Aloysius Gonzaga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 5:
|birth_date={{Birth date|1568|3|9|mf=y}}<br>[[Castiglione delle Stiviere]],<br>Kadipaten Mantua,<br>[[Kekaisaran Romawi Suci]] (''sekarang'' {{flagicon|Italia}} [[Italia]] Utara)
|death_date={{death date and age|1591|6|21|1568|3|9|mf=y}}<br>[[Roma]], [[Negara Gereja]] (''sekarang'' {{flagicon|Vatikan}} [[Vatikan]])
|feast_day=21 Juni
|venerated_in=[[Gereja Katolik]]
|titles=Penerima Pengakuan Dosa
|beatified_date=19 Oktober
|beatified_place=Roma, Negara Gereja (''sekarang'' Vatikan)
|beatified_by=[[Paus Paulus V]]
|canonized_date=31 Desember
|canonized_place=Roma, Negara Gereja (''sekarang'' Vatikan)
|canonized_by=[[Paus Benediktus XIII]]
Baris 28 ⟶ 27:
Aloysius (Luigi) Gonzaga, putra tertua ''Marchese'' ([[bangsawan]]) dari Castiglione, dilahirkan pada tanggal [[9 Maret]] [[1568]]. Meski baru berumur 4 tahun, Luigi diajak dalam ekspedisi latihan untuk mengenal dunia [[militer]]. Pada kesempatan-kesempatan seperti itu, si kecil (Aloysius) ini mengenakan seragam tentara dan berjalan di samping ayahnya memeriksa pasukan.<ref name=dublin>{{cite web|title=Aloysius Gonzaga|url=http://www.gonzaga.ie/aloysius_gonzaga.html|publisher=Gonzaga College, Dublin|accessdate=24 December 2012}}</ref>
Namun permainan tentara ini harus ditinggalkan ketika Aloysius terserang [[malaria]]. Pada usia 7 tahun, ia bertobat dari cara hidup kebangsawanan untuk memulai kehidupan yang lebih mengutamakan hal batiniah. Sejak saat itu ia mulai berdoa dan dengan kegembiraan besar mendaraskan [[mazmur]]-mazmur. Ketika ayahnya kembali dari kunjungan 2 tahun ke [[Spanyol]] pada tahun [[1576]], ia mendapati putranya yang berusia 8 tahun memiliki penguasaan diri seperti seorang dewasa, dan ia sudah menganggapnya sebagai seorang ahli waris Castiglione yang pantas. Karena ia adalah anak tertua, masa depan Aloysius sudah ditentukan. Tetapi sementara ayahnya memikirkan Aloysius sebagai pengikut langkahnya, Aloysius sendiri memikirkan kemungkinan untuk mengikuti langkah seseorang yang lain.<ref name=coulson>[http://www.cin.org/saints/aloysius.html Coulson, John. ''The Saints: A Concise Biographical Dictionary'']</ref> Ibunya menjadi [[:en:lady-in-waiting|lady-in-waiting]] untuk Isabel, istri [[Felipe
Aloysius Gonzaga dilukiskan dengan gambaran seorang [[laki-laki]] muda mengenakan jubah [[hitam]] dengan superpli [[putih]]. Atributnya berupa bunga lili, yang melambangkan kesucian pribadinya. Salib yang dipegangnya menunjukkan kesetiaan dan pengorbanan sepanjang hidup. [[Tengkorak]] menunjukkan karyanya di tengah-tengah orang yang menghadapi kematian. [[Rosario]] menunjukkan devosinya kepada Santa Perawan [[Maria]].
Pada tahun [[1577]] Aloysius dan adiknya, Rodolfo, dibawa ke [[Firenze]] ([[Florence]]) kepada seorang bangsawan kawan ayah mereka seorang [[Adipati]], Duke Francesco de Medici. Di istana bangsawan itu mereka tinggal untuk mengetahui adat-istiadat kebiasaan seorang bangsawan. Keluarga Medici adalah salah satu keluarga bangsawan yang paling berkuasa di [[Eropa]]. Tetapi pada saat yang sama dalam keluarga itu, intrik dan kebohongan merajalela; [[pisau belati]] dan [[racun]] adalah alat untuk menyelesaikan masalah. Dikelilingi oleh suasana yang demikian itu, Aloysius yang berjiwa peka menarik diri dan menolak untuk ambil bagian dalam perlombaan-perlombaan serta pertunjukkan kosong orang-orang Firenze. Hanya dengan cara inilah ia dapat menghindari dosa. Demikian muak ia dengan jalan hidup ini sehingga pada suatu hari pada tahun [[1578]], selagi berada di dalam Gereja Maria Annunciata, ia membuat sebuah keputusan kuat untuk tidak pernah menyakiti Tuhan dengan berdosa.
