Hamim Tohari Djazuli: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: gambar rusak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Almarko (bicara | kontrib)
Konten, pranala dan koreksi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 6:
| image_size = 200px
| caption = Foto [[Gus]] Miek
| native_name = حميم جزوليطهارى
| native_name_lang = Ar
| birth_name = Hamim Thohari
| birth_date = 17 Agustus 1940
| birth_place = Ploso, Mojo, Kediri
Baris 19:
| other_names = [[Gus]] Amiek{{br}}[[Gus]] Miek
| citizenship =
| education = [[Nabi]] [[Khadir]] As
| alma_mater =
| occupation = [[Kyai]], [[Ulama']], [[Mursyid]] Tunggal Jantiko Mantab
| years_active =
| employer =
| organization = Semaan Al Qur'an Dzikrul Ghofilin Jantiko Mantab
| agent =
| known_for = Waliyullah[[Wali]]
| notable_works =
| style =
Baris 37:
| weight =
| television =
| title = Sang Waliyullah Gus Miek
| term =
| predecessor =
Baris 44:
| boards =
| spouse = Ny. Hj. Liliek Suyati
| children = KH. Tajuddin Herucokro{{br}}KH. Tsabut[[Sabuth PanataprajaPanoto Projo]] {{br}}KH. Robert Saifunnawas
| parents = [[Kyai]] [[Haji]] Ahmad Djazuli Usman (Ayah){{br}} Ny. Hj. Rodliyah
| relatives = KH. A. Zainuddin Djazuli (Kakak){{br}}KH. Nurul Huda Djazuli (kakak){{br}}KH. Fuad Mun'im Djazuli (Adik) {{br}}KH. Munif Djazuli (Adik)
Baris 53:
}}
 
'''KH. Hamim Thohari Djazuli''', akrab dipanggil '''Gus Miek''' ({{lahirmati|[[Kediri]], [[Jawa Timur]]|17|8|1940|[[Surabaya]], Jawa Timur|5|6|1993}})<ref name="www.tanbihun.com">[http://tanbihun.com/sejarah/profil-ulama/biografi-gus-miek-kh-hamim-tohari-djazuli/#.U0CU-6AmbIU www.tanbihun.com: Biografi Gus Miek (KH. Hamim Tohari Djazuli)]. Diakses 6 April 2014</ref> atau wafat pada 14 Dzulhijjah 1413 H adalah pendiri [[amalan]] ''[[dzikir]]'' [[Jama'ah Mujahadah Lailiyah]], [[Dzikrul Ghofilin]], dan [[sema'an]] (mendengarkan) [[al-Qur'an]] [[Jantiko Mantab]].<ref name="Perjalanan">{{cite book|author=Muhammad Nurul Ibad|title=Perjalanan dan Ajaran Gus Miek|publisher=Pustaka Pesantren|year=2001|id=ISBN 979-8452-32-1}} Halaman 111-133.</ref>
 
Ia adalah putra dari K.H. [[Ahmad Djazuli Utsman]], pengasuh [[Pondok Pesantren Al-Falah Ploso|Pondok Pesantren Al-Falah]], [[Ploso]], [[Mojo]], Kediri, Jawa Timur.<ref name="www.tokohtokoh.com">[http://www.tokohtokoh.com/kh-hamim-djazuli.html www.tokohtokoh.com: KH. Hamim Djazuli]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. Diakses 6 April 2014.</ref> Ia terkenal sebagai seorang [[wali]] (kekasih Allah) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di luar [[Pesantren]] untuk berdakwah.<ref name="Dhawuh">{{cite book|author=Muhammad Nurul Ibad|title=Dhawuh Gus Miek|publisher=Pustaka Pesantren|year=2010|id=ISBN 979-8452-30-5}} Halaman vii.</ref><ref name="Suluk">{{cite book|author=Muhammad Nurul Ibad|title=Suluk Jalan Terabas Gus Miek|publisher=Pustaka Pesantren|year=2012|id=ISBN 979-8452-31-3}} Halaman vii.</ref> Gus Miek juga terkenal sebagai wali yang memiliki banyak [[karomah]] (kelebihan).
 
