Gereja di Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 173:
 
=== Zaman Partia dan Sasani ===
Umat Kristen sudah membentuk paguyuban-paguyuban di [[Mesopotamia]] seawal-awalnya pada abad pertama Masehi, zaman [[Kemaharajaan Partia]]. Pada tahun 266, Mesopotamia dianeksasi [[Kekaisaran Sasaniyah|Kemaharajaan wangsa Sasani]] (dijadikan daerah [[Asōristān]]). Saat itu sudah ada paguyuban-paguyuban Kristen yang cukup besar di daerah [[Mesopotamia Hulu]], [[Elam]], dan [[Provinsi Fars|Fars]].{{sfn|Baum|Winkler|2003|p=1}} Gereja di Timur mengaku sebagai hasil pewartaan Injil yang dilakukan [[Tadeus dari Edessa|Adai]], [[Santo Mari|Mari]], dan [[Tomas|Rasul Tomas]]. Tatanan maupun kepemimpinannya baru disempurnakan pada tahun 315, ketika [[Papa (uskup)|Papa bar Aggai]] (310–329), Uskup [[Seleukia]]-[[Ktesifon]], memaksa semua keuskupan lain di Mesopotamia dan Persia untuk mengakui takhta keuskupannya sebagai pusat kepemimpinan gerejawi. Keuskupan-keuskupan tersebut dipersatukan di bawah kepemimpinan Katolikos Seleukia-Ktesifon. Papa bar Aggai menggelari dirinya [[Katolikos]] (pemimpin umum).<ref>[[Ilaria Ramelli]], “Papa bar Aggai”, dalam ''Encyclopedia of Ancient Christianity'', edisi ke-2, 3 jld., penyunting: Angelo Di Berardino (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 2014), 3:47.</ref> Pada tahun 410, gelar ini diperpanjang lagi menjadi "[[Daftar Batrik Gereja di Timur|Katolikos dan Batrik di Timur]]".{{sfn|Fiey|1967|p=3–22}}{{sfn|Roberson|1999|p=15}}<!--
 
Jumlah anggota paguyuban-paguyubanumat Kristen di Mesopotamia, Elam, dan Fars membengkakmelonjak pada abad ke-4 dan ke-5 saat terjadi deportasi besar-besaran umat Kristen dari wilayah timur [[Kekaisaran Romawi]].{{sfn|Daniel|Mahdi|2006|p=61}} Meskipun demikian, Gereja Persia dihadapkan kepada berbagai aniaya, terutama aniaya pada masa pemerintahan Syahansyah [[Syapur II]] (339–79) yang dilakukan warga mayoritas [[Zoroastrianisme|Mazdayasna]] yang menuding umat Kristen sebagai antek-antek Romawi.{{sfn|Foster|1939|p=26-27}} Syapur II berusaha membubarkan struktur ketatalaksanaan Gereja di negaranya, bahkan menghukum mati sejumlah rohaniwan, termasuk Katolikos [[Simeon bar Saba'e]] pada tahun 341,{{sfn|Burgess|Mercier|1999|p=9-66}} Katolikos [[Syahdost]] pada tahun 342, dan Katolikos [[Barba'symin]] pada tahun 346.<ref>Donald Attwater & Catherine Rachel John, ''The Penguin Dictionary of Saints'', edisi ke-3. (New York: Penguin Books, 1993), 116, 245.</ref> Sesudah Katolikos Barba'symin dihukum mati, jabatan katolikos lowong hampir 20 tahun lamanya (346–363).{{sfn|Tajadod|1993|p=110–133}} Pada tahun 363, berdasarkan syarat-syarat kesepakatan damai, Nisibis diserahkan kepada bangsa Persia. Akibatnya [[Efrem orang Suriah]] bersama sejumlah pengajar meninggalkan [[Perguruan Nisibis]] dan hijrah ke [[Edesa]] yang masih termasuk wilayah kedaulatan Kekaisaran Romawi.{{sfn|Labourt|1909}} Gereja di Timur cukup berkembang pada zaman kulawangsa Sasani,<ref name=Britannica/> tetapi aniaya terhadap umat Kristen mendorong Katolikos Dadisyo I untuk menggelar Sinode Markabta di Seleukia tahun 424 dan memaklumkan kemandirian Gereja di Timur dari "Bapa-Bapa Barat".{{sfn|Jugie|1935|p=5–25}}
 
Sementara itu, di Kekaisaran Romawi, [[Skisma Nestorian]] mendorong banyak pendukung Nestorius untuk hijrah ke wilayah kedaulatan kulawangsa Sasani, khususnya ke daerah sekitar Perguruan Nisibis. Gereja di Timur kian lama kian akrab dengan kaum Diofisit, bahkan kedekatan semacam ini didukung para penguasa yang beragama Mazdayasna. Sepanjang beberapa dasawarsa selanjutnya, doktrin Gereja di Timur kian condong ke paham Diofisitisme, sehingga jurang di antara Kekristenan di Kekaisaran Romawi dan Kekristenan di Persia kian melebar. Pada tahun 484, Metropolit Nisibis, [[Barsauma]], menggelar [[Sinode Bet Lapat]], dan secara terbuka menerima guru Nestorius, [[Teodorus dari Mopsuestia]], sebagai pemangku kewenangan rohani.{{sfn|Baum|Winkler|2003|p=28-29}} Pada tahun 489, ketika [[Perguruan Edesa]] di [[Mesopotamia (provinsi Romawi)|Mesopotamia]] ditutup [[Zeno (kaisar)|Kaisar Zeno]] lantaran mengajarkan Nestorianisme, perguruan tersebut berpindah lokasi ke Nisibis, tempat asalnya, sehingga sekali lagi menjadi [[Perguruan Nisibis]]. Situasi ini mendorong para penganut Nestorianisme berbondong-bondong bermigrasi ke Persia.{{sfn|Reinink|1995|p=77-89}}{{sfn|Brock|2006|p=73}} Batrik di Timur, [[Mar Babai I]] (497–502), menegaskan kembali penghargaan para pendahulunya kepada Teodorus dari Mopsuestia, sehingga kian mengukuhkan penerimaan Gereja di Timur terhadap doktrin Diofisitisme.<ref name=Britannica/>