Dari Firenze, Aloysius dikirim ke Mantua pada bulan [[November]] [[1579]], di sana ia hidup bersama sanak saudaranya. Salah seorang dari mereka mempunyai kapel pribadi yang sangat menarik hatinya. Di sini ia membaca buku Kehidupan para Kudus dan tetap asyik mendaraskan mazmur-mazmur. Dari pendarasan mazmur harian inilah, pikiran untuk menjadi seorang imam muncul. Aloysius kembali ke Castiglione pada tahun [[1580]]. Dalam perpustakaan keluarga, ia menemukan ringkasan ajaran Kristiani, karangan [[Petrus Kanisius]] dengan meditasi-meditasi untuk setiap hari pada akhir buku itu. Aloysius menggunakan meditasi-meditasi itu untuk doanya dan segera mulai merasakan buah-buah rohani. [[Carolus Borromeus]], yang menjadi [[Kardinal]] di Malino, tiba di Castiglione pada kunjungannya di [[keuskupan agung]] itu. Ia bertemu dengan Aloysius yang berusia 12 tahun dan sangat terkesan oleh anak itu. Dalam pembicaraan-pembicaraan, Kardinal yang suci itu mendengar, bahwa anak muda ini belum menerima [[Komuni Pertama]], maka dia mempersiapkan Aloysius. Pada tanggal [[22 Juli]] 1580, dia sendiri menerimakan Komuni Pertama kepada Aloysius. Sesudah itu Aloysius selalu rindu untuk menerima Komuni. Aloysius juga berpuasa 3 hari seminggu, bermeditasi pagi dan sore, serta menghadiri misa setiap hari sejauh mungkin.
Pada tahun [[1581]], ketika Maria dari Austria, janda Kaisar Maximilianus II, melewati Italia dalam perjalanannya pulang ke Spanyol, ayah Aloysius memutuskan supaya keluarganya mengantarkan ke [[Madrid]]. Aloysius bersama Maria tiba di Madrid pada tanggal [[7 Maret]] [[1582]]. Ia menjadi pelayan pendamping adipati dari Asturias, dan kemudian diangkat menjadi ksatria. Pada saat itu, Aloysius sudah yakin bahwa kehidupan bangsawan bukanlah untuk dia.
Di Madrid itu pula ia mempunyai bapa pengakuan seorang [[Yesuit]], dan makin lama semakin terpikir untuk menjadi seorang Yesuit. Hasrat itu dikuatkan pada tanggal [[15 Agustus]] [[1583]], ketika Ia sedang berdoa di depan patung Bunda Maria di gereja Yesuit. Dalam hati Ia merasa bahwa inilah yang Tuhan minta darinya, dan setelah meninggalkan gereja itu ia pergi ke bapa pengakuannya untuk memberitahukan keputusannya. Namun bapa pengakuannya menerangkan bahwa ia sekarang harus memperoleh izin dari ayahnya.
Mendengar bahwa putra tertua dan ahli warisnya ingin meninggalkan warisan keluarganya demi hidup imamat, Sang Marchese menjadi marah. Karena ayah dan anak sama-sama teguh dalam pendirian mereka masing-masing, maka suatu ketegangan terjadi dalam hubungan mereka. Mengira bahwa Ia dapat mengubah kehendak putranya, Sang Marchese membawa keluarganya kembali ke Castiglione pada tahun [[1584]]. Lalu Ia mengirim Aloysius dan adiknya untuk mengunjungi berbagai istana di Italia, dengan harapan bahwa Aloysius akan meninggalkan pikirannya untuk menjadi imam. Ketika Aloysius kembali dari perjalanan itu, Ia belum juga mengubah keputusannya. Akhirnya sang ayah jemu, dan memberikan persetujuan. Pada awal bulan November tahun itu, Aloysius meninggalkan warisannya, pergi ke Roma dan menghadap Pater Jendral Claudio Aquaviva. Ia masuk novisiat Serikat Yesus pada tanggal [[25 November]] [[1585]].
