Abang None Jakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Revisi nama asli Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 26:
Gubernur DKI Jakarta kala itu, [[Ali Sadikin]], melakukan pembenahan terhadap tata kota, dan Jakarta bertransformasi dari The Big Village menjadi Kota Metropolitan. Tidak hanya cukup pembangunan fisik, Ali juga melakukan pembangunan budaya. Dia menyadari ketika pertama kali memerintah pada 1966 penduduk Jakarta masih 3,4 juta jiwa dan dari jumlah itu sekitar 78 persen adalah pendatang. Karena Jakarta adalah ibu kota negara maka di tempat ini harus bisa diwujudkan seni budaya seluruh Indonesia. Oleh karena itu Pemeirntah DKI Jakarta membentuk BKS (Badan Kerjasama Seni dan Budaya). Dibentuk juga Dewan Kesenian Jakarta. Bersamaan dengan dibangunnya [[Taman Ismail Marzuki]] (TIM) pada 1968.
Kontes None Jakarta Pertama diadakan bertepatan dengan HUT Jakarta ke 441 pada 22 Juni 1968 di [[Miraca Sky Club]], [[Gedung Sarinah|Sarinah]]. Sebanyak 36 peserta dan terpilih [[Reziani Malik|Riziani Malik]] sebagai [[None Jakarta 1968]]. Hadiah berupa piala dari PT Arafat, tiket ke [[Paris]] dan seperangkat peralatan minum teh. Selain Riziani, terdapat dua nama gadis yang kelak mencuat namanya, yaitu [[Connie Sutedja]] (Pemenang ketiga) dan [[Dewi Motik]] (Pemenang Harapan).
Kontes None Jakarta berikutnya diadakan pada 22 juni 1969 juga di Miraca Sky Club Sarinah. Pesertanya meningkat menjadi 150 orang. Panitia melakukan seleksi hingga hanya 30 finalis. Saat itu pertama kali panitia menjual tiket kepada publik seharga Rp 6.000 per lembar. Dalam kontes kedua ini, [[Masayu Nilawati Saleh]] terpilih sebagai [[None Jakarta 1969]], [[Linda Sjamsudin]] dan [[Jojo Mochtar]] sebagai pemenang kedua dan ketiga. Hadiah yang diterima Masayu adalah tiket ke Kuala Lumpur dari KLM.
|