Empati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Charinna20 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Charinna20 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
 
== Aspek empati ==
Terdapat dua aspek dari empati, yaitu kognitif dan afektif.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Fatimah|first=Siti|last2=Zahrotul Uyun|first2=M. SiZahrotul|date=2015|title=Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta|url=http://eprints.ums.ac.id/37798/|journal=|language=en|publisher=Universitas Muhammadiyah Surakarta}}</ref> Aspek kognitif terdiri dari komponen ''perspective taking'' dan ''fantasy. Perspective taking'' mengukur kecenderung individu untuk memandang peristiwa dari perspektif orang lain. Sedangkan komponen ''fantasy'' adalah perubahan pola diri individu yang diaktualisasikan pada pemikiran, perasaan, serta perilaku dari karakter khayalan di film, buku, maupun permainan. Komponen ini mengukur bagaimana individu dapat menempatkan diri dan ikut hanyut dalam perasaan dan perilaku dari orang lain.
 
Kemudian pada aspek afektif terdiri dari komponen ''emphatic concern'' dan ''personal distress. emphaticEmphatic concern'' merupakan perasaan simpati pada orang lain dan berkaitan dengan kepekaan serta kepedulian pada orang lain. Lalu ''personal distress'' melihat bagaimana individu dapat mengendalikan reaksi diri pada penderitaan orang lain, seperti cemas, khawatir, terkejut, takut, serta tidak berdaya.<ref name=":3" />
 
== Faktor yang memengaruhi empati ==
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya empati yang dimiliki individu. Faktor yang pertama adalah pengembangan kemampuan untuk memahami dan mengekpresikan perasaan individu yang diasah sejak dari kecil.<ref>{{Cite journal|last=Sari|first=Anggit Nurmalita|last2=Fauziah|first2=Nailul|date=2017-02-01|title=HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA SUAMI YANG MEMILIKI ISTRI BEKERJA|url=https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/15432|journal=Jurnal EMPATI|language=en-US|volume=5|issue=4|pages=667–672|issn=2337-375x}}</ref> Individu yang di masa perkembangannya dilatih untuk selalu menyembunyikan kesedihannya dapat menyebabkan potensi rasa empati yang dimiliki menurun. Hal ini biasasanya sering terjadi pada laki-laki yang dituntut untuk bersikap maskulin.
 
Kemudian faktor yang paling penting adalah pengaruh dari keluarga, khususnya orang tua.<ref>Nurfazrina, S. A., Muslihin, H. Y., & Sumardi, S. (2020). [https://ejournal.upi.edu/index.php/agapedia/article/viewFile/30447/13513 Analisis Kemampuan Empati Anak Usia 5-6 Tahun (Literature Review)]. ''Jurnal PAUD Agapedia'', ''4''(2), 285-299.</ref> Orang tua yang sering menunjukkan rasa empati dalam kehidupan sehari-hari akan dicontoh oleh anak, sehingga anak akan menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain. Faktor lainnya adalah kecanduan gadget yang dapat menyebabkan individu memiliki rasa empati rendah.<ref>{{Cite journal|last=Adi PrasetyoMuhammad|first=Rahmad|last2=Drs. Muhammad AMirAmir|first2=MSiAdi PsiPrasetyo|date=2017-11-08|title=Hubungan Antara Kecanduan Gadget (Smartphone) Dengan Empati Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta|url=http://eprints.ums.ac.id/57360/|language=en|publisher=Universitas Muhammadiyah Surakarta}}</ref> Kecanduan tersebut dapat menyebabkan individu menjadi jarang untuk berinteraksi dengan orang lain. Padahal interaksi sosial dapat melatih rasa empati yang dimiliki individu.
 
Faktor lainnya yang dapat memengaruhi empati adalah kognitif. Individu yang memiliki kecerdasan verbal yang tinggi akan mudah berempati secara akurat.<ref>{{Cite journal|last=Ni'mah|first=Roudlotun|date=2017|title=HUBUNGAN EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK|url=https://ejournal.sunan-giri.ac.id/index.php/at-tuhfah/article/view/85|journal=AT-TUHFAH: JURNAL STUDI KEISLAMAN|language=en|volume=6|issue=1|pages=99–115|doi=10.36840/jurnalstudikeislaman.v6i1.85|issn=2614-493X}}</ref> Lalu faktor komunikasi yang tidak berjalan dengan baik juga akan menghambat proses empati karena terjadi ketidakpahaman.<ref>{{Cite journal|last=Anissa WardhaniHapsari|first=HapsariAnissa Wardhani|last2=Wisnu Sri Hertinjung S. Psi.|first2=M.Wisnu PsiSri|date=2018-02-10|title=Empati Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua dan Jenis Kelamin|url=http://eprints.ums.ac.id/60187/|journal=|language=en|publisher=Universitas Muhammadiyah Surakarta}}</ref>
 
== Cara mengembangkan empati ==