Sejarah Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Invasi Majapahit: Menghapus kesalahan tafsir: Hikayat Raja-Raja Pasai bukan versi Majapahit, ia juga tidak menyebut 500 kapal. Nama Minangkabau sudah ada lebih awal dari 1409, karena Nagarakretagama sudah mencatat nama itu pada 1365.
Baris 35:
Setelah Indonesia merdeka sebagian besar wilayah Inderapura dimasukkan kedalam bagian wilayah provinsi Sumatra Barat dan sebagian ke wilayah Provinsi Bengkulu yaitu kabupaten Pesisir Selatan sekarang ini.
 
== Invasi MajapahitJawa ==
[[Berkas:Jong (Javanese junk), Java island, and other Indonesian islands in Catalan atlas.jpg|jmpl|kiri|270px|Sebagian dari atlas Katala yang menggambarkan kepulauan Indonesia. Di sebelah kiri ada ''inchi'' bertiang lima (kesalahan penyalinan ''juchi'', atau jung, dari jong Jawa). Di tengah adalah ''illa iana'' (kesalahan pencatatan ''illa iaua'', pulau Jawa), yang diperintah oleh seorang ratu (mungkin [[Tribhuwana Wijayatunggadewi|Tribhuwana]], memerintah dari tahun 1328 hingga 1350). Di sebelah kanan adalah pulau-pulau Indonesia lainnya.]]
 
Invasi Majapahit[[Kerajaan Singasari|Singasari]] ke Pagaruyung terjadi pada tahun 14091275 (lihat [[ekspedisi Pamalayu]]).<refspan namedata-segmentid="Runtuhnya8" kerajaan Hinduclass="cx-Jawasegment"><ref>{{Cite [[Slametbook|last=De MuljanaJong|Muljana,first=P. Slamet]] (2005)E. [de Josselin|year=1980|url=https://booksarchive.google.co.idorg/details/minangkabauandnegrisembilan_201911/page/booksn103/mode/2up?id=j9ZOKjMxVdIC&pg=PA17&lpg=PA17&dq=tahun+1409+majapahit+mengirim+ekspedisi+militer+ke+sumatera&source=bl&ots=MBWjhBRCD3&sig=-NBQae5TUqhGL4USSmoioMD4Njg&hl=en&sa=X&ei=523DVKLvMqe4mwXYyIL4CA&redir_esc=y#v=onepage&q|title=tahun%201409%20majapahit%20mengirim%20ekspedisi%20militer%20ke%20sumatera&f=falseMinangkabau "Runtuhnyaand kerajaanNegri Hindu-Jawa dan timbulnyaSembilan: negaraSocio-negaraPolitical IslamStructure di Nusantara"]in Indonesia|location=''PTS-Gravenhage|publisher=Martinus LKiS Pelangi Aksara''. hlm. 16. ISBN 979Nijhoff|url-98451-16-3.status=live}}</ref> Dalam sebuah [[teks]] yang luar biasa versi Majapahit yang tersimpan di museum [[Jawa Timur]] diceritakan tentang invasi penaklukkan ke [[Sumatra]] terutama ke Pagaruyung dengan 500 kapal perang lengkap dengan [[patih]] dan hulubalang serta 200.000 [[prajurit]] dan seekor [[kerbau]] jantan [[raksasa]] sebesar [[gajah]].{{rp|99–100}}</span> Bala tentara MajapahitJawa tanpa halangan sampai di [[Jambi]] yang merupakan pintu masuk ke [[dataran tinggi Minangkabau]] melalui sungai besar dan berair dalam yang ada di dataran rendah bagian timur Sumatra.<ref name="Sengketa Tiada Putus">Hadler, Jeffrey (2010). [http://sseas.berkeley.edu/sites/default/files/faculty/files/hadlersengketa.pdf "Sengketa Tiada Putus"]{{Pranala mati|date=Maret 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}} ''Freedom Institute''. hlm. 16–21. ISBN 978-979-19466-5-0.</ref>
 
Sesampai di [[Pariangan, Pariangan, Tanah Datar|Pariangan]] para patih dan hulubalang MajapahitJawa berunding dengan Patih Suatang ([[Datuk Perpatih Nan Sebatang]]) serta Patih Ketemanggungan ([[Datuk Katumanggungan]]), lalu muncul usulan dari Patih MajapahitJawa untuk mengadu kerbau sebagai [[simbol]]isasi [[perang]]. Pemilik kerbau yang menang berarti memenangkan peperangan, begitu pula sebaliknya.<ref name="Sengketa Tiada Putus"/>
 
