Grebeg Sudiro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dubaya (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 17457550 oleh JumadilM (bicara)
Tag: Pembatalan
Pinerineks (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual
Baris 1:
[[Berkas:Gerebeg Sudiro Surakarta 2012 Bennylin 01.JPG|jmpl|Poster Grebeg Sudiro 2012]]
'''Grebeg Sudiro''' adalah perayaan [[grebeg]] yang menggabungkan [[budaya Jawa]] dan [[budaya Tionghoa]] di [[Sudiroprajan, Jebres, Surakarta|Sudiroprajan]]. Perayaan ini awalnya dilakukan untuk tradisi [[Islam]] seperti [[Maulid Nabi Muhammad]], [[Muharram]], [[Idulfitri|Idul Fitri]] dan [[Iduladha|Idul Adha]]. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi acara kampung yang dilaksanakan menjelang [[Imlek]] yang acara utamanya adalah [[karnaval]] dan [[gulungan]]. Tema utama dalam perayaan Grebeg Sudiro adalah keberagaman dan [[Multikulturalisme|kebhinekaan]].{{Sfn|Hakim|2020|p=7}} Masyarakat [[Tionghoa]], [[Suku Jawa|Jawa]] dan etnis lainnya turut serta dalam penyelenggaraan Grebeg Sudiro yang menjadi acara tahunan [[Kota Surakarta]]. [[Ornamen (arsitektur)|Ornamen]] yang ditampilkan selama perayaan sangat beragam.{{Sfn|Hakim|2020|p=8}}
'''Grebeg Sudiro''' adalah suatu perayaan perpaduan dari masyarakat [[Tionghoa-Jawa]]. Kata ''grebeg'' sendiri merupakan tradisi khas jawa untuk menyambut hari-hari khusus seperti: ''Mulud'' (kelahiran Nabi Muhammad), ''Syawal'' (lebaran), ''Idul Adha'', ''Suro'' (Tahun Baru Jawa). Puncak perayaan ini ialah saat perebutan hasil bumi, makanan, dll yang disusun membentuk gunung. Tradisi ''rebutan'' didasari oleh falsafah Jawa ''ora babah ora mamah'' yang artinya, jika tidak berusaha tidak makan. Sedangkan, bentuk ''gunung'' memiliki maksud dari masyarakat jawa atas rasa syukur pada sang pencipta.
 
== Perintis ==
Dalam ''grebeg sudiro' eek ku jatuh dari ribuan kue keranjang, kue khas orang tionghoa saat menyambut [[imlek]]. Gunungan ini diarak disekitar kawasan [[Sudiroprajan]], diikuti pawai dari kesenian [[Tionghoa]] dan [[Jawa]]. Dari kesenian [[barongsai]], atraksi [[Reog (Ponorogo)|reog ponorogo]], tarian tradisional, pakaian tradisional, adat keraton sampai kesenian kontemporer akan digelar di sepanjang jalan kawasan ''Sudiroprajan''. Arak-arakan akan berhenti di depan [[Klenteng]] [[Tien Kok Sie]] di depan [[Pasar Gede]]. Perayaan berakhir dengan dinyalakannya lentera atau [[lampion]] berbentuk teko yang digantung di atas pintu gerbang [[Pasar Gede]], penyalaan ini juga diikuti penyalaan lampion di tempat-tempat lain.
Grebeg Sudiro dirintis oleh Oei Bengki, Sarjono Lelono Putro, dan Kamajaya dengan persetujuan dari [[Lurah (jabatan)|Lurah]] Sudiroprajan beserta jajaran aparatnya. Perintisannya juga mendapat dukungan para [[budayawan]], [[tokoh masyarakat]] serta [[Lembaga swadaya masyarakat|Lembaga Swadaya Masyarakat]] di Kota Surakarta. Rangkaian acaranya yaitu Sedekah Bumi dan Kirab Budaya. Sedekah Bumi dilaksanakan 7 hari sebelum Kirab Budaya. Pelaksanaannya dilakukan di dekat [[Prasasti Bok Teko]], Sudiroprajan. Kirab Budaya diikuti oleh masyarakat Sudiroprajan dengan pameran budaya sambil berkeliling.{{Sfn|Adi, Hardiyati, dan Aliyah|2019|p=3}} Awalnya, Grebeg Sudiro hanya dilakukan untuk memperingati ulang tahun [[Pasar Gede Harjonagoro|Pasar Gede]]. Kirab Budaya pada Grebeg Sudiro baru dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2008 dengan warga Sudiroprajan sebagai pesertanya. Pada tahun 2009, warga Tionghoa turut serta dalam Grebeg Sudiro. Pada tahun 2010, pemerintah Kota Surakarta menetapkan Grebeg Sudiro sebagai acara tahunan Kota Surakarta. Setiap tahun, Grebeg Sudiro dilakukan sekali dengan Pasar Gede sebagai pusat acara.{{Sfn|Adi, Hardiyati, dan Aliyah|2019|p=4}}
 
