Mohammed Bouyeri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kategori |
k ~ref |
||
Baris 20:
==Masa kecil==
Mohammed Bouyeri adalah generasi kedua dari keluarga migran yang berasal dari Moroko di Belanda dari latar belakang Berber.<ref>{{cite book|url=https://books.google.ca/books?id=cqA6Eof_Zl4C&pg=PT147&lpg=PT147&dq=Mohammed+Bouyeri+berber&source=bl&ots=WsgOj8yGFb&sig=sePAl133vlNndbi8Jhap566DNSE|title=Facts are Subversive: Political Writing from a Decade without a Name|author=Timothy Garton Ash|publisher=Atlantic Books|date=2012|isbn=9780857899101}}</ref> Tahun 1995 ia menuntaskan pendidian tingginya. Ia terus berpindah jurusan selama lima tahun dan akhirnya tidak mendapatkan gelar apapun. Ia memiliki nama pena "Abu Zubair" saat menulis dan menerjemahkan. Ia sering menggunakan nama tersebut untuk tulisan-tulisan di internet dan email.
Pada masa mudanya, ia dianggap polisi sebagai anggota kelompok orang-orang Moroko dengan nama "problem-youth". Ia pernah beberapa saat di Eigenwijks, organisasi pertetanggaan di daerah sub urban Slotervaart, Amsterdam. Setelah ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi tahun 2003, ia mulai hidup di bawah ajaran Syariah Sunni yang ketat. Akibatnya waktunya untuk mengabdi di Eigenwijks semakin berkurang dan merenggang. Contoh akibat pengaruh yang didapat, ia menolak menyajikan alkohol atau hadir dalam kegiatab yang mengikut sertakan perempuan dan laki-laki sekaligus. HIngga akhirnya ia benar-benar keluar dari Eigenwijks. Ia menumbuhkan janggut lebat dan mulai memakai [[djellaba]]. Ia sering mengunjungi masjid El Tawheed, yang membuatnya bertemu dengan sesama pengikut Sunni garis keras, yang salah satu di antaranya adalah teroris Samir Azzouz. Bersama group radikal lainnya, ia mendirikan the Hofstad Network, sebuah sel teroris radikal di Belanda.<ref name=CE/>
Baris 30:
==Penangkapan==
Tak lama setelahnya, Mohammed Bouyeri ditangkap di sekitar tempat kejadian perkara, setelah bertukar tembakan dengan polisi, yang mengakibatkan ia tertembak di kaki. Dalam interogasi, ia tak bersedia menjawab pertanyaan apapun. Tanggal 11 November, persekutor publik, Leo de Wit, menuntutnya dengan enam aktivitas kriminal, pembunuhan Theo van Gogh, percobaan pembunuhan terhadap polisi, percobaan pembantaian terhadap orang yang lalu lalang dan petugas polisi, pelanggaran aturan pembatasan senjata api, dugaan ikut serta dalam organisasi kriminal dan teroris, konspirasi pembunuhan dengan tujuan teror terhadap van Gogh, anggota DPR Ayaan Hirsi Ali, dan lainnya. Saat ditahan, Bouyeri memegang puisi perpisahan berjudul ''In bloed geedopt'' (dibaptis dalam darah), yang membuat makin jelas bahwa dia sudah merencanakan mati syahid.
==Pengadilan==
|