Kerajaan Indo-Yunani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 285:
[[File:Yavana warrior (proper left side), Udayagiri and Khandagiri Caves.jpg|thumb|Arca yang diduga kuat menggambarkan prajurit Yawana ber[[sepatu bot|sepatu lars]] dan berbaju [[khiton]], dari situs Rani Gumpa (Gua Rani) di [[Gua-gua Udayagiri dan Kandagiri|perguaan Udayagiri]], pesisir timur India, tempat ditemukannya [[prasasti Hatigumpa]], abad ke-2 atau abad pertama SM<ref>"Perawakan kekar dan penempatannya pada pintu gua (Rani Gumpa) mengisyaratkan bahwa arca laki-laki tersebut adalah sosok pengawal atau [[dwarapala]]. Sikapnya yang agresif dan pakaiannya yang berciri Barat (jubah pendek dan sepatu lars) merupakan indikasi bahwa mungkin sekali arca ini menggambarkan seorang prajurit Yawana, bangsa asing dari Dunia Yunani-Romawi." dalam ''Early Sculptural Art in the Indian Coastlands: A Study in Cultural Transmission and Syncretism (300 BCE-CE 500),'' Sunil Gupta, D K Printworld (P) Limited, 2008, hlm. 85</ref>]] Pustaka ''[[Yugapurana]]'' menjabarkan peristiwa-peristiwa dalam bentuk ramalan, yang mungkin saja merupakan peristiwa-peristiwa bersejarah,<ref>"Namun cerita sebenarnya tentang invasi Yunani-India hanya menjadi jelas pada analisis materi yang terkandung di dalam bagian historis dari Gargisanghita, yakni Yugapurana" Narain, hlm. 110, ''The Indo-Greeks''. Juga "Teks Yugapurana, sebagaimana yang sudah kami tunjukkan, memberikan petunjuk eksplisit mengenai kurun waktu dan hakikat invasi Pataliputra yang di dalamnya bangsa Yunani-India turut mengambil bagian, karena teks tersebut mengatakan bahwa orang Pancala dan orang Mandura adalah kekuatan-kekuatan lain yang menyerang Saketa dan menghancurkan Pataliputra", Narain, hlm. 112</ref><ref>"Bagi sarjana mana pun yang menekuni kajian kehadiran bangsa Yunani-India atau bangsa Skit-India sebelum tarikh Masehi, ''Yugapurana'' merupakan sumber materi yang penting" Dilip Coomer Ghose, Sekretaris Jenderal, [[Perhimpunan Asiawi]], [[Kolkata]], 2002</ref><ref>"..menambah bobot kemungkinan bahwa keterangan tentang penyerbuan orang Yawan ke Saketa dan Pataliputra-dalam persekutuan dengan orang Pancala dan orang Mandura—memang bersifat historis" Mitchener, ''The Yuga Purana'', hlm. 65.</ref> meriwayatkan penyerbuan bangsa Yunani-India atas ibu kota Pataliputra,<ref>"Pergerakan orang Yunani ke Pataliputra dicatat pihak India di dalam Yuga-purana", Tarn, hlm. 145</ref> sebuah kota berbenteng megah dengan 570 menara dan 64 pintu gerbang menurut [[Megastenes]],<ref>"Kota terbesar di India adalah kota yang dinamakan Palimbotra, di wilayah kedaulatan bangsa Prasia [[...]] Megastenes memberi tahun kita bahwa kota ini membentang dari kawasan-kawasan permukiman berpenghuni sampai sejauh delapan puluh stadia ke masing-masing sisinya, dan lebarnya lima belas stadia, dan seluruhnya dikelilingi sebuah parit selebar enam ratus kaki dengan kedalaman tiga puluh hasta, dan temboknya bermahkotakan 570 menara dan memiliki enam puluh tambah empat pintu gerbang." Arr. Ind. 10. "Of Pataliputra and the Manners of the Indians.", mengutip Megastenes [http://www.mssu.edu/projectsouthasia/history/primarydocs/Foreign_Views/GreekRoman/Megasthenes-Indika.htm Text] {{webarchive |url=https://web.archive.org/web/20081210080315/http://www.mssu.edu/projectsouthasia/history/primarydocs/Foreign_Views/GreekRoman/Megasthenes-Indika.htm |date=10 Desember 2008 }}</ref> dan menjabarkan kerusakan yang akhirnya menimpa tembok kota tersebut:<ref>"Teks Yugapurana, sebagaimana yang sudah kami tunjukkan, memberikan petunjuk eksplisit mengenai kurun waktu dan hakikat invasi Pataliputra yang di dalamnya bangsa Yunani-India turut mengambil bagian, karena teks tersebut mengatakan bahwa orang Pancala dan orang Mandura adalah kekuatan-kekuatan lain yang menyerang Saketa dan menghancurkan Pataliputra", Narain, hlm. 112</ref>.</ref>
{{quote|Lalu, sesudah menghampiri [[Saketa]] bersama-sama orang [[Pancala]] dan orang [[Mathura|Mandura]], orang Yawana, yang gagah berani dalam pertempuran, akan mencapai Kusumadwaja ("kota panji-panji kusuma", [[Pataliputra]]). Lalu, begitu Puspapura (nama lain Pataliputra) sudah dicapai dan tembok-tembok lumpurnya nan jaya raya dirubuhkan, seluruh negeri akan kacau balau.|''Yugapurana'', Alinea 47–48, dikutip dalam Mitchener, ''The Yuga Purana'', edisi 2002<ref name="Chakrbarti">The Sungas, Kanvas, Republican Kingdoms and Monarchies, Mahameghavahanas, [[Dilip Kumar Chakrabarti]], hlm. 6 [https://www.academia.edu/7469349/I.1._The_Sungas_Kanvas_Republican_Kingdoms_and_Monarchies_Mahameghavahanas]</ref><ref name="McEvilley 371">McEvilley, 2002, The Shape of Ancient Thought, hlm. 371</ref>}}
Menurut Yugapurana, orang Yawana mundur sesudah pecah konflik-konflik internal:
{{quote|"
According to Mitchener, the [[Hathigumpha inscription]] indicates the presence of the Indo-Greeks led by a ruler listed as "ta" from [[Mathura]] during the 1st century BCE.<ref>"The name Dimita is almost certainly an adaptation of "Demetrios", and the inscription thus indicates a Yavana presence in Magadha, probably around the middle of the 1st century BC." Mitchener, ''The Yuga Purana'', p. 65.</ref> Although, the name of the king has been omitted and undeciphered. The remaining syllables [ta] has been disputed. It has been argued by Tarn to be referencing the ruler Demetrius. However this interpretation is disputed by other historians like Narain, which point out the discrepancies in chronology and the fact Demetrius didn't ventured past Punjab.<ref>"The Hathigumpha inscription seems to have nothing to do with the history of the Indo-Greeks; certainly it has nothing to do with Demetrius I", Narain, ''The Indo-Greeks'', p. 50.</ref> Instead most historians now theorize it to be the Indo-Greek ruler Menander I, or perhaps a later Yavana king from Mathura.
|