Pati Unus: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Verosaurus (bicara | kontrib) |
Verosaurus (bicara | kontrib) →Menantu: Penambahan templat |
||
Baris 66:
|pages= }} </ref>
==
{{Unreferenced section|date=Maret 2022}}Menurut sebuah riwayat, ia adalah anak Raden Patah. Nama aslinya adalah '''Raden Abdul Qadir putra Raden Muhammad Yunus''' dari [[Jepara]]. Raden Muhammad Yunus adalah putra seorang Muballigh pendatang dari [[Parsi]] yang dikenal dengan sebutan [[Syekh Khaliqul Idrus]]. [[Muballigh]] dan [[Musafir]] besar ini datang dari Parsi ke tanah Jawa mendarat dan menetap di Jepara di awal 1400-an masehi. Silsilah Syekh ini yang bernama lengkap Abdul Khaliq Al Idrus bin Syekh Muhammad Al Alsiy (wafat di Parsi) bin Syekh Abdul Muhyi Al Khayri (wafat di Palestina) bin Syekh Muhammad Akbar Al-Ansari (wafat di Madina) bin Syekh Abdul Wahhab (wafat di Mekkah) bin Syekh Yusuf Al Mukhrowi (wafat di Parsi) merupakan keturunan cucu [[Nabi Muhammad]] generasi ke 19, ia memiliki ibu Syarifah Ummu Banin Al-Hasani (keturunan Imam Hasan bin Fathimah binti Nabi Muhammad) dari Parsi (dari Catatan Sayyid Bahruddin Ba'alawi tentang
Setelah menetap di Jepara, Syekh Khaliqul Idrus menikah dengan putri seorang Muballigh asal [[Gujarat]] yang lebih dulu datang ke tanah Jawa yaitu dari keturunan [[Syekh Mawlana Akbar]], seorang [[Ulama]], Muballigh dan Musafir besar asal Gujarat, India yang mempelopori dakwah di[[Asia Tenggara]]. Seorang putranya adalah [[Syekh Ibrahim Akbar]] yang menjadi Pelopor dakwah di tanah [[Campa]] (di delta [[Sungai Mekong]], [[Kamboja]]) yang sekarang masih ada perkampungan [[Muslim]]. Seorang putranya dikirim ke tanah Jawa untuk berdakwah yang dipanggil dengan Raden Rahmat atau terkenal sebagai [[Sunan Ampel]]. Seorang adik perempuannya dari lain Ibu (asal Campa) ikut dibawa ke Pulau Jawa untuk ditawarkan kepada Raja [[Brawijaya]] sebagai istri untuk langkah awal meng-[[Islam]]-kan tanah Jawa.
Baris 76:
=== Kiprah ===
{{Unreferenced section|date=Maret 2022}}Setelah Raden Abdul Qadir beranjak dewasa di awal 1500-an ia diambil mantu oleh Raden Patah yang telah menjadi Sultan Demak I. Dari Pernikahan dengan putri Raden Patah, Abdul Qadir resmi diangkat menjadi Adipati wilayah Jepara (tempat kelahirannya sendiri). Karena ayahnya (Raden Yunus) lebih dulu dikenal masyarakat, maka Raden Abdul Qadir lebih lebih sering dipanggil sebagai Adipati bin Yunus (atau putra Yunus). Kemudian hari banyak orang memanggilnya dengan yang lebih mudah Pati Unus.
Dari pernikahan ini ia diketahui memiliki 2 putra. Ke 2 putranya yang merupakan cucu-cucu Raden Patah ini kelak dibawa serta dalam expedisi besar yang fatal yang segera mengubah nasib [[Kerajaan Demak]].
Baris 92:
== Ekspedisi Jihad II ==
{{Unreferenced section|date=Maret 2022}}Memasuki tahun 1521, ke 375 kapal telah selesai dibangun, maka walaupun baru menjabat Sultan selama 3 tahun, Pati Unus memutuskan untuk mengikuti ekspedisi secara langsung, ikut pula 2 putranya dari pernikahan dengan putri Raden Patah dan seorang putra lagi dari seorang seorang isteri, anak kepada Syeikh Al Sultan Saiyid Ismail, dari Pulau Besar.
Armada perang siap berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Armada perang yang sangat besar untuk ukuran dulu bahkan sekarang. Dipimpin langsung oleh Pati Unus bergelar Senapati Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak II. Dari sini sejarah keluarganya akan berubah, sejarah kesultanan Demak akan berubah dan sejarah tanah Jawa akan berubah.
Baris 100:
Kapal yang ditumpangi Pati Unus terkena peluru meriam ketika akan menurunkan perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur akibat serangan tersebut.
Armada Islam gabungan tanah Jawa yang juga menderita banyak korban kemudian memutuskan mundur di bawah pimpinan Raden Hidayat, orang kedua dalam komando setelah Pati Unus gugur. Satu riwayat yang belum jelas siapa Raden Hidayat ini, kemungkinan ke-2 yang lebih kuat komando setelah Pati Unus gugur diambil alih oleh
Kegagalan expedisi jihad yang ke II ke Malaka ini sebagian disebabkan oleh faktor - faktor internal, terutama masalah
Putra pertama dan ketiga Pati Unus ikut gugur, sedangkan putra kedua,
Sedangkan Pati Unus, Sultan Demak II yang gugur kemudian disebut masyarakat dengan gelar '''Pangeran Sabrang Lor''' atau Pangeran (yang gugur) di seberang utara. Pimpinan Armada Gabungan Kesultanan Banten, Demak dan Cirebon segera diambil alih oleh Fadhlullah Khan yang oleh Portugis disebut Falthehan, dan belakangan disebut [[Fatahillah]] setelah mengusir Portugis dari Sunda Kelapa 1527. Di ambil alih oleh Fadhlullah Khan adalah atas inisiatif Sunan Gunung Jati yang sekaligus menjadi mertua karena putrinya yang menjadi janda Sabrang Lor dinikahkan dengan Fadhlullah Khan.
== Keturunan ==
{{Unreferenced section|date=Maret 2022}}Keturunan Pati Unus disintaskan oleh putranya yang kedua, Raden Abdullah. Ketika armada Demak mendaratkan pasukan Banten di teluk Banten, Raden Abdullah diajak pula untuk turun di Banten untuk tidak melanjutkan perjalanan pulang ke Demak. Para komandan dan penasehat armada yang masih saling berkerabat satu sama lain sangat khawatir kalau Raden Abdullah akan dibunuh dalam perebutan tahta mengingat sepeninggal Pati Unus, sebagian orang di Demak merasa lebih berhak untuk mewarisi Kesultanan Demak karena Pati Unus hanya menantu Raden Patah dan keturunan Pati Unus (secara patrilineal) adalah keturunan Arab seperti keluarga Kesultanan Banten dan Cirebon, sementara Raden Patah adalah keturunan Arab hanya dari pihak Ibu sedangkan secara patrilineal (garis laki-laki terus menerus dari pihak ayah, Brawijaya) adalah murni keturunan Jawa (Majapahit).
Raden Abdullah, dikenal juga dengan Pangeran Yunus, dipercaya nantinya dinikahkan dengan putri ketiga Sultan Maulana Hasanuddin dari Banten, mempererat hubungan antar kesultanan di Jawa.
|