Ong Hok Ham: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 29:
| burial_place =
}}
'''Onghokham''' atau '''Ong Hok Ham''' ({{lahirmati|[[Kota Surabaya|Soerabaja]]|1|5|1933|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|30|8|2007}}), adalah seorang [[sejarah|sejarawan]] dan cendekiawan [[Indonesia]]. Ia sering menulis pada kolom sejarah di majalah ''[[Tempo (majalah)|Tempo]]''. Kumpulan tulisannya di majalah ini selama tahun [[1976]]-[[2001]] diterbitkan pada tahun [[2002]] dengan judul ''[[Wahyu yang Hilang, Negeri yang Guncang]]''.
Baris 36 ⟶ 34:
Sebagai sejarawan, Ong Hok Ham menulis banyak artikel mengenai kaum peranakan [[Tionghoa-Indonesia]]. Lima belas dari puluhan artikelnya yang pernah diterbitkan ''Star Weekly'' kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul ''[[Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa]]''.
Ong Hok Ham juga merupakan mantan [[dosen]] di [[Universitas Indonesia]]. Disertasinya selesai ditulis pada [[1975]] dengan judul ''[[The Residency of Madiun; Priyayi and Peasant in the Nineteenth Century]]'' dan gelar [[Doktor]] diraihnya dari [[Universitas Yale]], [[Amerika Serikat]]. Buah pemikiran Ong diabadikan dalam wujud pusat pelajaran sejarah ''Ong Hok Ham Institute'' di [[Jakarta Timur]].<ref name="liputan6-146829">{{cite web|last=Samartha|first=Donvito|authorlink=|year=2007|title=Obituari: Ong Hok Ham Wafat|url=http://www.liputan6.com/sosbud/?id=146829|work=Liputan6|publisher=[[SCTV]]|format=|archive-url=https://web.archive.org/web/20070927193151/http://www.liputan6.com/sosbud/?id=146829|archive-date=27 September 2007|dead-url=yes|accessdate=31 Agustus|coauthors=|accessyear=2007}}</ref> Ia pensiun dari [[Universitas Indonesia]] pada tahun [[1989]].
Ong Hok Ham meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 2007 karena [[Strok|stroke]].<ref name=liputan6-146829 /> Sebelumnya ia juga pernah terkena serangan stroke pada tahun 2001. Namun hal ini tidak mengganggu semangatnya untuk menulis, meskipun hanya dengan tangan kanannya.<ref>
Ia juga dikenal sebagai penggemar makanan enak, peminum minuman beralkohol, koki/tukang masak, [[kolumnis]], intelektual publik, penggila pesta, peduli pada komunitas homoseksual, dst.<ref>SP Wardhana, Veven, "Onze Ong, Bukan Onzin Ong", ''Koran KOMPAS, Minggu, 13 Januari 2008, hal. 11.''</ref>
|