Abu Bakar Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
FenyMufyd (bicara | kontrib)
k (AWB semi manual) Merubah kata tidak netral Beliau → Ia/-nya; +templat tone kalau perlu
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17:
Nama Aboebakar Atjeh masuk dalam buku ''Seratus Tokoh Islam yang Paling Berpengaruh di Indonesia'' yang ditulis oleh Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza.<ref>{{Cite web|url=https://www.nu.or.id/post/read/39619/haji-abu-bakar-aceh|title=Haji Abu Bakar Aceh|website=www.nu.or.id|language=en|access-date=2020-06-15}}</ref>
 
== PendidikanRiwayat Hidup ==
=== Pendidikan ===
Sejak kecil belajar di beberapa dayah terkenal di Aceh, diantaranya dayah Teungku Haji Abdussalam Meuraxa dan dayah Manyang Tuanku Raja Keumala Peulanggahan di Kutaraja (Banda Aceh). Juga belajar di ''Volkschool'' Meulaboh dan ''Kweekschool Islamijah'' Sumatera Barat. Kemudian pindah ke Yogyakarta dan Jakarta di sini ia mempelajari beberapa bahasa asing melalui kursus-kursus. Ia menguasai bahasa Arab, Belanda, Inggris dan memahami bahasa Jepang, Perancis dan Jerman. Ia juga mengerti beberapa bahasa daerah seperti [[bahasa Aceh]], MinagkabauMinangkabau, Jawa, Sunda dan [[Bahasa Gayo|Gayo]]. Pernah menuntut ilmu di Mekah, namunMekkah tidakmeskipun lamasmentara.<ref>{{Cite web|url=http://www.islamaktual.net/2017/02/aboe-bakar-atjeh-sang-ensiklopedia.html|title=Aboe Bakar Atjeh: Sang Ensiklopedia Berjalan|access-date=2020-06-15}}</ref>
 
=== Pengalaman ===
Pada masa-masa mudanya aktif di sejumlah ormas dan partai. Pada 1923 aktif di [[Sarekat Islam]] di Aceh Barat. Lalu pada 1924 di [[Muhammadiyah]] dan di [[Partai Masyumi]] sejak 1946. Setelah Pemilu 1955, ia yang dikenal tawadhu dan tidak suka menonjolkan diri itu masuk menjadi [[Daftar anggota Konstituante Republik Indonesia|anggota Konstituante]] mewakili Partai Masyumi.
 
Pada masa sebelum kemerdekaan, zaman pendudukan Jepang, dan zaman setelah proklamasi, ia banyak melakukan kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. Kegiatan itu antara lain, mendirikan [[Muhammadiyah|Muhammadiyyah]] di Kutaraja (1924), bekerja sebagai pegawai rendahan, kemudian menjadi pegawai senior. Pada zaman Belanda sebagai pustakawan dan editor pada [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Kantor Urusan Dalam Negeri]] (1930 – 1941). Di masa pendudukan Jepang, ia menjadi pemimpin asrama dan pegawai perpustakaan pada Shomubu Nito Syoki (1944), di samping menjadi guru pada Latihan Kursus Kiai.<ref>{{Cite web|url=https://steemit.com/aceh/@cucoraja/aboebakar-atjeh-sang-apotik-hidup-0068327fe14fd|title=Aboebakar Atjeh Sang Apotik Hidup|last=Ago|first=Cucorajain #aceh • 2 Years|date=2018-02-21|website=Steemit|language=en|access-date=2020-06-15}}</ref>
 
Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia menjadi pegawai pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (1945). Kemudian ia menjabat Kepala Perpustakaan Islam Kementerian Agama di Yogyakarta (1946), anggota pemimpin Partai Masyumi di Yogyakarta (1946), dan menjadi Pegawai Tinggi pada Departemen (Kementerian) Agama Republik Indonesia (1947 – 1955). Pada tahun 1950, ia menjadi pimpinan editor majalah mimbar agama, majalah resmi Departemen Agama. Pada tahun 1948 bersama menteri agama waktu itu [[Masjkur|KH *Masjkur]], ia memelopori gagasan penulisan Al-Qur’an Pusaka. Al-Qur’an tersebut berukauran 65 x 120&nbsp;cm dan kini disimpan di Masjid Baitur Rahim, Istana Negara, Jakarta.
 
