Hepatotoksisitas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 16:
}}
Istilah '''
Hati memainkan peran utama dalam mengubah dan membersihkan zat kimia dalam tubuh, oleh karena itu rentan terhadap toksisitas dari zat tersebut. Obat-obatan tertentu, saat mencapai overdosis (misal [[parasetamol]]) dan bahkan terkadang pada dosis terapi (misal [[Halotana|halotan]]), dapat mencederai organ tersebut. Zat kimia lainnya, seperti yang dipakai di laboratorium dan industri, zat alam (seperti [[mikrosistin]]), dan [[herbalisme|bahan-bahan herbal]] (kava, comfrey) juga bisa menyebabkan hepatotoksisitas. Zat-zat kimia yang menyebabkan cedera hati disebut [[hepatotoksin]].
Lebih dari 900 obat-obatan diketahui menyebabkan cedera hati<ref name="isbn0-8385-1551-7">{{cite book |author1=Friedman, Scott E. |author2=Grendell, James H. |author3=McQuaid, Kenneth R. |title=Current diagnosis & treatment in gastroenterology |url=https://archive.org/details/isbn_9780838515518 |publisher=Lang Medical Books/McGraw-Hill |location=New York |year=2003 |pages=[https://archive.org/details/isbn_9780838515518/page/664 664]–679 |isbn=0-8385-1551-7 |oclc= |doi=}}</ref> (lihat LiverTox, pranala luar di bawah) dan ini merupakan alasan paling umum mengapa beberapa obat-obatan ditarik dari pasaran. Hepatotoksisitas dan cedera hati yang disebabkan obat-obatan juga disebabkan karena sejumlah kesalahan peracikan senyawa.<ref name="stem2012">{{cite journal |vauthors=Greenhough S, Hay DC |title=Stem Cell-Based Toxicity Screening: Recent Advances in Hepatocyte Generation |journal=Pharm Med |volume=26 |issue=2 |pages=85–89 |year=2012 |doi=10.1007/BF03256896}}</ref> Zat-zat kimia sering kali menyebabkan cedera [[subklinikal]] pada hati, yang hanya bisa terdeteksi melalui [[tes fungsi hati|tes-tes enzim hati]], seperti ALT dan AST.
Baris 27:
Reaksi obat merugikan dapat diklasifikasikan sebagai tipe A (intrinsik atau farmakologis) atau tipe B (idiosinkratik).<ref>{{Cite journal|last=Iasella|first=Carlo J.|last2=Johnson|first2=Heather J.|last3=Dunn|first3=Michael A.|date=2017-02|title=Adverse Drug Reactions|url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1089326116300642|journal=Clinics in Liver Disease|language=en|volume=21|issue=1|pages=73–87|doi=10.1016/j.cld.2016.08.005}}</ref> Reaksi obat tipe A menyumbang 80% dari semua toksisitas.<ref>{{Cite journal|last=Pirmohamed|first=M.|last2=Breckenridge|first2=A. M.|last3=Kitteringham|first3=N. R.|last4=Park|first4=B. K.|date=1998-04-25|title=Adverse drug reactions|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9554902|journal=BMJ (Clinical research ed.)|volume=316|issue=7140|pages=1295–1298|doi=10.1136/bmj.316.7140.1295|issn=0959-8138|pmc=1113033|pmid=9554902}}</ref>
Obat atau toksin yang memiliki hepatotoksisitas farmakologis (tipe A) merupakan obat yang memiliki kurva dosis-respons yang dapat diprediksi (konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan lebih banyak kerusakan hati) dan mekanisme toksisitas yang
Cedera idiosinkratik (tipe B) terjadi tanpa peringatan,
=== Parasetamol ===