Aloysius baru berusia 17 tahun 8,5
Pada awal tahun berikutnya, [[1591]], terjadi [[wabah]] dan [[kelaparan]] di Italia. Aloysius mengumpulkan dana dengan mengemis di Roma bagi daerah-daerah yang terkena wabah. Aloysius bekerja langsung merawat orang-orang sakit, mengangkut orang-orang yang hampir mati di jalan raya, membawanya ke [[rumah sakit]], memandikan mereka dan memberi mereka makan serta mempersiapkan mereka untuk penerimaan sakramen-sakramen. Keadaan jasmaninya berontak ketika berhadapan dengan penyakit, darah, dan segala yang kotor berbau. Sekalipun demikian Aloysius mengatasi rasa jijik itu untuk membantu mereka yang membutuhkan pertolongan. Ketika Ia suatu malam kembali dari rumah sakit, Ia berkata kepada pembimbing rohaninya, Pater [[Robertus Bellarminus]], Saya merasa hari-hari saya tak akan lama lagi. Saya merasakan kerinduan begitu besar untuk bekerja dan melayani Tuhan sehingga saya tidak bisa percaya Tuhan telah memberikan kerinduan itu sekiranya Ia tidak bermaksud mengambil saya dengan segera.
Karena banyak Yesuit muda mulai terkena penyakit itu, Pater Superior melarang Aloysius untuk kembali ke rumah sakit. Ketika Aloysius mengajukan lagi permintaan untuk melayani orang-orang sakit, Ia diberi izin, tetapi hanya untuk membantu di Rumah Sakit Santa Perawan Maria Penghibur. Di sana pasien-pasien dengan penyakit menular biasanya tidak diterima. Aloysius pergi ke sana, mengangkat seorang pasien dari tempat tidurnya, merawatnya dan mengembalikannya ke tempat tidur semula. Ternyata orang itu terkena penyakit menular dan Aloysius ketularan penyakit itu dan terpaksa istirahat pada tanggal [[3 Maret]] 1591, 6 hari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-23.
Untuk sementara waktu penyakit mereda. Namun, penyakit itu telah menjadikannya begitu lemah sehingga tak pernah pulih kembali. Demam serta batuk muncul dan selama beberapa minggu ia tetap hidup namun kesehatannya semakin mundur. Dalam doa, Aloysius diberi tahu bahwa Ia akan meninggal pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Ketika hari itu tiba,
Aloysius Gonzaga berusia 23 tahun 3 bulan dan dimakamkan di Gereja Anunciata, di samping Kolese Roma. Di kemudian hari, jenazahnya yang suci dipindahkan ke Gereja Santo Ignatius. Di sana jenazahnya dihormati sampai hari ini. Aloysius Gonzaga adalah orang kudus Tuhan. Ini terlihat dari motto Aloysius: apapun yang akan berharga bagi keabadian. Di atas segalanya, Ia mencintai kerendahan hati dan doa. Baginya, doa menjadi sangat penting bagi semua pengetahuan; cinta diterima dalam batin melalui doa kontemplatif. Aloysius mempunyai 4 devosi khusus. Pertama, devosi kepada Sakramen Maha Kudus. Ia membagi hari-harinya dalam seminggu menjadi 2; yang pertama, untuk mengucap syukur atas Komuni Suci yang telah diterimanya terakhir kali, dan yang kedua, untuk menyiapkan dirinya bagi penerimaan Komuni Suci mendatang. Devosi kedua ditujukan kepada Sengsara Kristus. Pengalaman Aloysius dalam penderitaan dan penyesahan diri secara alami membawanya pada pencarian misteri penderitaan Kristus sebagai sebuah model untuk menjadi kuat dan tenteram. Devosi ketiga adalah devosi kepada Bunda Maria. Devosi ini menunjukkan bahwa Ia mempunyai cinta yang dalam kepada Bunda Maria. Yang terakhir adalah devosi kepada Para Malaikat. Ini terlihat dari tulisan-tulisan utamanya yang berbicara tentang Malaikat penjaga dan kesembilan Malaikat Surga yang bernyanyi memuji Tuhan. Mata hatinya yang selalu tertuju pada hal-hal surgawi adalah bukti bahwa hidupnya terarah pada Sang Raja Abadi. Melihat hidup doa, karya, dan semua keutamaan yang dimilikinya, Aloysius menjalani hidupnya dalam kesucian. Oleh karena itu Ia diberi gelar Beato oleh [[Paus Paulus V]] pada tanggal [[19 Oktober]] [[1605]] dan dinyatakan sebagai Santo oleh [[Paus Benediktus XIII]] pada tanggal [[31 Desember]] [[1726]]. Pesta Santo Aloysius dirayakan pada tanggal 21 Juni.<ref name=martin>[http://americamagazine.org/content/all-things/life-times-st-aloysius-gonzaga Martin S.J., James. "The Life of Times of St. Aloysius Gonzaga", ''America'', 20 June 2011]</ref>
Baris 63 ⟶ 61:
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Gonzaga, Aloysius}}
[[Kategori:Orang kudus]]
Baris 77 ⟶ 66:
[[Kategori:Orang kudus Italia]]
[[Kategori:Ordo Yesuit]]
{{katolik-stub}}
|