Perang Padri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 114.125.229.220 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 114.122.198.1
Tag: Pengembalian
Baris 58:
 
=== Peperangan jilid kedua ===
{{Noref}}Setelah berakhirnya perang Diponegoro dan pulihnya kekuatan Belanda di Jawa, Pemerintah Hindia Belanda kembali mencoba untuk menundukan Kaum Padri. Hal ini sangat didasari oleh keinginan kuat untuk penguasaan penanaman [[kopi]] yang sedang meluas di kawasan pedalaman Minangkabau (''darek''). Sampai [[abad ke-19]], komoditas perdagangan kopi merupakan salah satu produk andalan Belanda di Eropa. [[Christine Dobbin]] menyebutnya lebih kepada perang dagang, hal ini seiring dengan dinamika perubahan sosial masyarakat Minangkabau dalam liku-liku perdagangan di pedalaman dan pesisir pantai barat atau pantai timur. Sementara Belanda pada satu sisi ingin mengambil alih atau monopoli.<ref name="Dobbin"/>
 
Selanjutnya untuk melemahkan kekuatan lawan, Belanda melanggar perjanjian yang telah dibuat sebelumnya dengan menyerang nagari [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]] yang merupakan salah satu kawasan yang mampu memproduksi [[mesiu]] dan senjata api. Kemudian untuk memperkuat kedudukannya, Belanda membangun [[benteng]] di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] yang dikenal dengan nama [[Fort de Kock (benteng)|Fort de Kock]].