Setelah datang waktunya adu kerbau itu pun dilaksanakan. Orang MajapahitJawa mengeluarkan kerbau raksasa sementara orang Patih Suatang mengeluarkan seekor anak kerbau kecil yang kelaparan dan kehausan. Anak kerbau itu secepat kilat menyeruak ke selangkang kerbau raksasa dan menghisap buah pelir kerbau itu. Setelah berputar-putar karena tidak bisa menanduk akhirnya kerbau raksasa itu rubuh sambil berguling-guling karena anak kerbau lapar itu tidak melepaskan hisapannya pada buah pelir kerbau raksasa itu.<ref name="Sengketa Tiada Putus"/>
 
Sesuai kesepakatan, maka pihak MajapahitJawa dianggap kalah, lalu mereka akan pergi namun ditahan oleh Patih Suatang karena mereka akan dijamu makan dan minum. Masih menurut teks versi MajapahitJawa, setelah jamuan makan dan minum itulah terjadi peristiwa kekerasan yang menewaskan patih dan para hulubalang serta separuh prajurit MajapahitJawa. Sementara yang selamat pulang ke MajapahitJawa dan melaporkan peristiwa itu kepada Sang Nata (raja) yang menerimanya dengan amat masygul karena kekalahan besar dan kehilangan para patih dan hulubalang yang diandalkan serta banyak prajurit.<ref name="Sengketa Tiada Putus"/>
 
Peristiwa tersebut terjadi di sebuah padang luas yang kemudian diberi nama 'Padang Sibusuk' karena begitu banyaknya mayat bergelimpangan yang kemudian menimbulkan bau busuk. Kisah ini juga tercatat dalam ''Hikayat Raja-raja Pasai'' yang merekam berbagai peristiwa di Sumatra sekitar abad tersebut.<ref name="Sengketa Tiada Putus"/> Sekarang Padang Sibusuk masuk dalam wilayah [[kabupaten Sijunjung]], Sumatra Barat.
 
Peristiwa kekalahan dahsyat itu sekaligus sebagai tonggak penanda berakhirnya ekspansi Majapahit ke wilayah barat [[Nusantara]].<ref name="Sengketa Tiada Putus"/> Pagaruyung yang didirikan [[Adityawarman]] pada 1347 yang merupakan kerajaan yang berpengaruh di Sumatra kemudian semakin berkembang menjadi kerajaan yang mempunyai pengaruh besar di wilayah barat Nusantara, Sumatra<ref name="Sejarah Sumatra">Marsden, William (1811). "The History of Sumatra". London.</ref> serta [[Semenanjung Malaya]].
 
Tentang bagaimanaBagaimana bentuk hubungan Majapahit dengan Pagaruyung sebelumnya masih menjadi perdebatan para ahli. [[Jayanagara]], raja Majapahit ke-2 yang memerintah dari tahun 1309-13281309–1328 merupakan raja berdarah [[Orang Minang|Minang]]/[[Bangsa Melayu|Melayu]] dan [[Suku Jawa|Jawa]]. Sementara Adityawarman, pendiri Pagaruyung pada 1347 merupakan [[sepupu]] dari Jayanagara. Ada ahli yang berpendapat bahwa kerajaan di Minang/Melayu tidak pernah berada dalam [[posisi]] sebagai negara taklukan, namun lebih pada bentuk persahabatan Melayu dan Majapahit, serta berdiri sebagai kerajaan tersendiri.<ref name="kompas.com1"> [http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/03/10/03545648/Sejarah.Majapahit.Perlu.Dikaji.Ulang "Sejarah Majapahit Perlu Dikaji Ulang"] ''[[Kompas.com]]'', 10 Maret 2010. Diakses 24 Januari 2015.</ref><ref name="arkeologi.web.id">[http://arkeologi.web.id/articles/berita-arkeologi/1046-asal-usul-raja-adityawarman-masih-diperdebatkan "Asal Usul Raja Adityawarman masih Diperdebatkan"] ''Website Resmi Arkeologi Indonesia'', 8 Maret 2010. Diakses 24 Januari 2015.</ref><ref name="kompas.com2">[http://sains.kompas.com/read/2013/10/13/2012358/Faktanya.Nusantara.Bukanlah.Wilayah.Majapahit?utm_source=bisniskeuangan&utm_medium=bp-kompas&utm_campaign=related& "Faktanya, Nusantara Bukanlah Wilayah Majapahit"] ''Kompas.com'', 13 Oktober 2013. Diakses 24 Januari 2015.</ref>
 
== Masuknya bangsa Eropa ==