Jaranan Thek Ponorogo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 9:
Warok Guno Seco dan Warok Suro Handoko merupakan orang yang tersingkirkan di Kadipaten Ponorogo, sehingga diberi kewenangan untuk mmenjadi pejabat di daerah yang jauh dari Ponorogo. Sehingga Warok Guno Seco dan Warok Suro Handoko membangkang dengan menampilkan Topeng Barongan Tanpo Lulang, yang menyimbolkan pemimpin ponorogo tidak memiliki wibawa.<ref>{{Cite web|last=Diyanto|first=nanang|date=23 mei 2016|title=Jaranan Thik Ponorogo Dikembangkan oleh Pelarian Majapahit|url=https://www.kompasiana.com/bunnan/5741dc59537a61351502b55b/jaranan-thik-ponorogo-dikembangkan-oleh-pelarian-majapahit?page=2&page_images=1|website=Kompasiana|access-date=08 juli 2021}}</ref>
Yang dimaksud Barongan ''Tanpo Lulang'' adalah, topeng reyog tanpa dilapisi kulit harimau.
Kemudian sering terjadinya pertarungan antar komunitas Reog Ponorogo (dhahak merak) di era Kolonial yang disebut ''tempuk'', bagi grup reog yang kalah akan kehilangan perangkat Barongan dadak merak, Gemblak dan peralatan lainnya. Sehingga membuat malu bagi anggota komunitas Reog Ponorogo yang kalah, kemudian mengungsi ke wilayah pengunungan Ponorogo bagian timur.
Komunitas Reog Ponorogo yang kalah tetap melakukan pertunjukan kesenian reog Tanpo Lulang, karena harus berhadapan dengan harimau lagi.
DI DESA COPER, KECAMATAN JETIS
KABUPATEN PONOROGO JAWA TIMUR|url=https://eprints.uny.ac.id/18147/1/SKRIPSI.pdf|journal=UNY - BENTUK PENYAJIAN KESENIAN TARI JARANAN THIK
Baris 19:
KABUPATEN PONOROGO JAWA TIMUR}}</ref>
Jaranan Thek yang di daerah pegunungan ini kemudian disebut Senterewe, kerana mahkota pada topeng jaranan thek ini seperti daun Talas. Kemudian lebih dikenal senterewe di daerah Tulungagung sebagai jaranan kreasi karena mengolah gerak tari yang baru.
Baris 26:
Dimasa Kolonial belanda, kelompok Jaranan Thek yang mulanya dari grup Reog yang kalah, sehingga selalu bersinggungan dengan Reog Dhadhak merak di era Kolonial Belanda hingga kemerdekaan sekalipun. Tak jarang kelompok Jaranan Thek mendapatkan intimidasi dan penghinaan dari anggota Reog Dhadhak Merak dengan sebutan Kesenian buangan. Sehingga hampir tidak pernah ada penampilan secara bersama kolaborasi antara Jaranan Thek dengan Reog Dhadhak Merak, adapun ketika pertunjukan budaya seperti bersih desa karena tidak pertemuan yang tidak disengaja.<ref>{{Cite book|last=Zamzam Fauzannafi|first=Muhammad|date=2005|title=Reog Ponorogo: Menari di antara Dominasi dan Keragaman|publisher=Kepel Press|url-status=live}}</ref>
Akan demikian, Jaranan Thek memiliki penggemarnya sendiri di daerah pegunungan yang berbatasan dengan kota lain, sehingga jaran Thek diterima dan dipelajari oeh Masyarakan luar kota yang berbatasan dengan Ponorogo dengan mudah, bahkan Jaranan Thek Ponorogo sangat populer di [[Kota Blitar|Blitar]] dan malang ketika pasar malam berlangsung.
Ketika Indonesia sudah Merdeka, Jaranan Thek di Ponorogo hidup secara mandiri hasil swadaya masyarakat, karena tidak ada bantuan dari Pemerintah Ponorogo sama sekali, hal itu karena Pemerintah menggelontorkan hdana anya pada kesenian Reog Dhadhak Merak sebagai identitas Ponorogo. meski kurang mendapat perhatian dari pemerintah, Kelompok Jaranan thek di Ponorogo selalu hadir memeriahkan kegiatan yang diadakan oleh pemerintah, seperti bersih desa maupun [[Grebeg Suro|Grebeg suro]], seperti kesenian ponorogo lainnya seperti Onta, Kebo-keboan, Gajah-Gajahan, keling Dll.
Pada saat ini terdapat perubahan kreasi pada pakaian Bopo (pawang) pada kesenian kuda lumping umumnya yang mengenakan kaos lengan panjang, Tetapi Bopo pada Jaranan Thek Saat ini masih seperti dahulu, yakni menggunakan setelan Penadon komplit seperti halnya pada Reog Dhahak Merak. Keberadaan Jaranan Thek di Ponorogo dirasa meresahkan oleh seniman kuda Lumping di Luar Ponorogo, karena jaranan thek tetap menampilkan gerakan lama atau kawak yang rumit, selain itu harga pementasan jaranan thek dirasa merusak harga karena dianggap murah dari harga pentas jaranan di luar Ponorogo.
Namun, Seniman Jaranan Thek di Ponorogo tak begitu menghiraukan terkait masalah yang dikeluhkan seniman jaranan luar ponorogo, karena bagi seniman jaranan thek Ponorogo sendiri hanya sebatas hobi untuk melestarikan kesenian leluhur bukan untuk menjadikan kesenian sebagai lahan bisnis.
== Alur Cerita Pementasan ==
Baris 40 ⟶ 42:
== Peralatan ==
[[Berkas:Kuda lumping 6.jpg|jmpl|Barongan Kucingan Klono sewandono atau Lurah Ngebel dalam Jaranan Thek]]
Sehingga peninggalan Jaran Thek dalam dua Periode tersebut menghasilkan 4 jenis topeng, yakni
Baris 52 ⟶ 55:
# Barongan Kucingan berbentuk Naga baruk klinting pendek dengan warna merah, menggambarkan seorang Lurah Ngebel.
Yang sama-sama menampilkan pasukan berkuda, celeng, bujangganong, bopo Warok sebagai bomoh penggunakan penadon. Sedangkan peralatan musik tidak jauh berbeda dengan musik [[Reog (Ponorogo)|reog ponorogo]]
== Referensi ==
|