Sultan Wakil Pangeran Suramenggala: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adam Ahmat (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{noref}}[https://www.scribd.com/document/556536320/Sejarah-Pangeran-Suramanggala-Ed-03-Tashih-Patrah-Kesultanan-Banten Pangeran Suramanggala]{{nocat}}
'''Pangeran Suramanggala''' atau nama lainnya '''Tubagus Kacung''' merupakan tokoh yang memerintah Kerajaan Banten sebagai Sultan ke-19 dari tahun 1808 hingga 1809.<ref>'''A List of Native Princes and Chieftains on Java, in The Java Annual Directory and Almanac''', Vol. 2, A.H.Hubbard, 1816</ref>
[[Kategori:Sejarah Kesultanan Banten<ref>{{Cite book|url=https://lib.ui.ac.id/detail?id=20265574&lokasi=lokal|title=Catatan Masa Lalu Banten|url-status=live}}</ref>]]
== Biografi<ref>{{Cite web|title=Sejarah Pangeran Suramanggala Ed.03 Tashih Patrah Kesultanan Banten {{!}} PDF|url=https://id.scribd.com/document/556536320/Sejarah-Pangeran-Suramanggala-Ed-03-Tashih-Patrah-Kesultanan-Banten|website=Scribd|language=id|access-date=2022-02-06}}</ref> ==
Pangeran Suramanggala / Suramenggala / Sura menggala / Sura manggala putra dari Sultan Muhammad Arif Zainul Asyikin (Sultan Banten periode 1753 – 1773) rahimahumallah tidak begitu banyak diceritakan para sejarawan dalam buku-buku sejarah kesultanan Banten, sehingga tidak sedikit menimbulkan spekulasi, dugaan dan kesimpangsiuran versi sejarah yang masih terus diperbincangkan untuk mengungkap identitas yang lebih rinci mengenai riwayat dirinya. Buku-buku referensi dari para sejarawan yang Penulis<ref>https://www.scribd.com/document/556536320/Sejarah-Pangeran-Suramanggala-Ed-03-Tashih-Patrah-Kesultanan-Banten</ref> temukan sampai saat ini hanya sedikit menyinggung kehidupannya saat beliau berada di Banten. Sedangkan informasi mengenai eksistensi beliau setelah diluar Banten, hanya Penulis dapatkan dari teks/lembaran/buku yang tersimpan dilingkungan keluarga Majalengka dan juga dari informasi lisan/legenda yang beredar luas disampaikan secara turun temurun di masyarakat khususnya masyarakat Majalengka, karena adanya keberadaan makam yang diyakini sebagai makam tempat dimana jasad beliau disemayamkan yaitu di desa Kawunggirang kecamatan Majalengka. Dari kedua sumber informasi tersebut (Banten dan Majalengka), Penulis ingin coba merangkainya menjadi satu untuk membendung spekulasi/dugaan yang jauh melebar tanpa adanya bukti data yang lebih valid daripada bukti-bukti yang sudah terlebih dahulu ada. Penulis menyadari adanya kemungkinan sumber-sumber data yang terluput dari perujukan, sehingga sejarah mengenai Pangeran Suramanggala masih terbuka untuk dikaji dan diteliti secara ilmiah oleh para sejarawan dimasa ini dan masa yang akan datang. Penulis berharap kepada Allah agar Penulis berkesempatan untuk memperbaharui/meluruskan isi kandungan tulisan ini bilamana dari perkembangan kajian ilmiah tersebut kemudian ditemukan adanya kekeliruan.
Dalam penyebutan nomor urutan Sultan-Sultan Banten yang memerintah, Penulis mengacu pada buku “Catatan Masa Lalu Banten, Halwany Michrab-Chudari, Appendix II” yang juga sejalan dengan silsilah Sultan-Sultan Banten pada Buku “Syamsu Adz-Zohiroh, halaman 567”.
== Krolonogi Peristiwa<ref>{{Cite book|last=Pudjiastuti|first=Titik|date=2007|url=https://books.google.com/books?id=iCVf2eblDAMC&newbks=0&printsec=frontcover&dq=inauthor:%22Titik+Pudjiastuti%22&hl=id|title=Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=978-979-461-650-5|language=id}}</ref> ==
1. Banten, tahun 1773 (Wafatnya ayahanda Pangeran Suramanggala):
Baris 24 ⟶ 25:
5) Pangeran Suramanggala
Beliau adalah keturunan langsung Syaikh Syarif Hidayatullah yaitu putra dari Sultan Muhammad Syifa Zainul Arifin bin Sultan Abul Mahasin Zainul Abidin bin Sultan Haji Abu Nashr Abdul Qohhar bin Sultan Ageng Tirtayasa bin Sultan Abul Ma’ali Ahmad bin Sultan Abul Mafakhir Abdul Kadir bin Maulana Muhammad bin Maulana Yusuf bin Maulana Hasanuddin bin [[Sunan Gunung Jati|Syaikh Syarif Hidayatullah]] yang nasabnya bersambung sampai Rasulullah SAW melalui Sayyidina Husain r.a. Walaupun semasa hidupnya dipenuhi konflik politik, Sultan Muhammad Arif Zainul Asyikin adalah sosok negarawan shalih dan alim. Beliau memiliki murid seorang ulama keturunan Arab dan Banten yang bernama Syaikh Abdullah bin Abdul Qahhar, seorang mursyid tarekat sekaligus penulis risalah fiqih maupun tasawwuf, yang mengajarkan tarekat Naqsyabandiyah dan Syattariyah.<ref>Islam Pada Masa Kesultanan Banten, Maftuh, hal 98.</ref>
b) Diangkatnya putra mahkota/Pangeran Ratu sebagai Sultan Banten ke-14 dengan gelar Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliyuddin.