== Sejarah Grebeg Sudiro ==
'''Sudiroprajan''' adalah sebuah kelurahan di kecamatan [[Jebres]] di Kota [[Solo]]. Di kawasan ini warga [[Tionghoa]] sudah puluhan tahun menetap dan berdampingan dengan masyarakat Jawa. Seiring waktu, di antara kedua etnis ini terjadi perkawinan campuran dan menciptakan generasi baru. Untuk menunjukkan akulturasi ini mereka membuat tradisi baru, ''Grebeg Sudiro'', yang diperingati 7 hari sebelum [[Imlek]].
 
Awal mula perayaan ''grebeg sudiro'' ialah pada tahun 2007 yang meniru kegiatan [[Grebeg Suro|grebeg suro]] di [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]] yang telah lama sukses menyelenggarakan kegiatan di panggung maupun jalan. meskipun bukan perayaan dari masa lalu, tetapi perayaan ini merupakan pengembangan tradisi yang telah ada sebelumnya, [[Buk Teko]]. ''Buk teko'' (dari kata ''buk'' tempat duduk dari semen di tepi jembatan atau di depan rumah, sedangkan kata ''teko'' ialah poci, tempat air teh) adalah tradisi syukuran menjelang [[imlek]] dan sudah dirayakan semenjak ''Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan'' [[Paku Buwono X]] (1893-1939). Grebeg sudiro telah berkembang menjadi dialog elegan antara etnis [[Tionghoa]] dan [[Jawa]]
 
== Galeri ==
Baris 19 ⟶ 15:
Gerebeg Sudiro Surakarta 2012 Bennylin 24.JPG|Grebeg Sudiro 2012
</gallery>
== Lihat pula ==
* [[Sekaten]] atau Grebeg Muludan adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad SAW yang diadakan pada setiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul Awal tahun Hijriah) di Alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta.
* [[Grebeg Suro]] adalah acara tradisi kultural tahunan yang dirayakan setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro pada tahun Jawa) oleh masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat.
* [[Grebeg Besar Demak]] merupakan sebuah acara budaya tradisional besar yang menjadi salah satu ciri khas Demak. Tradisi Grebeg Besar Demak ini berlangsung setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijah saat Idul Adha
 
== Pranala luarReferensi ==
<references />
{{commonscat|Grebeg Sudiro}}
 
* [http://en.surakarta.go.id/content/grebeg-sudiro Grebeg Sudiro] di situs resmi Pemkot Solo
== Daftar pustaka ==
 
* {{cite journal|last=Adi, A.F., Hardiyati, dan Aliyah, I.|first=|date=2019|title=Dinamika Relasi Sosial dalam Aktivitas Kirab Budaya Grebeg Sudiro|url=https://jurnal.uns.ac.id/cakra-wisata/article/download/34028/22426|journal=Cakra Wisata|volume=20|issue=1|pages=1–9|doi=|issn=|ref={{sfnref|Adi, Hardiyati, dan Aliyah|2019}}|url-status=live}}
* {{cite journal|last=Hakim|first=Latifa Dinar Rahmani|date=2020|title=Grebeg Sudiro dan Representasi Keberagaman di Sudiroprajan, Kota Surakarta|url=https://journal.lasigo.org/index.php/IJRS/article/download/74/35|journal=Indonesian Journal of Religion and Society|volume=2|issue=1|pages=1–11|doi=10.36256/ijrs.v2i1.74|issn=2684-852X|ref={{sfnref|Hakim|2020}}|url-status=live}}
{{surakarta-stub}}