Siti Walidah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
Nyai Ahmad Dahlan lahir dengan nama Siti Walidah di [[Kauman]], [[Yogyakarta]], pada tahun 1872. Ia adalah putri dari Kyai Haji Muhammad Fadli, seorang [[ulama]] dan [[bangsawan]] dari [[Kesultanan Yogyakarta]];{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} yang menjadi daerah ber[[tempat tinggal]] dari para tokoh agama dari [[keraton]].{{sfn|Wahyudi|2002|p=42}} Dia ber[[sekolah]] di [[rumah]], diajarkan berbagai aspek tentang [[Islam]], termasuk [[bahasa Arab]] dan Al-Qur'an. Dia membaca Al-Qur'an dalam [[abjad Jawi|naskah Jawi]].{{sfn|Sudarmanto|1996|p=189}}
Nyai Ahmad Dahlan menikah dengan [[sepupu]]<nowiki/>nya, [[Ahmad Dahlan]].{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Saat Ahmad Dahlan sedang sibuk-sibuknya mengembangkan [[Muhammadiyah]] saat itu, Nyai mengikuti suaminya dalam perjalanannya.{{sfn|Sudarmanto|1996|p=189}} Namun, karena beberapa dari pandangan Ahmad Dahlan tentang Islam dianggap [[Radikalisme|radikal]], pasangan ini kerap kali menerima ancaman. Misalnya, sebelum perjalanan yang dijadwalkan ke [[Kabupaten Banyuwangi]], [[Jawa Timur]] mereka menerima ancaman [[pembunuhan]] dari kaum konservatif di sana.{{sfn|Sudarmanto|1996|p=189}}
=== Sopo Tresno dan Aisyiyah ===
|