Krisis Selat Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Meteor2303 (bicara | kontrib)
Membenarkan terjemahan
Meteor2303 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17:
Sementara itu, Indonesia dan terutama presidennya yang lama menjabat: Soekarno, dengan keras menentang pembentukan Federasi tersebut. Soekarno menentang baik pelestarian kehadiran Inggris yang 'imperialis' di [[Asia Tenggara]], wilayah di mana ia bercita-cita menjadi kekuatan tertinggi, maupun penggabungan koloni-koloni Borneo ke Federasi baru tersebut, karena tujuannya adalah untuk mengontrol seluruh pulau. Memang, karena kepemilikan atas wilayah [[Kalimantan (Indonesia)|Kalimantan]], Indonesia sudah menguasai sebagian besar pulau. Untuk meningkatkan posisi Indonesia di meja perundingan sebelum Federasi tersebut diciptakan, Soekarno bertekad untuk memulai periode <span>Konfrontasi</span> dengan Malaysia. Awalnya terdiri atas serangan yang sering terjadi oleh 'relawan' Indonesia ke wilayah Malaysia, konflik ini tidak dianggap sebagai perang oleh kedua sisi, terutama oleh Indonesia. Bahkan, ketika ditanya tentang apa sebenarnya Konfrontasi itu, Menteri Luar Negeri [[Soebandrio]] dari Indonesia menjawab, "Konfrontasi tidak mencakup perang, karena dapat dilakukan tanpa perang."
 
Untuk Soekarno, operasi semacam ini memiliki sejumlah manfaat. Memulai operasi militer melawan 'imperialis' akan membantu mengikat bersama kekuatan antagonis pasukan angkatan darat dengan [[Partai Komunis Indonesia|Partai Komunis]] (PKI) dalam mendukungnya, sementara tidak menciptakan kerusakan yang tereskalasi penuh akan mencegah Inggris dan sekutu Persemakmurannya yang secara militer superior untuk tidak menggunakan kekuatan penuh mereka. Indonesia juga telah mengadakan operasi sukses yang menggunakan teknik yang sama dalam [[Persengketaan Irian Barat|Operasi Irian Barat]] melawan Belanda satu dekade sebelumnya dimana operasi penyerbuan ke [[Papua Bagian Barat|Papua Barat]] berakhir dengan Belanda yang menyerahkan wilayah itu untuk mencegah Indonesia 'jatuh' ke tangan Komunisme.<ref>Simpson 2012, pp. 161–2.</ref>
 
=== Konfrontasi Mengembang ===