[[Parasetamol]] juga dikenal sebagai asetaminofen, dan dengan nama merek Panadol, biasanya ditoleransi dengan baik dalam dosis yang ditentukan, tetapi overdosis merupakan penyebab paling umum dari penyakit hati yang diinduksi obat (DILI) dan [[gagal hati akut]] di seluruh dunia.<ref name="isbn0-443-06633-7">{{Cite book|last=Keeffe, Emmet B|last2=Friedman, Lawrence M.|year=2004|url=https://archive.org/details/handbookliverdis00mdla_151|title=Handbook of liver diseases|location=Edinburgh|publisher=Churchill Livingstone|isbn=978-0-443-06633-7|pages=[https://archive.org/details/handbookliverdis00mdla_151/page/n110 104]–123|url-access=limited}}</ref> Kerusakan hati disebabkan bukan dari senyawa utuh, tetapi dari metabolit toksiknya yaitu ''N''-asetil-''p''-benzoquinon imin (NAPQI) yang dihasilkan setelah metabolisme parasetamol dengan melibatkan enzim sitokrom P-450 di hati.<ref name="pmid15345657">{{Cite journal|last=Wallace JL|year=2004|title=Acetaminophen hepatotoxicity: NO to the rescue|journal=Br. J. Pharmacol.|volume=143|issue=1|pages=1–2|doi=10.1038/sj.bjp.0705781|pmc=1575258|pmid=15345657}}</ref> Dalam keadaan normal, metabolit ini didetoksifikasi dengan cara berkonjugasi dengan [[glutation]] pada reaksi fase 2. Saat overdosis, sejumlah besar NAPQI dihasilkan membanjiri proses detoksifikasi dan menyebabkan kerusakan sel hati. [[Nitrogen monoksida|Oksida nitrat]] juga berperan dalam menginduksi toksisitas.<ref>{{Cite journal|year=2003|title=Acetaminophen-induced hepatotoxicity|url=https://semanticscholar.org/paper/924502198512317e2868cccbba325af36aacc18f|journal=Drug Metab. Dispos.|volume=31|issue=12|pages=1499–506|doi=10.1124/dmd.31.12.1499|pmid=14625346|vauthors=James LP, Mayeux PR, Hinson JA}}</ref> Risiko cedera hati dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk dosis yang tertelan, konsumsi alkohol atau obat lain secara bersamaan, interval antara konsumsi dan antidot. Dosis toksik pada hati cukup bervariasi antar-orang dan sering dianggap lebih rendah pada pecandu alkohol kronis.<ref name="pmid12006215">{{Cite journal|year=2002|title=Alcohol exposure and paracetamol-induced hepatotoxicity|journal=Addict Biol|volume=7|issue=2|pages=191–206|doi=10.1080/13556210220120424|pmid=12006215|vauthors=Riordan SM, Williams R}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Prescott|first=Laurie F.|year=2000|title=Paracetamol, alcohol and the liver|journal=British Journal of Clinical Pharmacology|volume=49|issue=4|pages=291–301|doi=10.1046/j.1365-2125.2000.00167.x|pmc=2014937|pmid=10759684}}</ref> Pengukuran kadar obat dalam darah sangat penting dalam menilai prognosis, kadar yang lebih tinggi memprediksi prognosis yang lebih buruk. Pemberian [[asetilsistein]], suatu prekursor glutation, dapat membatasi keparahan kerusakan hati dengan menetralkan NAPQI. Orang-orang yang mengalami [[gagal hati akut]] masih dapat pulih secara spontan, tetapi mungkin memerlukan transplantasi jika tanda-tanda [[prognosis]] yang buruk misal jika terdapat [[ensefalopati]] atau [[koagulopati]] (lihat [[Kriteria King's College]]).<ref name="KCC">{{Cite journal|year=1989|title=Early indicators of prognosis in fulminant hepatic failure.|journal=Gastroenterology|volume=97|issue=2|pages=439–45|doi=10.1016/0016-5085(89)90081-4|pmid=2490426|vauthors=O'Grady J, Alexander G, Hayllar K, Williams R}}</ref>
==Mekanisme==
Baris 43 ⟶ 42:
Diagnosis cedera hati tetap menjadi tantangan dalam praktik klinis karena kurangnya penanda yang dapat diandalkan.<ref>{{Cite journal|last=Andrade|first=Raúl-J.|last2=Robles|first2=Mercedes|last3=Fernández-Castañer|first3=Alejandra|last4=López-Ortega|first4=Susana|last5=López-Vega|first5=M.-Carmen|last6=Lucena|first6=M.-Isabel|date=2007-01-21|title=Assessment of drug-induced hepatotoxicity in clinical practice: a challenge for gastroenterologists|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17230599|journal=World Journal of Gastroenterology|volume=13|issue=3|pages=329–340|doi=10.3748/wjg.v13.i3.329|issn=1007-9327|pmc=4065885|pmid=17230599}}</ref> Banyak penyakit lain yang mengarah pada gambaran klinis dan patologis yang serupa. Untuk mendiagnosis hepatotoksisitas, hubungan sebab akibat antara penggunaan toksin atau obat dan kerusakan hati berikutnya harus ditetapkan, tetapi mungkin sulit, terutama bila dicurigai reaksi idiosinkratik.<ref>{{Cite journal|last=Arundel|first=Cherinne|last2=Lewis|first2=James H.|date=2007-05|title=Drug-induced liver disease in 2006|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17414839|journal=Current Opinion in Gastroenterology|volume=23|issue=3|pages=244–254|doi=10.1097/MOG.0b013e3280b17dfb|issn=0267-1379|pmid=17414839}}</ref> Penggunaan beberapa obat secara bersamaan dapat menambah kompleksitas. Seperti pada toksisitas parasetamol, hepatotoksisitas farmakologis sudah diketahui dengan baik, karena ini tergantung dosis dan lebih mudah dikenali. Beberapa skala klinis seperti skala CIOMS/RUCAM dan kriteria Maria dan Victorino telah diajukan untuk menetapkan hubungan sebab akibat antara obat penyebab dan kerusakan hati. Skala CIOMS/RUCAM melibatkan sistem penilaian yang mengkategorikan kecurigaan menjadi "pasti atau sangat mungkin" (skor > 8), "mungkin" (skor 6-8), "mungkin" (skor 3-5), "tidak mungkin" (skor 1-2) dan "dikecualikan" (skor 0). Dalam praktik klinis, dokter lebih menekankan pada ada atau tidak adanya kesamaan antara profil biokimia pasien dan profil biokimiawi yang diketahui dari toksisitas yang dicurigai (misalnya, kerusakan kolestatik pada asam amoksisilin-klauvonat).<ref>{{Cite journal|last=Andrade|first=Raúl-J.|last2=Robles|first2=Mercedes|last3=Fernández-Castañer|first3=Alejandra|last4=López-Ortega|first4=Susana|last5=López-Vega|first5=M.-Carmen|last6=Lucena|first6=M.-Isabel|date=2007-01-21|title=Assessment of drug-induced hepatotoxicity in clinical practice: a challenge for gastroenterologists|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17230599|journal=World Journal of Gastroenterology|volume=13|issue=3|pages=329–340|doi=10.3748/wjg.v13.i3.329|issn=1007-9327|pmc=4065885|pmid=17230599}}</ref>
==
Dalam kebanyakan kasus, fungsi hati akan kembali normal jika obat penyebab dihentikan lebih awal. Selain itu, pasien mungkin memerlukan perawatan suportif. Dalam toksisitas parasetamol, bagaimanapun, paparan overdosis awal bisa berakibat fatal. Gagal hati fulminan dari hepatotoksisitas yang diinduksi obat mungkin memerlukan transplantasi hati. Di masa lalu, glukokortikoid pada gejala alergi dan asam ursodeoksikolat pada kasus kolestatik telah digunakan, tetapi tidak ada bukti yang baik untuk mendukung keefektifannya.
|