Bias konfirmasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Imamsyahid (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Imamsyahid (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor |
||
Baris 21:
=== Pencarian informasi yang bias ===
[[Michael Shermer]], seorang penulis sains berkebangsaan Amerika, menyatakan bahwa banyak orang lebih sering membentuk argumen mereka bukan dari bukti empiris atau penalaran logis, melainkan dari kepercayaan pribadi yang dipengaruhi oleh faktor psikologis dan emosional seperti pengaruh keluarga, tekanan dari lingkungan, pendidikan, dan pengalaman pribadi. Inilah yang membuat orang pintar dapat percaya pada hal-hal aneh.<ref>{{Cite book|last=Kida|first=Thomas E.|date=2009-09-25|url=https://books.google.co.id/books?id=_puVf0woEosC&pg=PA157&lpg=PA157&dq=Smart+people+believe+weird+things+because+they+are+skilled+at+defending+beliefs+they+arrived+at+for+non-smart+reasons.&source=bl&ots=_XYxTzdPxA&sig=ACfU3U2rQQoqqNojNJrteNRxopDrZOe5JQ&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj0iu7k-9b0AhWV7HMBHcL9B58Q6AF6BAgUEAM#v=onepage&q=Smart%20people%20believe%20weird%20things%20because%20they%20are%20skilled%20at%20defending%20beliefs%20they%20arrived%20at%20for%20non-smart%20reasons.&f=false|title=Don't Believe Everything You Think: The 6 Basic Mistakes We Make in Thinking|publisher=Prometheus Books|isbn=978-1-61592-005-1|pages=157|language=en|url-status=live}}</ref>
Pelbagai penelitian telah berulang kali menemukan bahwa orang cenderung menguji hipotesis hanya dari satu sisi. Hal ini membuat orang cenderung hanya mencari bukti yang dapat mendukung hipotesis yang mereka buat.<ref name=":1">{{Cite book|last=Kunda|first=Ziva|date=1999|url=https://direct.mit.edu/books/book/3940/Social-CognitionMaking-Sense-of-People|title=Cognition: Making Sense of People|location=[[Boston]]|publisher=MIT Press|isbn=9780262277761|pages=112-115|url-status=live}}</ref> Alih-alih mencoba mencari bukti secara utuh, banyak orang merangkai pertanyaan penelitian sedemikian rupa sehingga jawabannya dapat mendukung teori yang mereka buat.<ref name=":0">{{Cite book|last=Baron|first=Jonathan|date=2000-12-28|url=https://books.google.co.id/books/about/Thinking_and_Deciding.html?id=H3nCwyx8bf8C&redir_esc=y|title=Thinking and Deciding|location=London|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-65972-7|pages=162-164|language=en|url-status=live}}</ref> Misalnya, seseorang yang menggunakan pertanyaan ya/tidak untuk menguji apakah suatu angka merupakan angka 3 akan bertanya "Apakah itu angka ganjil?" (uji positif) alih-alih "Apakah itu bilangan genap?" (uji negatif), walau keduanya akan akan menghasilkan informasi yang sama persis.<ref>{{Cite book|last=Kida|first=Thomas E. (Thomas Edward)|date=2006|url=http://archive.org/details/dontbelieveevery00kida|title=Don't believe everything you think : the 6 basic mistakes we make in thinking|location=Amherst|publisher=Prometheus Books|isbn=978-1-59102-408-8|pages=162-165|others=Internet Archive|url-status=live}}</ref> Hal ini membuat mereka cenderung mencari bukti yang dapat membuktikan kebenaran hipotesis mereka, alih-alih bukti yang dapat membuktikan jika mereka salah.<ref name=":0" /> Namun, ini tidak berarti bahwa orang secara sengaja melakukan penelitian yang menjamin jawaban positif. Dalam studi di mana subjek dapat memilih uji semu atau uji diagnostik murni, banyak orang lebih menyukai tes diagnostik murni.<ref>{{Cite journal|last=Trope|first=Yaacov|last2=Bassok|first2=Miriam|date=1982|title=Confirmatory and diagnosing strategies in social information gathering.|url=https://doi.org/10.1037/0022-3514.43.1.22|journal=Journal of Personality and Social Psychology|language=en|volume=43|issue=1|pages=Abstrak|doi=10.1037/0022-3514.43.1.22|issn=0022-3514|quote=very little evidence for a confirmatory strategy ... was preferred}}</ref>
