Ahmad bin Syuaib An-Nasa'i: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SassoBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: ms:Imam Nasa'i
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-. Beliau +. Ia)
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Imam Nasa`i''' dengan nama lengkapnya '''Ahmad bin Syu'aib Al Khurasany''', Beliau terkenal dengan nama '''An Nasa`i''' karena dinisbahkan dengan kota [[Nasa'i]] salah satu kota di [[Khurasan]]. BeliauIa dilahirkan pada tahun 215 Hijriah demikian menurut [[Adz Dzahabi]]. Dan beliau meninggal dunia pada hari Senin tanggal 13 Shafar 303 Hijriah di [[Palestina]] dan beliau dikuburkan di [[Baitul Maqdis]].
 
Beliau menerima Hadits dari [[Sa'id]], [[Ishaq bin Rawahih]] dan ulama-ulama lainnya selain itu dari kalangan tokoh ulama ahli [[hadits]] yang berada di [[Khurasanb]], [[Hijaz]], [[Irak]], [[Mesir]], [[Syam]], dan Jazirah Arab. BeliauIa termask diantara [[ulama]] yang ahli di bidang ini dan karena ketinggian sanad hadtsnya. BeliauIa lebih kuat hafalannya menurut para ulama ahli hadits dari [[Imam Muslim]] dan kitab '''Sunan An Nasa`i''' lebih sedikit hadits dhaifnya (lemah) setelah Hadits Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. BeliauIa pernah menetap di [[Mesir]]
 
Para guru beliau yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah antara lain; [[Qutaibah bin Sa`id]], [[Ishaq bin Ibrahim]], [[Ishaq bin Rahawaih]], [[al-Harits bin Miskin]], [[Ali bin Kasyram]], Imam [[Abu Dawud]] (penyusun Sunan Abi Dawud), serta Imam [[Abu Isa al-Tirmidzi]] (penyusun al-Jami`/Sunan al-Tirmidzi).
Baris 21:
 
== Kritik [[Ibnu al-Jauzy]] ==
Kita perlu menilai jawaban Imam al-Nasa`i terhadap pertanyaan Amir Ramlah secara kritis, dimana beliau mengatakan dengan sejujurnya bahwa hadis-hadis yang tertuang dalam kitabnya tidak semuanya [[shahih]], tapi adapula yang [[hasan]], dan ada pula yang menyerupainya. BeliauIa tidak mengatakan bahwa didalamnya terdapat hadis [[dhaif]] (lemah) atau [[maudhu]] (palsu). Ini artinya beliau tidak pernah memasukkan sebuah hadispun yang dinilai sebagai hadis dhaif atau maudhu`, minimal menurut pandangan beliau.
 
Apabila setelah hadis-hadis yang ada di dalam kitab pertama diseleksi dengan teliti, sesuai permintaan Amir Ramlah supaya beliau hanya menuliskan hadis yang berkualitas shahih semata. Dari sini bisa diambil kesimpulan, apabila hadis hasan saja tidak dimasukkan kedalam kitabnya, hadis yang berkualitas dhaif dan maudhu` tentu lebih tidak berhak untuk disandingkan dengan hadis-hadis shahih.