Abu Bakar Atjeh juga tercatat sebagai anggota pengurus penulisan sejarah untuk Monumen Nasional; menjadi salah seorang anggota paniatiapanitia pembangunan [[Masjid Istiqlal|Masjid *Istiqlal]] Jakarta; seorang pencetus berdirinya [[Masjid Agung Al-Azhar|Masjid Agung al-Azhar]] di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan; turut mendirikan Perpustakaan Kutub Khannah IskanarIskandar Muda di Banda Aceh (1949-950); dan mendirikan serta menjadi pengurus Perpustakaan Islam di Jakarta yang kemudian dipindahkan di Yogyakarta.<ref>{{Cite web|url=https://majalah.tempo.co/read/pokok-dan-tokoh/55691/meninggal-dunia|title=Meninggal dunia|last=Tempomedia|date=1979-12-29|website=Tempo|language=en|access-date=2020-06-15}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/15/07/01/nqqbsjm-menelisik-wahabi-di-masjid-baiturrahman-aceh-2habis|title=Menelisik Wahabi di Masjid Baiturrahman Aceh (2-Habis)|date=2015-07-01|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-15}}</ref>
 
=== Kedekatan dengan KH. Wahid Hasyim dan Kalangan Pesantren ===
Pada masa kepemimpinan Menteri Agama [[Wahid Hasjim|KH. Wahid Hasyim]], Aboebakar Atjeh bekerja di [[Kementerian Agama Republik Indonesia|Departemen Agama]] untuk membantu menteri dalam urusan penataan pelayanan haji. Selanjutnya, dipercaya oleh KH. Wahid Hasyim memimpin jamaah haji ke Mekah pada 1953. Karena keluasan ilmu dan kacakapannya dalam tulis-menulis ia juga dipercaya mengomandani bidang publikasi Departemen Agama, sebelum kemudian menjadi staf ahli Menteri Agama.
 
Baris 42 ⟶ 43:
Dalam satu tulisannya, “Kebangkitan Dunia Baru Islam di Indonesia”, untuk satu bab buku terjemahan Stoddard, Dunia Baru Islam (1966), ia menunjukkan kontribusi masing-masing, yang reformis-modernis-tradisi maupun Kaum Tua-Kaum Muda, bagi kemerdekaan Indonesia. Semua tulisan diarahkan pada pendekatan rekonsiliasi, titik temu dan pencarian sintesis-sintesis baru bagi kemajuan dan pengumpulan kekuatan bangsa ini. Isi tulisan macam ini tidak kita temukan pada sejumlah sarjana Indonesia didikan Amerika, Eropa maupun Australia, yang selalu mencari titik lemah pada komunitas pesantren, pengumpulan titik kelemahan bangsa ini, serta penonjolan titik-titik tengkar di antara berbagai komponen bangsa ini.<ref>{{Cite book|url=https://catalogue.nla.gov.au/Record/7425220|title=Sejarah Syiah di Nusantara|last=Abubakar Aceh|last2=Santosa|first2=Kholid O.|date=2017|publisher=Sega Arsy|edition=Cetakan pertama|location=Cisaranten Kulon, Bandung}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mkn/mengenal-lebih-dekat-kh-hasyim-asyari/|title=MENGENAL LEBIH DEKAT KH HASYIM ASY’ARI|last=juniawandahlan|date=2016-10-04|website=Museum Kebangkitan Nasional|language=en-US|access-date=2020-06-15}}</ref>
 
== KeluargaKehidupan Pribadi ==
=== Keluarga ===
Aboebakar Atjeh memiliki dua orang istri, yaitu Soewami dan Soekarti. Pernikahannya dengan Soewami tidak dikaruniai anak, sedangkan pernikahannya dengan Soekarti dikaruniai 6 (enam) orang anak. Keenam anak tersebut adalah:
 
Baris 101 ⟶ 103:
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Sejarawan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
[[Kategori:Tokoh dari Banda Aceh]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim Indonesia]]
Baris 107 ⟶ 111:
[[Kategori:Ulama Aceh]]
[[Kategori:Tokoh Muhammadiyah]]
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
[[Kategori:Tokoh dari Banda Aceh]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus asal Aceh]]
[[Kategori:Tokoh Masyumi]]
[[Kategori:Politikus Partai Golongan Karya]]
[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]
[[Kategori:Tokoh Masyumi]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
 
 
{{Bio-stub}}
[[Kategori:Anggota DPR/MPR 1977-1982]]