== Biografi ==
Baris 86:
* [[Gus|Agus]] Laits Asmoroqondi (Laits)
=== Masa Kecil dan pendidikan awal ===
Gus Miek adalah putra ketiga dari enam bersaudara dari pasangan K.H Djazuli Utsman dan [[Nyai Rodhiyah]].<ref name="Perjalanan"/><ref name="www.tokohtokoh.com"/> Amiek (panggilan masa kecil Gus Miek) lahir dan besar di Kediri.<ref name="Perjalanan"/> Ia tinggal di lingkungan bekas [[kantor]] [[penghulu]] yang telah ditebus orang tuanya dengan biaya 71 [[gulden|goldenGulden]].<ref name="Perjalanan"/> Gus Miek kecil adalah sosok yang pendiam dan suka menyendiri, berbeda dengan saudara-saudaranya dan teman sebayanya yang lebih senang dekat ibunya atau kepada para [[santri]].<ref name="Perjalanan"/> Hal ini dapat dilihat bila seluruh keluarga berkumpul, ia selalu mengambil tempat yang paling jauh.<ref name="Perjalanan"/> Ketika kecil ia juga terkenal memiki suara yang merdu dan fasih pada saat membaca al-Qur'an.<ref name="Perjalanan"/>
 
Pendidikan awal ia tempuh dengan masuk di [[Sekolah Rakyat]] ([[SR]]), namun tidak sampai selesai karena sering membolos.<ref name="nu.or.id">[http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,39262-lang,id-c,tokoh-t,Gus+Miek++dari+Khataman+ke+Tempat+Perjudian-.phpx www.nu.or.id: Gus Miek, dari Khataman ke Tempat Perjudian]. Diakses 6 April 2014</ref> Dalam pendidikan belajar membaca al-Qur'an, Gus Miek dibimbing langsung oleh ibunya, kemudian ia diserahkan kepada [[Ustadz]] [[Hamzah]].<ref name="Perjalanan"/> Sedangkan dalam pendidikan belajar [[kitab]], Gus Miek beserta para saudaranya diajar langsung oleh ayahnya.<ref name="Perjalanan"/>
 
Pada umur 9 tahun, Gus Miek telah mengenal ulama-ulama besar. Beberapa ulama tersebut yang sering dikunjungi Gus Miek adalah K.H. [[Mubasyir Mundzir]] (PP. Ma'unah Sari) , Kediri; K.H. [[Ali Mas'ud]] (Gus Ud) [[Pagerwojo]], [[Sidoarjo]]; dan K.H. [[Abdul Hamid Pasuruan|Hamid]], [[Pasuruan]].<ref name="www.tanbihun.com"/><ref name="nu.or.id"/> Ketika berkunjung ke rumah Gus Ud di Sidorajo, untuk pertama kalinya Gus Miek bertemu dengan K.H. [[Ahmad SiddiqShiddiq]] yang pada saat itu menjadi sekertaris pribadi K.H. [[Wahid Hasyim]].<ref name="www.tanbihun.com"/><ref name="nu.or.id"/> K.H. [[Ahmad SiddiqShiddiq]] inilah yang kelak sering menentang tradisi [[sufi]] Gus Miek namun ia juga yang kelak menjadi kawan karibnya di Dzikrul Ghofilin.<ref name="www.tanbihun.com"/><ref name="nu.or.id"/>
 
=== Belajar di pesantren Lirboyo ===
Pada umur 13 tahun, Gus Miek melanjutkan pendidikannya di [[Pondok Pesantren]] [[Lirboyo]], Kediri, setelah K.H. [[Mahrus Ali]] datang menjemputnya di Ploso untuk memintanya belajar di Pondok Pesantren asuhan K.H. [[Mahrus Ali]] tersebut.<ref name="Perjalanan"/> Namun pendidikannya di [[Pondok Pesantren Lirboyo]] hanya bertahan selama 16 hari dan kemudian Gus Miek kembali pulang ke [[Ploso, Mojo, Kediri|Ploso]].<ref name="nu.or.id"/>
 
