Harmoko: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
→Kehidupan awal dan pendidikan: enwiki Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 59:
Terlepas dari kesetiaan bertahun-tahun kepada Presiden Soeharto, [[Kejatuhan Soeharto|setelah demonstrasi mahasiswa yang meluas menyerukan perubahan pemerintahan]], Harmoko membuat kejutan besar pada konferensi pers dengan meminta presiden untuk mundur dalam waktu lima hari. Kemungkinan karena fakta bahwa dia mungkin kesal dengan pemecatannya sebagai menteri informasi, pemecatannya sebagai calon wakil presiden, dan rumahnya dibakar oleh pengunjuk rasa. Soeharto melihat permintaan Harmoko sebagai [[pengkhianatan]], sementara [[Tadjus Sobirin]], mantan Ketua Umum Golkar Jakarta menyebut Harmoko "[[Marcus Junius Brutus|Brutus]]" saat rapat pimpinan partai, merujuk kepada [[Senat Romawi|senator Romawi]] [[Marcus Junius Brutus]], yang membunuh paman buyutnya [[Julius Caesar]]. Harmoko meninggal pada tanggal 4 Juli 2021 di [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto]] karena [[pandemi COVID-19|COVID-19]], dan dimakamkan keesokan harinya di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]].
== Kehidupan awal dan pendidikan ==
Harun Muhammad Kohar, lebih dikenal dengan Harmoko, lahir di Desa Patianrowo, [[Kabupaten Nganjuk]], [[Jawa Timur]], [[Hindia Belanda]], pada 7 Februari 1939.{{sfn|Rahmah|Suwirta| Kamsori|2016| p = 206}} Ia adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara.{{sfn|UIN Sunan Ampel|2016| p = 12}} Harmoko dibesarkan oleh kedua orang tuanya, ibunya, Soeriptinah, dan ayahnya, Asmoprawiro. Ia memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat (setara [[sekolah dasar]] saat ini), sebelum melanjutkan pendidikan ke [[Sekolah Menengah Pertama]] (SMP), dan [[Sekolah Menengah Atas]] (SMA). Harmoko akhirnya aktif terlibat dalam Perkumpulan Kebudayaan [[Surakarta]], dan mengikuti pendidikan jurnalistik di sana. Ia mengikuti Program Reguler VII di Lembaga Ketahanan Nasional.{{sfn|UIN Sunan Ampel|2016| p = 13}} Ia melanjutkan usaha jurnalistiknya, dan bersekolah di sekolah jurnalistik di [[Jakarta]].{{sfn|Sekretariat Jenderal DPR|1999| p = 147}}
== Karir jurnalistik ==
[[File:Harmoko.jpg|160px|thumb|Harmoko, tanggal tidak diketahui]]
Setelah lulus dari Sekolah Jurnalistik di [[Jakarta]], ia bekerja sebagai jurnalis dan kartunis di surat kabar ''Harian Merdeka'', hingga tahun 1962, ketika ia pindah bekerja untuk ''Berita Merdeka''. Pada tahun 1964, ia meninggalkan ''Berita Merdeka'', dan bekerja di ''Harian Angkatan Bersenjata''. Ia melanjutkan karir jurnalistiknya di Harian API pada tahun 1965, sebelum menjabat sebagai [[pemimpin redaksi]] majalah [[bahasa Jawa]], ''Merdiko''. Pada tahun berikutnya, ia menjadi kepala surat kabar ''Harian Mimbar Kita''.<ref>{{cite web | url = https://news.detik.com/berita/d-5631089/mengenang-sosok-harmoko-wartawan-menteri-penerangan-ketua-dewan | url-access = | title = Mengenang Sosok Harmoko: Wartawan, Menteri Penerangan, Ketua Dewan | last = Permana | first = Rakhmad Hidayatulloh | author = | author-link = | date = 4 July 2021 | website = news.detik.com | publisher = Detik News | language = id | type = Website | access-date = 12 November 2021 | url-status = live | archive-url = | archive-date = }}</ref>
Pada tahun 1970, ia bersama beberapa temannya mendirikan surat kabarnya sendiri, ''[[Pos Kota]]''. Koran tersebut dirancang sebagai sebuah surat kabar harian, dengan perspektif masyarakat, yaitu untuk melaporkan peristiwa yang dialami oleh "orang kecil". Usaha itu sangat berisiko, karena "orang kecil" (audiens target koran), memiliki sedikit [[daya beli]]. Namun, bisnis itu terbukti berhasil, dan Harmoko menghasilkan banyak uang dari kertas itu. Isi ''Pos Kota'' membahas berbagai aspek kehidupan masyarakat di ibu kota [[Jakarta]], mulai dari [[politik]], [[sosial]], dan [[kriminal]]. Ciri khas lain dari ''Pos Kota'' adalah lampirannya, yang berisi gambar-gambar kehidupan kota yang disajikan dalam bentuk [[kartun]], yang menyampaikan kritik sosial Harmoko terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat.{{sfn|Gayatri| 2009| p = 167}} Ia juga bertanggung jawab atas pembuatan surat kabar ''Terbit''.{{sfn|Sekretariat Jenderal DPR|1999| p = 141}}
Keberhasilan makalahnya membuatnya menjadi figur di [[Media di Indonesia|pers Indonesia]]. Pada tahun 1970, ia terpilih sebagai Ketua Umum [[Persatuan Wartawan Indonesia]] (PWI) cabang [[Jakarta]]. Ia menjabat sebagai ketua cabang dari tahun 1970 sampai 1972, ketika ia terpilih sebagai Ketua Umum PWI Pusat pada tahun 1973. Ia menjabat sebagai Ketua Umum PWI dari tahun 1973 sampai 1983, menjadi ketua terlama di PWI.{{sfn|Gayatri|2009| p = 167}}
== Karier Politik ==
Sebagai menteri Penerangan, Harmoko mencetuskan gerakan [[Kelompencapir]] (Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pirsawan) yang dimaksudkan sebagai alat untuk menyebarkan informasi dari [[pemerintah]]. Harmoko pun dinilai berhasil memengaruhi hasil pemilihan umum ([[Pemilu]]) melalui apa yang disebut sebagai "[[Safari Ramadhan]]". Sebagai Ketua Umum DPP [[Golkar]], Harmoko dikenal pula sebagai pencetus istilah "[[Temu Kader]]". Terakhir, ia menjabat sebagai Ketua DPR/MPR periode 1997-1999 yang mengangkat [[Soeharto]] selaku [[presiden]] untuk masa jabatannya yang ke-7. Namun dua bulan kemudian Harmoko pula memintanya turun ketika gerakan rakyat dan [[mahasiswa]] yang menuntut [[reformasi]] tampaknya tidak lagi dapat dikendalikan.
|