Memilih uji positif sendiri bukanlah bias, karena uji positif dapat menghasilkan hasil yang sangat informatif. Namun, jika dikombinasikan dengan efek lain, strategi seperti ini bisa jadi hanya mengkonfirmasi hipotesis atau asumsi yang ada, terlepas dari apakah hipotesis atau asumsi itu benar.<ref>{{Cite book|last=Oswald|last2=Grosjean|date=2004|url=https://www.worldcat.org/oclc/55124398|title=Cognitive illusions : a handbook on fallacies and biases in thinking, judgement and memory|location=Hove|publisher=Psychology Press|isbn=1-84169-351-0|pages=82-83|others=Rüdiger Pohl|oclc=55124398|url-status=live}}</ref> Ini merupakan salah satu contoh dari bias konfirmasi. Dalam situasi dunia nyata, hasil penelitian seringkali kompleks dan beragam. Misalnya, berbagai argumen yang bertentangan tentang hasil penelitian bisa sama-sama benar ketika ditelaah dari sisi yang berbeda.<ref name=":1" /> Salah satu ilustrasi dari kejadian ini adalah ketika perbedaan frasa suatu pertanyaan dapat secara drastis mengubah jawaban yang dihasilkan. Misalnya, jawaban seseorang akan cenderung lebih bahagia apabila ditanya "Apakah kamu bahagia dengan kehidupan sosialmu?" dibandingkan dengan "Apakah kamu tidak bahagia dengan kehidupan sosialmu?"<ref>{{Cite book|last=Fine|first=Cordelia|date=2008-06-17|url=https://books.google.com/books?id=Y3BUQOVppBMC&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA81&dq=Are+you+unhappy+with+your+social+life&hl=en|title=A Mind of Its Own: How Your Brain Distorts and Deceives|location=New York|publisher=W. W. Norton & Company|isbn=978-0-393-34300-7|pages=81-82|language=en|url-status=live}}</ref>
Sedikit saja perbedaan pada kata-kata dalam suatu kalimat dapat mengubah cara orang menangkap informasi dari kalimat tersebut sehingga merubah juga kesimpulan yang mereka buat. Contoh dari kejadian seperti ini adalah tanggapan beberapa partisipan dalam sebuah riset terhadap kisah fiksi tentang hak asuh seorang anak.<ref>{{Cite book|last=Brest|first=Paul|last2=Krieger|first2=Linda Hamilton|date=2010-05-26|url=https://books.google.com/books?id=pl1pAgAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover|title=Problem Solving, Decision Making, and Professional Judgment: A Guide for Lawyers and Policymakers|location=London|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-999591-2|pages=391|language=en|url-status=live}}</ref> Dikisahkan bahwa orang tua A memiliki kualitas yang biasa-biasa saja dalam mengasuh anak, sedangkan orang tua B sangat dekat dengan sang anak, tapi memiliki pekerjaan yang akan membuatnya sering pergi jauh dari anaknya. Ketika partisipan diberikan pertanyaan "Orang tua mana yang lebih pantas untuk mendapatkan hak asuh anaknya?", mayoritas partisipan menjawab orang tua B. Hasil ini menyiratkan bahwa berdasarkan pertanyaan tersebut, kebanyakan orang hanya akan melihat sikap positifnya.
