FOMO: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Sejarah |
Mengembangkan artikel |
||
Baris 1:
'''FOMO''' [[akronim]] dari ''fear of missing out'' merupakan perasaan [[cemas]] yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, sering disebabkan karena unggahan di [[media sosial]].<ref>{{Cite web|title=FOMO English Definition and Meaning {{!}} Lexico.com|url=https://www.lexico.com/en/definition/FOMO|website=Lexico Dictionaries {{!}} English|language=en|access-date=2021-11-27}}</ref> FOMO didefinisikan sebagai rasa [[Ketakutan|takut]] karena tertinggal atau tidak mengetahui peristiwa, [[informasi]], atau pengalaman, dan orang lain mendapat pengalaman berharga dari sesuatu tersebut. Ditandai adanya keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan oleh orang lain.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Przybylski|first=Andrew K.|last2=Murayama|first2=Kou|last3=DeHaan|first3=Cody R.|last4=Gladwell|first4=Valerie|date=2013-07-01|title=Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0747563213000800|journal=Computers in Human Behavior|language=en|volume=29|issue=4|pages=1841–1848|doi=10.1016/j.chb.2013.02.014|issn=0747-5632}}</ref> FOMO juga terkait dengan rasa takut akan kehilangan kesempatan untuk mengambil peran dalam suatu peristiwa yang bisa meningkatkan popularitas.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Alutaybi|first=A.|last2=Arden-Close|first2=E.|last3=McAlaney|first3=J.|last4=Stefanidis|first4=Angelos|last5=Phalp|first5=Keith|last6=Ali|first6=Raian|date=2019|title=How Can Social Networks Design Trigger Fear of Missing Out?|url=https://www.semanticscholar.org/paper/How-Can-Social-Networks-Design-Trigger-Fear-of-Out-Alutaybi-Arden-Close/7fc1ac932f6048576cd6fac722817ea6ba540c57|journal=2019 IEEE International Conference on Systems, Man and Cybernetics (SMC)|doi=10.1109/SMC.2019.8914672}}</ref> FOMO terdiri dari dua komponen. Pertama, aspek takut kehilangan yang ditandai dengan perilaku untuk berusaha tetap terhubung dengan orang lain. Kedua, aspek sosial, yaitu FOMO yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memiliki dan pembentukan [[hubungan antarpribadi]] yang kuat.<ref name=":3">{{Cite journal|last=La Guardia|first=Jennifer G.|last2=Patrick|first2=Heather|date=2008-08|title=Self-determination theory as a fundamental theory of close relationships.|url=http://doi.apa.org/getdoi.cfm?doi=10.1037/a0012760|journal=Canadian Psychology/Psychologie canadienne|language=en|volume=49|issue=3|pages=201–209|doi=10.1037/a0012760|issn=1878-7304}}</ref>
== Sejarah ==
Istilah FOMO atau ''fear of missing out'' pertama kali muncul di tahun 1996 dalam penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli [[pemasaran]], Dr. Dan Herman.<ref name=":2">{{Cite web|date=2014-07-29|title=The History of FOMO|url=https://www.bostonmagazine.com/news/2014/07/29/fomo-history/|website=Boston Magazine|language=en-US|access-date=2021-11-27}}</ref> Pada tahun 2004, Patrick McGinnis menggunakan istilah FOMO dalam tulisannya di majalah mahasiswa ''[[Sekolah Bisnis Universitas Harvard|Harvard Business School]]'', ''The Harbus''.<ref name=":2" />
== Gejala ==
=== Psiklogis ===
FOMO dikaitkan dengan efek psikologis negatif dalam suasana jiwa secara keseluruhan dan kepuasan hidup secara umum.<ref name=":3" /> FOMO pada hari tertentu menyebabkan kelelahan yang lebih tinggi. Mengalami FOMO terus menerus sepanjang waktu juga dapat menyebabkan tingkat stres yang lebih tinggi. Seorang yaang memliki rasa takut kehilangan juga dapat mengembangkan tingkat harga diri yang lebih rendah. Sebuah studi oleh JWTIintelligence menunjukkan bahwa FOMO dapat mempengaruhi pembentukan tujuan jangka panjang dan persepsi diri. Proses deprivasi relatif menciptakan FOMO dan ketidakpuasan.
