Konten dihapus Konten ditambahkan
Dani1603 (bicara | kontrib)
Dani1603 (bicara | kontrib)
Baris 183:
 
== Kepemilikan ==
antv merupakan satu dari sedikit stasiun TV di Indonesia yang tidak pernah mengalami perubahan pengendali sejak awal didirikan, yaitu oleh [[Bakrie Group]] (lewat berbagai anak perusahaannya). Walaupun sempat terjadi perubahan saham minoritas, tetapi posisi Bakrie dalam perusahaan ini seakan tidak goyah. antv pertama kali dimiliki secara patungan oleh dua orang politisi [[Partai Golongan Karya|Partai Golkar]], yaitu [[Aburizal Bakrie]] dan [[Agung Laksono]] dengan saham 60%-40% (awalnya 55-45%)<ref name="achir"/> lewat masing-masing PT Bakrie Investindo dan PT Hasmuda Internusa Perdana.<ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=3SllAAAAMAAJ&q=antv+agung&dq=antv+agung&hlfocus=idsearchwithinvolume&sa=X&vedq=2ahUKEwju5aSS_rPuAhXN9nMBHRdaDUsQ6AEwBXoECAgQAglaksono Pers dalam "Revolusi Mei": runtuhnya sebuah hegemoni]</ref> Kongsi ini lahir karena walaupun Bakrie-lah yang ingin mendirikan stasiun TV, tetapi Agung-lah yang berhasil mendapatkan izin untuk siaran (awalnya di Lampung) karena kedekatannya dengan [[Menteri Penerangan]] [[Harmoko]].<ref name="antons">[https://books.google.co.id/books?id=VKJLDwAAQBAJ&pg=PA253&dq=antv+agung&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwju5aSS_rPuAhXN9nMBHRdaDUsQ6AEwA3oECAYQAg#v=onepage&q=antv%20agung&f=false Anton S. Soedarsono Menerjang Badai]</ref> Kongsi keduanya tetap berlangsung hingga 2001, ketika Agung (lewat PT Hasmuda) melepaskan kepemilikannya kepada perusahaan yang masih terafiliasi dengan Bakrie, yaitu PT Capital Managers Asia (CMA), menyebabkan kepemilikan Bakrie kini mencapai 100%.
 
Akan tetapi, di saat yang sama, akibat krisis ekonomi 1997, ANteve (dan kerajaan bisnis Bakrie lain) menjadi terbelit hutang yang amat besar. ANteve terbelit hutang ke [[Bank Negara Indonesia|BNI]] (lalu dialihkan ke [[Badan Penyehatan Perbankan Nasional|BPPN]]) sebesar Rp 50 miliar, kemudian ke para kreditor asing dari [[Jepang]], [[Korea Selatan]] dan [[Britania Raya|Inggris]] sebesar [[Dolar Amerika Serikat|US$]] 59 juta. Hutang lain juga muncul misalnya dari Dirjen Postel [[Kementerian Perhubungan Republik Indonesia|Dephub]] bahwa ANteve menunggak biaya Hak Penyelenggaraan Frekuensi dari 1995-2000 senilai Rp 4 miliar dan harus membayarnya segera agar tidak diputus siarannya sebelum September 2001. Total hutang ANteve mencapai US$ 157 juta (Rp 1,4 triliun) dan pada saat itu stasiun TV ini hampir saja dipailitkan oleh para kreditornya. Untuk menangani masalah ini, Aburizal Bakrie meminta bantuan anaknya, [[Anindya Bakrie]] untuk menangani masalah tersebut. Di bawah pengelolaannya, ANteve kemudian mengajukan proposal perdamaian ([[Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang|PKPU]]) dengan meminta para kreditor untuk mengonversi hutangnya menjadi saham pada sidang PKPU Juli 2002. Akhirnya, para kreditor setuju untuk mengonversi hutangnya menjadi saham sehingga kepemilikan Bakrie merosot menjadi 17% (12% Bakrie Investindo, 5,33% CMA) dan 77,6% sisanya dipegang oleh para kreditor pada 2002. Dalam proses restrukturisasi inilah, ANteve kemudian diluncurkan ulang sebagai antv pada 2003. Walaupun saham Bakrie tergerus, kenyataannya Bakrie tetap bisa menjadi pengendali antv karena diminta oleh para kreditor. Menurut Anindya, sejak restrukturisasi itu, keuangan antv makin sehat.<ref name="achir2"/><ref>[https://books.google.co.id/books?id=-DRZBwAAQBAJ&pg=PA16&dq=antv+star+tv&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwieqNmcgrTuAhVXOSsKHWuEC_cQ6AEwB3oECAgQAg#v=onepage&q=antv%20star%20tv&f=false Politics and the Media in Twenty-First Century Indonesia: Decade of Democracy]</ref><ref name="senyap"/> Untuk membantu kinerja ANteve, manajemen juga berusaha mencari pendanaan seperti dari bank-bank lokal dan konsorsium bank Korea di bawah PT Sigma Batara senilai US$ 70 juta.<ref name=antons/><ref name="murdo">[https://books.google.co.id/books?id=U_7YDwAAQBAJ&pg=PA77&lpg=PA77&dq=antv+murdoch&source=bl&ots=O8FIOewouh&sig=ACfU3U1Ylhl22pbit5Jj7EU4pLcfAN34Gg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjM24SMhLTuAhX_6XMBHZQgBCs4FBDoATAAegQIBxAC#v=onepage&q=antv%20murdoch&f=false Raja Media - Rupert Murdoch dan Peta Bisnis Televisi di Indonesia]</ref>