Sifat seseorang juga dapat menjadi penyebab dari proses pencarian informasi yang bias.<ref>{{Cite journal|last=Albarracín|first=Dolores|last2=Mitchell|first2=Amy L.|date=2004-12-01|title=The Role of Defensive Confidence in Preference for Proattitudinal Information: How Believing That One Is Strong Can Sometimes Be a Defensive Weakness|url=https://www.researchgate.net/publication/51367567_The_Role_of_Defensive_Confidence_in_Preference_for_Proattitudinal_Information_How_Believing_That_One_Is_Strong_Can_Sometimes_Be_a_Defensive_Weakness|journal=Personality and Social Psychology Bulletin|language=en|volume=30|issue=12|pages=1566|doi=10.1177/0146167204271180|issn=0146-1672|pmc=PMC4803283|pmid=15536240|quote=On one hand, people’s confidence in their ability to defend their attitudes from attack may stem from severalpersonality}}</ref> Setiap individu berbeda-beda dalam hal kemampuan untuk mencegah terjadinya [[paparan selektif]]. Paparan selektif merupakan suatu kejadian dimana seseorang hanya mencari informasi yang sejalan dengan kepercayaan pribadi mereka.<ref>{{Cite journal|last=Metzger|first=Miriam J.|last2=Hartsell|first2=Ethan H.|last3=Flanagin|first3=Andrew J.|date=2015-11-26|title=Cognitive Dissonance or Credibility? A Comparison of Two Theoretical Explanations for Selective Exposure to Partisan News|url=https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0093650215613136|journal=Communication Research|volume=47|issue=1|pages=14|doi=10.1177/0093650215613136|issn=0093-6502|quote=Individuals were more likely to seek out attitude-consistent information from online sources that they used frequently and if they felt strongly about their beliefs}}</ref> Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang dengan kepercayaan diri yang tinggi lebih mungkin untuk mencari informasi yang kontradiktif terhadap pandangan awal mereka ketika membuat sebuah argumen. Bentuk pencarian seperti ini disebut ''konsumsi berita yang berlawanan,'' dimana seseorang mencari berita partisan yang berlawanan untuk membentuk argumen mereka sendiri.<ref>{{Cite book|last=Dahlgren|first=Peter M.|date=2020-12-17|url=https://gupea.ub.gu.se/handle/2077/67023|title=Media Echo Chambers: Selective Exposure and Confirmation Bias in Media Use, and its Consequences for Political Polarization|isbn=978-91-88212-95-5|pages=53|url-status=live}}</ref> Ini berbanding terbalik dengan orang yang memiliki kepercayaan diri rendah. Orang dengan kepercayaan diri rendah hanya akan mencari informasi yang mendukung pandangan mereka. Orang-orang seperti ini akan menghasilkan bukti yang bias terhadap kepercayaan orang tersebut.<ref>{{Cite journal|last=Stanovich|first=Keith E.|last2=West|first2=Richard F.|last3=Toplak|first3=Maggie E.|date=2013-08|title=Myside Bias, Rational Thinking, and Intelligence|url=https://www.researchgate.net/publication/258127972_Myside_Bias_Rational_Thinking_and_Intelligence|journal=Current Directions in Psychological Science|language=en|volume=22|issue=4|pages=259|doi=10.1177/0963721413480174|issn=0963-7214}}</ref> Semakin tinggi kepercayaan diri seseorang, semakin rendah keinginannya untuk mencari informasi yang mendukung pandangannya.
=== Interpretasi informasi yang bias ===
{{Quote box|quote=Orang pintar percaya hal-hal aneh karena mereka terampil mempertahankan keyakinan yang mereka miliki, namun bukan untuk alasan yang baik.|source=—[[Michael Shermer]]|width=30em|align=right}}Bias konfirmasi tidak hanya terbatas pada cara mengumpulkan bukti saja, melainkan juga pada cara menginterpretasikan informasi.
Tim dari [[Universitas Stanford]] melakukan eksperimen yang melibatkan partisipan yang memiliki pandangan yang kuat terhadap hukuman mati, dimana setengahnya mendukung hukuman mati sedangkan setengahnya lagi tidak setuju.<ref>{{Cite journal|last=Lord|first=Charles G.|last2=Ross|first2=Lee|date=1979|title=Biased assimilation and attitude polarization: The effects of prior theories on subsequently considered evidence|url=https://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/summary?doi=10.1.1.372.1743|journal=Journal of Personality and Social Psychology|volume=37|issue=11|pages=2100|doi=10.1037/0022-3514.37.11.2098|issn=0022-3514}}</ref> Setiap partisipan diberikan deskripsi dari dua data, yaitu perbandingan dari [[Negara bagian Amerika Serikat|negara bagian amerika]] yang memiliki dan tidak memiliki hukuman mati, dan sebuah perbandingan antara tingkat pembunuhan di sebuah negara bagian sebelum dan sesudah adanya hukuman mati. Setelah dibacakan deskripsi singkat dari dua perbandingan tersebut, mereka ditanya apakah opini mereka telah berubah. Setelah itu, mereka diberikan prosedur detail tentang bagaimana data tersebut didapatkan dan mereka harus menilai apakah prosedur tersebut sudah baik dan meyakinkan. Pada kenyataannya, data tersebut palsu. Setengah dari partisipan diberi tahu bahwa salah satu data tersebut mendukung [[efek gentar]] sedangkan data lainya membantahnya. Setengah partisipan lain diberi informasi yang berbalikan.
== Referensi ==
|