=== Perilaku ===
FOMO berasal dari perasaan kehilangan koneksi sosial atau informasi. Keadaan seperti itu kemudian diikuti oleh kebutuhan atau dorongan untuk berinteraksi secara sosial guna meningkatkan koneksi. Rasa takut kehilangan tidak hanya menyebabkan efek psikologis negatif tetapi juga telah terbukti meningkatkan pola perilaku negatif. Rasa takut ketinggalan yang berasal dari koneksi digital berkorelasi positif dengan kebiasaan buruk terutama di kalangan anak muda. Kebiasaan negatif ini menyita peningkatan waktu nyala layar, memeriksa media sosial selama sekolah, atau mengemudi sambil mengirim SMS. Penggunaan media sosial di hadapan orang lain dapat disebut sebagai [[phubbing]].<ref>{{Cite journal|last=Franchina|first=Vittoria|last2=Vanden Abeele|first2=Mariek|last3=van Rooij|first3=Antonius J.|last4=Lo Coco|first4=Gianluca|last5=De Marez|first5=Lieven|date=2018-10|title=Fear of Missing Out as a Predictor of Problematic Social Media Use and Phubbing Behavior among Flemish Adolescents|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6211134/|journal=International Journal of Environmental Research and Public Health|volume=15|issue=10|pages=2319|doi=10.3390/ijerph15102319|issn=1661-7827|pmc=6211134|pmid=30360407}}</ref>
== FOMO dan media sosial ==
Perkembangan media sosial juga mempengaruhi [[fenomena]] FOMO.<ref>{{Cite journal|last=Savitri|first=Judithya Anggita|date=2019-12-01|title=Impact of Fear of Missing Out on Psychological Well-Being Among Emerging Adulthood Aged Social Media Users|url=https://journal.uny.ac.id/index.php/pri/article/view/30363|journal=Psychological Research and Intervention|language=en|volume=2|issue=2|pages=65–72|doi=10.21831/pri.v2i2.30363|issn=2614-7041}}</ref> Melalui media sosial, seseorang dapat melihat berbagai aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Adanya FOMO membuat seseorang termotivasi untuk sering membuka [[media sosial]] dan memeriksa interaksi dengan orang lain sesering mungkin.<ref name=":1" /> Tujuannya agar terus terhubung dengan orang lain dan mencegah kehilangan pengalaman atau kesempatan yang berharga. Sebuah penelitian dalam Jurnal ''Psychiatry Research'' mengemukakan bahwa penggunaan telepon pintar dan media sosial yang bermasalah dapat memberikan pengaruh terhadap fenomena FOMO yang lebih besar pula, dan hal ini dapat dialami oleh semua orang di berbagai usia maupun jenis kelamin. <ref>{{Cite web|title=Do You Have FOMO? Here Is How to Cope|url=https://www.verywellmind.com/how-to-cope-with-fomo-4174664|website=Verywell Mind|language=en|access-date=2021-11-30}}</ref>
== Dampak ==
Fenomena fomo dapat berdampak:1. Mempengaruhi kesehatan mental, 2. Pengaruh hubungan sosial,<ref>{{Cite journal|last=Mulyono|first=Bambang Hari|date=2021-08-13|title=Pengaruh Fear of Missing Out terhadap Social Connectedness yang Dimediasi oleh Penggunaan Media Sosial|url=https://e-journal.unair.ac.id/BRPKM/article/view/28660|journal=Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental|language=id|volume=1|issue=2|pages=1190–1198|doi=10.20473/brpkm.v1i2.28660|issn=2776-1851}}</ref> 3 Ganguan financial, 4. FOMO menyebabkan pengalaman sosial dan emosional yang negatif, seperti kebosanan dan kesepian. 5. FOMO berdampak negatif pada suasana hati dan kepuasan hidup,<ref name=":0" /> 6. Mengurangi harga diri, dan memengaruhi kesadaran.
== Lihat juga ==
[[JOMO (Joy of Missing Out)|JOMO (''Joy of Missing Out'')]]
[[Lagom]]
[[Hygee|Hygge]]
[[Phubbing]]
[[Kiasu]]
== Referensi ==
|