Masakan Rejang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) k Suntingan RaFaDa20631 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 2404:C0:5A10:0:0:0:21D:7409 Tag: Pengembalian |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 7:
Rasa ''mêsin'' didapat dari penambahan ''silai'' (garam) ke dalam makanan tertentu. Rasa ''pi’iak'' dijumpai pada makanan fermentasi yang secara kolektif dikenal sebagai ''asêm'' atau ''pajuak asêm''.<ref>Dewi, Kurnia Herlina, dkk. 2012. Perubahan Produk “Sambel Lemea” Makanan Tradisional Suku Rejang Pada Berbagai Suhu Penyimpanan, Jurnal Agroindustri Vol 2 No 1. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu</ref> Masakan Rejang mengenal teknik fermentasi sebagai cara memanfaatkan kelebihan bahan, bahan yang sudah mulai rusak, maupun untuk penyimpanan yang lebih awet. Fermentasi yang paling terkenal adalah [[Lema (makanan)|lema]] yang terbuat dari rebung bambu dan rotan.<ref>{{cite web|url=https://bengkuluprov.go.id/lemah-masakan-asli-tanah-rejang/|title=Lema: Masakan Asli Tanah Rejang|accessdate=2018-11-22|archive-date=2017-12-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20171221080153/http://bengkuluprov.go.id/lemah-masakan-asli-tanah-rejang/|dead-url=yes}}</ref> Ada pula [[Tempoyak|têpuyok]] yang terbuat dari daging buah durian. Selain berasa ''pi’iak'', keduanya dimasak bersama sambal (cabai giling) yang menghasilkan kondimen (saus) yang pedas asam. Ada pula rasa ''baik'' umumnya dialamatkan pada rasa gurih yang dihasilkan dari kaldu (hasil rebusan) daging, ayam, atau ikan yang sebelumnya sudah diberi rempah-rempah.
== Jenis ==
|