Bangsa Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
Baris 22:
Pada tahun 1998, [[B. J. Habibie|B.J. Habibie]] mengeluarkan [[s:Instruksi_Presiden_Republik_Indonesia_Nomor_26_Tahun_1998|Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998]] yang menghapus penggunaan istilah pribumi dan non-pribumi dalam segala jenjang peraturan pemerintahan di Indonesia.<ref>{{Cite web|title=Ulasan lengkap : Dasar Hukum yang Melarang Penggunaan Istilah “Pribumi”|url=https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59e581d832a82/dasar-hukum-yang-melarang-penggunaan-istilah-pribumi/|website=hukumonline.com/klinik|language=Indonesia|access-date=2020-12-23}}</ref> Istilah pribumi dan non-pribumi sesungguhnya tidak disebutkan dalam [[Garis-garis Besar Haluan Negara|GBHN]] dan istilah yang lebih sering digunakan adalah "orang Indonesia asli." Istilah ini pun tidak dijabarkan secara terperinci tentang maksud dari ''asli'' dalam istilah tersebut.<ref>{{Cite book|date=1997|url=https://books.google.co.id/books?id=kc4qAAAAMAAJ&pg=RA2-PA34&dq=istilah+pribumi&hl=su&sa=X&ved=2ahUKEwiN1qDb1ePtAhXYgtgFHfL2Cj0Q6AEwAXoECAAQAg#v=onepage&q=istilah%20pribumi&f=false|title=Parlementaria: Majalah bulanan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|publisher=Bagian Hubungan Masyarakat DPR-RI,.|language=id}}</ref> Upaya pembersihan [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|konstitusi negara]] dari istilah-istilah [[Rasisme|rasis]] digalakkan pada permulaan tahun 2000-an. Pada amandemen kedua UUD 1945 tahun 2000, kata "orang Indonesia asli" dihapuskan dari Pasal 26 dalam Bab X tentang Warga Negara dan Penduduk.<ref>{{Cite web|title=Isi Perubahan Kedua & Sejarah Amandemen UUD 1945 Tahun 2000|url=https://tirto.id/isi-perubahan-kedua-sejarah-amandemen-uud-1945-tahun-2000-ejFV|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-12-23}}</ref> Sementara itu, pada amandemen ketiga UUD 1945 tahun 2001, kata "orang Indonesia asli" dihapuskan dari Pasal 6 tentang presiden dan wakil presiden Indonesia.<ref>{{Cite web|title=Amandemen UUD 1945: Sejarah & Isi Perubahan Ketiga Tahun 2001|url=https://tirto.id/amandemen-uud-1945-sejarah-isi-perubahan-ketiga-tahun-2001-ejHB|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-12-23}}</ref> UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan juga tidak lagi menyebut kriteria [[Ras manusia|ras]] dan [[Kelompok etnik|etnik]]. Hal ini menegaskan bahwa semua [[Warga Negara Indonesia|WNI]] di Indonesia memiliki kesempatan dan kedudukan yang sama tanpa membedakan dari ras atau suku mana mereka berasal.<ref>{{Cite web|last=antaranews.com|title=Keturunan Tionghoa jadi Presiden RI?|url=https://www.antaranews.com/berita/560440/keturunan-tionghoa-jadi-presiden-ri|website=Antara News|language=id-ID|access-date=2020-12-23}}</ref><ref>{{Cite book|last=Adam|first=Asvi Warman|last2=Kusumaningtyas|first2=Atika Nur|last3=Ekawati|first3=Esty|last4=Gayatri|first4=Irine Hiraswari|last5=Sinaga|first5=Lidya Cristin|last6=Rozi|first6=Syafuan|date=2019-08-01|url=https://books.google.co.id/books?id=ldCnDwAAQBAJ&pg=PA72&dq=Lembaga+Pembinaan+Kesatuan+Bangsa&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwij9pj5tvjtAhUXH7cAHQRkD4oQ6AEwA3oECAYQAg#v=onepage&q=Lembaga%20Pembinaan%20Kesatuan%20Bangsa&f=false|title=Tionghoa dan Ke-Indonesia-an: Komunitas Tionghoa di Semarang dan Medan|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-602-433-756-8|language=id}}</ref>
== Lihat
* [[Pribumi-Nusantara|Pribumi]]
|