi, kawasan Lematang Ulu. Ia berhasil mengislamkan raja Ratu Agung penguasa Gunung Bungkuk saat itu . Dengan demikian tulisan-tulisan tersebut dengan jelas menceritakan Islam di Bengkulu.
 
Selain peninggalan adat istiadat, tulisan, makam, dan artefak, masjid merupakan sebuah bukti sejarah Islam. Sehingga untuk mengkaji sejarah Islam, tidak jarang adat istiadat, masjid, bebatuan menjadi tolok ukur masuk dan berkembangnya Islam di suatu daerah. Budaya, Masjid sebagai sentral kegiatan ibadah dan dakwah Islam yang dapat menjadi bukti sejarah masuknya Islam di Bengkulu, namun di sayangkan sangat sedikit dapat ditemukan masjid-masjid tua yang menunjukkan indikasi bahwa masjid tersebut dibangun pada awal masuknya Islam di Bengkulu. Pada umumnya masjid yang ada di Bengkulu dibangun setelah jamanabad ke pra-sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia19.
 
Sebagai bukti masuk dan berkembangnya Islam di Bengkulu, tidak salah kiranya ditelusuri melalui adat, budaya serta masjid-masjid tua yang ada di Bengkulu. Dalam tulisannya Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia Abdul Baqie Zein mengemukakan ada beberapa masjid tertua dan bersejarah di kota Bengkulu adalah: masjid Baiturrahim simpang lima th 1910, masjid Taqwa Jl Sutoyo Rt. 4 th 1910, masjid Al-Muhtadin Jl S. Parman Rt. 10 th 1912, masjid Lembaga Pemasyarakatan th 1915, masjid Al-Muhtadin th 1920, masjid Al-Iman Jl. Sutoyo Rt. 5 th 1921. masjid-masjid inilah yang tercatat dalam direktori masjid Kanwil Depag Bengkulu tahun 1997 . Sumber lain menyebutkan bahwa masjid-masjid yang bersejarah di Bengkulu di antaranya masjid Jamik di Jl. Suprapto, masjid Syuhada di kelurahan Dusun Besar, masjid Al-Mujahidin di kelurahan Pasar Baru, dan masjid Baitul Hamdi di kelurahan Pasar Baru.
 
Di Bengkulu Selatan terdapat sebuah masjid yang bernama Masjid Al Mannar yang kondisinya saat ini telah dipugar karena mengalami kerusakan berat setelah gempa tahun 2000. Menurut Burhanuddin (Ketua Panitia Pembangunan Masjid Al-Mannar) masjid Al-Manar merupakan masjid tertua di Kota [[Manna, Bengkulu Selatan|Manna]], karena dibangun sekitar tahun 1905 Masehi atau 1327 Hijriyah. Masjid Al-Mannar yang berlokasi di perkampungan nelayan Pasar Bawah memiliki nilai-nilai historis, karena terkait erat dengan sejarah perkembangan Islam di Bengkulu Selatan. Di masjid tersebut, dimakamkan pula Syech Moh Amin, yang merupakan penyebar agama Islam dan pendiri masjid pertama di Bengkulu Selatan tersebut.<ref>https://anggawipat24.wordpress.com/2018/04/29/sejarah-perkembangan-islam-di-bengkulu/</ref><ref>https://repository.ugm.ac.id/275477/1/dewidya_201308122_siti%20chamamah%20soeratno%20I%2C%20II%20tdk%20ada.pdf</ref>
 