Baris 153 ⟶ 154:
Sekitar tahun 1940-an, seorang tokoh ulama Majalengka yang bernama KH. Abdul Halim Asromo menunjukkan dimana letak persis makam Mbah Tubagus Kacung alias Pangeran Suramanggala dengan menggunakan tongkatnya, beliau mengarahkan letak tempat peristirahatan terakhir Mbah Tubagus Kacung yang Penulis maksudkan diatas. Sebelumnya, rute haul dan ziarah akbar tahunan yang dipimpin almarhum KH. Abdul Halim Baribis (sama nama Abdul Halim, tapi beda orang dan keduanya bersahabat) urutannya adalah ke makam Tubagus Muhammad Sholeh/Mbah Soleh di Kampung Pesantren Kertabasuki, kemudian dilanjutkan ke komplek Makam Mbah Bahim. Namun setelah ditunjukan oleh KH. Abdul Halim Asromo bahwa makam ayahnya Mbah Soleh berada di dekat makam Mbah Bahim Kawunggirang, maka sejak saat itu hingga sekarang rute ziarah dan haul akbar tahunan dirubah urutannya jadi ke makam Mbah Kacung Kawunggirang dahulu, baru setelah itu ke Makam putranya di pesantren Kertabasuki. Sebelumnya banyak masyarakat yang tertukar-tukar mana makam ayah mana makam anak.
Informasi yang diberikan KH. Abdul Halim Asromo sangat terpercaya mengingat beliau adalah cicit dari Pangeran Suralaya bin Sultan Zainul Asyikin, kakak dari Pangeran Suramanggala. Ulama kelahiran Majalengka tahun 1887 dan wafat di tahun 1962 ini, pada tahun 2008 dianugrahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI berkat jasa-jasanya. Beliau adalah putra dari Penghulu Iskandar bin Kyai Abdul Qomar Penghulu Talaga bin Pangeran Suralaya Tubagus Nursalim bin Sultan Zainul Asyikin. Dan beliau pun tercatat sebagai salah satu dari 5 tokoh ulama yang menyimpan manuskrip silsilah raja-raja keturunan Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).<ref>Historical Fact and Fiction, Syed Muhammad Naquib Al-Attas, hal 86</ref> Dari beliau pula keluarga besar yang ada di Rajagaluh Kidul maupun Kertabasuki memperoleh data silsilah yang kemudian secara estafet mencatat keturunan Pangeran Suramanggala maupun pangeran Suralaya hingga sekarang, karena diantara turunan keduanya banyak terjadi pernikahan seleluhur. Salah satu cucu Pangeran Suramanggala yaitu Kyai Arjaen (alias Kyai Munari bin Tubagus Muhammad Sholeh bin Pangeran Suramanggala) yang menjadi penghulu/qadhi di Keraton Kanoman menikah dengan Nyai Zaenab putri dari Pangeran Suralaya dari istri ke-2 nya (Nyai Aisyah binti Kyai Baedowi/Rifali). Kyai Arjaen setelah menikah dengan Nyai Zainab menetap lama di Rajagaluh Kidul sebelum kemudian pindah ke Kanoman Cirebon. Demikian juga salah satu cicit Tubagus Kacung yang bernama KH. [http://yayasanbaitulkanzarahma.com/kh-syaerozi-pondok-ismailiyah-kabuyutan-rajagaluh-detail-54887.html Ismail Sayuthi] (putra dari Kyai Soleh bin Tubagus Muhammad Soleh) menikah dan menetap di Rajagaluh kidul hingga wafatnya. Sehingga apabila kita ingin menggali informasi terkait Tubagus Kacung/Pangeran Suramanggala beserta sebagian besar keturunannya, maka setidaknya para sesepuh dan Kyai di kedua tempat ini yaitu Kertabasuki dan Rajagaluh Kidul adalah sesuai untuk dikunjungi karena beberapa orang dari keluarga besar mereka masih menyimpan dan terus mendata keturunan dari Pangeran Suramanggala ini.
Pada akhir tahun 2021, Penulis ditemani saudara-saudara Penulis bermusyawarah dengan tokoh-tokoh ulama/Kyai disekitar Kawunggirang dan Kertabasuki yang notabene masih ada hubungan kerabat famili dengan Penulis. Dari saran-saran para Kyai diantaranya KH. Bunyamin pimpinan pondok pesantren Shobarul Yaqin Kawunggirang yang juga pengurus komplek makam Mbah Bahim, KH. Maman dan H. Olih pimpinan dan pengasuh pesantren Annawawiyyah Kawunggirang, KH. Yuyu Bazrujamhar pimpinan pesantren Manbaul Huda Banjaran dan Kyai Asep Saefullah Ridwan pesantren Nurul Huda Kertabasuki, bersepakat untuk mendirikan saung diatas makam Mbah Tubagus Kacung/Pangeran Suramanggala disertai papan pengenal, tanpa merubah batu asli yang ada pada makam. Tujuannya menjaga/memuliakan salah satu situs sejarah makam seorang waliyullah di desa Kawunggirang agar jelas keberadaannya dan menghindari kesimpangsiuran informasi maupun klaim-klaim pihak lain terkait lokasi makamnya. Kami berhusnudzon bahwa Insya Allah atas kehendak Allah SWT, arwah Mbah Tubagus Kacung akan ridha dengan maksud tujuan ini.
|