Kepulangan Gus Miek yang mendadak ke [[Pondok Pesantren Ploso]] membuat orang tuanya resah karena ia tidak mau untuk melanjutkan belajarnya di [[Pondok Pesantren Lirboyo|Pesantren Lirboyo]]. Namun Gus Miek mampu menunjukkan bahwa selama belajarnya di [[Pondok Pesantren Lirboyo|Pesantren Lirboyo]] ia melakukannya dengan sungguh-sungguh, ia membuktikan kepada orang tuannya dengan cara menggantikan semua jadwal pengajian yang biasa diampu oleh ayahnya di Pondok Pesntren Ploso.<ref name="Perjalanan"/> Gus Miek membuktikannya dengan mengajarkan berbagai kitab kepada para santri, yakni: kitab ''[[Tahrir]]'' (kitab [[fiqh]] tingkat dasar), ''[[FatkhulFathul Mu'in]]'' (kitab fiqh tingkat menengah), ''[[Jam'ul Jawami']]''' (kitab [[ushul fiqh]]), ''[[FatkhulFathul Qarib]]'' (kitab fiqh tingkat menengah), ''[[Shahih Bukhari]]'' (kitab [[hadis]]), ''[[Shahih Muslim]]'' (kitab hadis), ''[[Tafsir al-Jalalain|Tafsir Jalalain]]'' (kitab [[tafsir]] al-Qur'an), ''[[Iqna]]'' (kitab fiqh penjabaran dari kitab ''Fatkhul Qarib''), ''[[Shaban]]'' (kitab [[tata bahasa]] [[Arab]]) dan ''[[Ihya Ulumuddin|Ihya' Ulumuddin]]'' (kitab [[tasawuf]]).<ref name="Perjalanan"/>. Pada saat inilah orang tuanya menyadari adanya karomah (kelebihan) kewalian pada diri Gus Miek.<ref name="Perjalanan"/>
 
Setelah menunjukkan kemampuannya kepada orang tuanya, beberapa bulan kemudian Gus Miek memutuskan untuk belajar lagi di [[Pondok Pesantren Lirboyo|Pesantren Lirboyo]].<ref name="Perjalanan"/> Di pesantren tersebut ia cukup rajin dalam mengikuti pengajian. Namun ia mempuyai kebiasaan yang sulit dihilangkan sejak di Ploso, yaitu ketika santri lain sedang sibuk mengaji, ia hanya tidur dan meletakkan kitabnya di atas meja.<ref name="Perjalanan"/> Meskipun demikian, ketika gurunya mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan, Gus Miek selalu mampu menjawabnya dengan memuaskan.<ref name="Perjalanan"/>
 
Di Pesantren Lirboyo, ada beberapa santri yang dekat dengan Gus Miek, di antaranya adalah [[Abdul Ro'uf]] dari [[Blitar]] yang mendapat tugas memasak, [[Abdul Zaini]] dari [[Gresik]], [[Abdullah]] dari [[Kabupaten Magelang|Magelang]], [[Gus Idris]] dan [[Gus Fatkhurrohman]].<ref name="Perjalanan" /> Perkenalan dengan Abdullah tersebut yang akhirnya membuat Gus Miek meninggalkan Pesantren Lirboyo dan pergi ke [[Kabupaten Magelang|Magelang]].<ref name="Perjalanan" /> Pada umur 14 tahun, ia pergi dan melanjutkan belajarnya ke sebuah Pondok Pesantren asuhan K.H. [[Dalhar]] di Watucongol, [[Watucongol]]Gunungpring, Muntilan, Magelang]], [[Jawa Tengah]].<ref name="Perjalanan"/><ref name="nu.or.id"/>
 
== Referensi ==