== Interaksi Awal ==
Interaksi awal masyarakat Bengkulu dengan Islam dapat diketahu melalui beberapa jalur, antara lain melalui jalur Sumatra Selatan (Palembang), jalur Sumatra Barat (Padang) pengaruh [[Islamkerajaan di Sumatra Barat]]Pagaruyung di Mukomuko, dan jalur kerjasama perdagangan antar kerajaan Sillebar dengan Banten. Banyaknya jalur masuk dan berkembangnya dakwah Islam di Bengkulu, membuat corak tersendiri dalam aplikasi keberagamaan masyarakat Bengkulu. Mencermati beberapa data yang ada tentang sejarah Islam di Bengkulu, dapat diketahui telah adanya kajian secara holistik tentang proses masuknya Islam ke Bengkulu, waktu masuknya Islam ke Bengkulu, daerah mukomuko yang pertama bersentuhan dengan Islam, siapa penyebar agama Islam pertama kali adalah Mujahid, dari daerah pasai para pembawa Islam ke Bengkulu berasal, penyebaran dengan cara melalui adat dan budaya setempat, telah terhimpunnya bukti-bukti peninggalan sejarah Islam di Bengkulu. Dari fenomena yang ada, mengingat Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Bengkulu, maka dapat di simpulkan secara mendalam tentang sejarah Islam di Bengkulu melalui adat dan budaya awal dengan dibuktikan tulisan aksara Ka-Ga-Nga sama dengan tulisan [[Aksara Lampung]] Ka-Ga-Nga yang telah ada dari abad ke-9 masehi sejaman dengan di temukannya [[Prasasti Hujung Langit]] di hakha kuning bunukh tenuwakh. Pada jaman berikutnya pra-sejarah penyebaran Islam, [[Orang Mukomuko]] mendapat pengaruh adat istiadat dan budaya dari kerajaan pagaruyung di perkirakan abad ke-15 Masehi dengan cara berdakwah memperdalam ajaran-ajaran agama Islam masa itu.<ref>http://malahayati.ac.id/?p=15858</ref><ref>https://rumus.co.id/prasasti-peninggalan-kerajaan-sriwijaya/</ref><ref>https://daerah.sindonews.com/berita/1305170/29/sejarah-dan-masuknya-islam-ke-bengkulu</ref>
 
Mencermati beberapa data yang ada tentang sejarah dakwah Islam di Bengkulu, dapat diketahui belum adanya kajian secara holistik tentang proses masuknya dakwah Islam ke Bengkulu, waktu masuknya Islam ke Bengkulu, daerah mana yang pertama bersentuhan dengan Islam, siapa penyebar agama Islam pertama kali, dari daerah mana para pembawa Islam ke Bengkulu berasal, bagaimana cara penyebarannya, dan belum terhimpunnya benda-benda peninggalan sejarah yang bercorak Islam di Bengkulu. Dari fenomena yang ada, mengingat Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Bengkulu, maka dapat dan perlu dilakukan pengkajian secara mendalam tentang sejarah dakwah Islam di Bengkulu.
 
== Peninggalan-peninggalan Islam ==
Baris 52 ⟶ 61:
Pecahan keramik local atau tembikar ditemukan di Sungai Jenggalu dan Pauh Terenjam yang berjumlah 8 buah. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat berasal dari campuran pasir dan tanah liat dengan menggunakan teknik roda putar lambat. Pasir yang digunakan adalah pasir laut sehingga kandungan kwarsanya tinggi. Beberapa keramik bertuliskan huruf Arab.
* Benteng Tanah
Benteng tanah ditemukan di Babadan dan Kerkap. Benteng Babadan berbentuk bujursangkar dengan dua buah bastion, sementara benteng Kerkap berbentuk empat persegi panjang tanpa bastion, Diperkirakan benteng ini didirikan oleh [[Kesultanan Aceh|Kerajaan Aceh]] karena di dalam benteng ditemukan beberapa kata bertuliskan huruf Arab.
 
== Distribusi geografi ==
Berikut merupakan sebaran Muslim per kota/kabupaten di Bengkulu.
{| class="wikitable"
|+
!Kota/kabupaten
!Muslim<ref>[https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Provinsi+Bengkulu&wid=1700000000&lang=id]</ref>
!%
|-
|[[Kabupaten Bengkulu Selatan|Bengkulu Selatan]]
|140.881
|98.56%
|-
|[[Kabupaten Rejang Lebong|Rejang Lebong]]
|241.191
|97.73%
|-
|[[Kabupaten Bengkulu Utara|Bengkulu Utara]]
|246.848
|95.80%
|-
|[[Kabupaten Kaur|Kaur]]
|107.440
|99.57%
|-
|[[Kabupaten Seluma|Seluma]]
|169.655
|97.78%
|-
|[[Kabupaten Mukomuko|Mukomuko]]
|150.520
|96.64%
|-
|[[Kabupaten Lebong|Lebong]]
|98.377
|99.16%
|-
|[[Kabupaten Kepahiang|Kepahiang]]
|123.377
|98.81%
|-
|[[Kabupaten Bengkulu Tengah|Bengkulu Tengah]]
|96.344
|97.98%
|-
|[[Kota Bengkulu]]
|294.448
|95.43%
|-
|'''TOTAL'''
|'''1.669.081'''
|'''97.29%'''
|}
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
== Daftar Pustaka ==