Kecerdasan emosional: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syahramadan (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Syahramadan (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 10:
Penggunaan istilah "EQ" (''Emotional Quotient'') atau kecerdasan sosial yang dicetak secara publik baru pertama kali adalah sebuah artikel oleh Keith Beasley pada tahun 1987 di majalah British Mensa.<ref>{{cite journal|date=May 1987|title=The Emotional Quotient.|url=http://www.keithbeasley.co.uk/EQ/Original%20EQ%20article.pdf|journal=Mensa|page=25|vauthors=Beasley K}}</ref>
Meski begitu, istilah kecerdasan emosional baru dipopulerkan pada tahun 1995 oleh psikolog dan jurnalis ilmu perilaku Dr. Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul ''Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ''.<ref>{{Cite web|title=What is emotional intelligence (EI)? - Definition from WhatIs.com|url=https://www.techtarget.com/searchcio/definition/emotional-intelligence|website=SearchCIO|language=en|access-date=2022-03-18}}</ref> Buku tersebut kemudian mendapatkan popularitas yang kemudian berakibat pada kepopuleran Daniel Goleman itu sendiri.<ref>{{Cite web|date=2012-11-04|title=Daniel Goleman on Leadership and The Power of Emotional Intelligence - Forbes|url=https://web.archive.org/web/20121104185806/http://www.forbes.com/sites/danschawbel/2011/09/15/daniel-goleman-on-leadership-and-the-power-of-emotional-intelligence/|website=web.archive.org|access-date=2022-03-18}}</ref>
Akhir tahun 1998, artikel Goleman di Harvard Business Review berjudul "What Makes a Leader?"<ref>{{Cite journal|last=Goleman|first=Daniel|date=1998|title=What Makes a Leader?|url=http://fs.ncaa.org/Docs/DIII/What%20Makes%20a%20Leader.pdf|journal=Harvard Business Review|pages=82-91}}</ref> menarik perhatian manajemen senior di Perusahaan Konsumen Johnson & Johnson (JJCC). Artikel tersebut berbicara tentang pentingnya Kecerdasan Emosional (EI atau ''Emotional Intelligence'') untuk kesuksesan dalam hal kepemimpinan. Daniel mengutip beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa EI sering menjadi faktor pembeda antara pemimpin hebat dan pemimpin yang cenderung biasa saja. JJCC mendanai sebuah penelitian yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara pemimpin berkinerja unggul dengan kompetensi emosional. Hal ini mendukung pendapat dari sebuah teori bahwa dalam kompetensi sosial, kemampuan emosional dan relasional yang biasa disebut sebagai Kecerdasan Emosional, merupakan faktor pembeda dalam kinerja kepemimpinan.<ref>{{Cite web|title=Emotional Competence and Leadership Excellence at Johnson & Johnson: The Emotional Intelligence and Leadership Study|url=https://www.eiconsortium.org/reports/jj_ei_study.html|website=www.eiconsortium.org|access-date=2022-03-18}}</ref>
Tes pengukuran EI masih belum dapat menggantikan tes IQ sebagai standar metrik dari kecerdasan yang lebih umum di masyarakat<ref>{{Cite web|date=2018-11-14|title=What is Emotional Intelligence? +23 Ways To Improve It|url=https://positivepsychology.com/emotional-intelligence-eq/|website=PositivePsychology.com|language=en-US|access-date=2022-03-18}}</ref> dan Kecerdasan Emosional juga mendapatkan kritik mengenai peranan kecerdasan tersebut dalam kepemimpinan dan kesuksesan bisnis.<ref>{{Cite web|date=2012-11-28|title=Why emotional intelligence is just a fad - CBS News|url=https://web.archive.org/web/20121128120307/http://www.cbsnews.com/8301-505125_162-57376240/why-emotional-intelligence-is-just-a-fad/|website=web.archive.org|access-date=2022-03-18}}</ref>
== Kelompok Emosi ==
|