Tuhan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k →Tuhan atau Dewa?: kembalikan |
||
Baris 11:
Di dalam [[bahasa Melayu]] atau [[bahasa Indonesia]], dua [[konsep]] atau nama yang berhubungan dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan [[Dewa]]. Penganut [[monoteisme]] biasanya menolak menggunakan kata [[Dewa]] di [[Indonesia]], tetapi sebenarnya hal ini tidaklah berdasar. Sebab di [[Prasasti Trengganu]], [[prasasti]] tertua di dalam [[bahasa Melayu]] yang ditulis menggunakan [[Huruf Arab]] ([[Huruf Jawi]]) menyebut ''Sang Dewata Mulia Raya''. Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara Dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada [[politeisme]].
Secara [[filsafat]], prestasi dalam pencarian Tuhan biasanya berujung pada penemuan eksistensi Tuhan saja, dan tidak sampai pada substansi tentang Tuhan. Dalam istilah filsafat eksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut, distinct dan unik.
'''Absolut''' itu artinya keberadaanya mutlak bukannya relatif. Hal ini dapat dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak benar. Kalau semua itu relatif, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu relatif. Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas. Ibarat warna yang ada di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita bisa tahu putih padahal tidak ada pembanding selain putih. Dengan demikian tidak bisa disangkal adanya kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak bisa disangkal pula adanya kebenaran mutlak itu. Dengan kemutlakannya, ia tidak akan ada yang menyamai atau diperbandingkan dengan yang lain ('''distinct'''). Kalau tuhan dapat diperbandingkan tentu tidak mutlak lagi atau menjadi relatif. Karena tidak dapat diperbandingkan maka tuhan bersifat '''unik''', dan hanya ada dia satu-satunya. Kalau ada yang lain, berarti dia tidak lagi distinct dan tidak lagi mutlak.
<!--
Karena kemutlakannya tidak mungkin si mutlak itu ada yang menyamainya. Kalau ada yang menyamainya, maka dia batal menjadi si mutlak, dan jadilah dia sebagai si relatif.
|