Kradenan, Purwoharjo, Banyuwangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wadya Bala (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Wadya Bala (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Baris 40:
Desa Keradenan adalah pengembangan dari Kemantren Benculuk yang dipimpin oleh Raden Purawijaya, dan setelah Raden Purawijaya meninggal, kepemimpinan disana diteruskan oleh puteranya Ki Jalasutra.
 
= Raden Purawijaya/Mbah Priangan =
= RADEN PURAWIJAYA =
 
DanKetika sejakPangeran itulahAgung Wilis diturunkan dari jabatan Patih, pemerintahan Prabu Jingga Danuningrat menghadapi ketidakpercayaan dari rakyatnya sendiri karena Sang Raja mulai bekerjasama dengan VOC.
 
Setelah tersingkir, Pangeran [[Wong Agung Wilis]] menyepi di Pasisir Manis ([[Lampon]]) yang terletak di pantai selatan dan mendirikan desa Prawingan sebagai Pesanggrahan nya. Keluarga raja dan rakyat mulai mendukung Patih Agung Wilis dan berbondong-bondong untuk bersatu dengan pemimpin yang sangat mereka cintai di tempat menyepi tersebut.
 
Dalam Babad Wilis dan Babad Tawangalun kita ketahui bahwa setelah melihat kekuatan Agung Wilis semakin besar, pendukungnya disingkirkan satu-persatu. Dan yang pertama disingkirkan adalah Ranggasatata, keponakan raja [[Mengwi]] I Gusti Made Munggu. Setelah itu pasukan Mas Bagus Tepasana dikerahkan untuk menggempur desa Pesanggrahan ([[Pesanggaran]]) dengan bantuan senjata dari VOC.
 
Dalam Suluk Balumbung, Pasukan Agung Wilis yang dipimpin oleh Raden Purawijaya (kakak ipar Agung Wilis) bersama; Ki Singagarit dan Ki Balengker, dan ditambah 800 orang prajurit perang tandang (gerak cepat) dari Mengwi yang dipimpin Ki Perangalas dan Wayahan Kotang.
 
Pasukan Agung Wilis mendapat kabar bahwa desa Bakeradanan telah dibakar oleh pasukan Mas Bagus Tepasana dan VOC, karena itu mereka segera menghadapi musuh. Baru saja pasukan Raden Purawijaya bersama Ki Singagarit dan Ki Balengker menyeberangi Kali Setail, pasukan ini bertemu dengan pasukan musuh.
 
Disanalah kemudian terjadi peperangan besar dan pasukan Agung Wilis berhasil memenangkannya. Namun kemenangan tersebut harus dibayar mahal dengan gugurnya Raden Purawijaya. Jenazahnya dikebumikan di Dukuh Bakeradanantempat tersebut. Benarlah makna Purawijaya adalah Kota Kemenangan, menang walau harus dengan pengorbanan nyawa pemilik nama itu sendiri.
 
Selanjutnya, pasukan bergerak ke Kutharaja Balambangan Hamuncar (di [[Muncar]]), Prabu Danuningrat, Mas Anom Sutajiwa, dan keluarga mereka berhasil kabur ke [[Besuki]]. Setelah pasukan Agung Wilis menduduki Kutharaja Balambangan, dia mengangkat para pejabat baru. Diantaranya adalah Ki Jalasutra, putera Raden Bagus Purawijaya, sebagai Bekel atau kepala desa BakeradananKeradenan.
 
Sejak itu Mas Jalasutra dan keluarganya menetap disana untuk menjaga makam/persemayaman (Para-hyang-an) sang ayah. Dukuh BakeradananKeradenan kemudian berkembang menjadi Desa Ke-Raden-an, sebagai pengingat dimana Raden Purawijaya dikebumikan dan tempat keluarganya menetap.
 
= Satrya Perang Bayu dari Kradenan =
*SATRYA PERANG BAYU DARI KRADENAN*
Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya, demikianlah kata pepatah yang layak dijadikan teladan ketika membaca sejarah Raden Bagus Purawijaya dan puteranya Ki Jalasutra. Jika sang ayah gugur dalam membela negara di pihak Agung Wilis, maka sang anak, Ki Jalasutra juga memiliki karakter yang sama.
 
Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya, demikianlah kata pepatah yang layak dijadikan teladan ketika membaca sejarah Raden Bagus Purawijaya dan puteranya Ki Jalasutra. Jika sang ayah gugur dalam membela negara di pihak Agung Wilis, maka sang anak, Ki Jalasutra juga memiliki karakter yang sama.
Hal ini dapat dilihat dalam Perang di Bayu tahun 1771-1772, Ki Jalasutra menorehkan namanya dalam Babad Bayu untuk membela kemerdekaan Kerajaan Balambangan dari penjajahan VOC.
 
Hal ini dapat dilihat dalam Perang di Bayu tahun 1771-1772, Ki Jalasutra menorehkan namanya dalam Babad Bayu untuk membela kemerdekaan [[Kerajaan BalambanganBlambangan]] dari penjajahan VOC.
 
Dalam Perang yang dipimpin Mas Surawijaya, Sayuwiwit, dan Mas Rempeg Jagapati tersebut Ki Jalasutra terlibat penuh bersama para Bekel yang lain menggerakkan rakyat Kradenan untuk menghadapi pasukan VOC yang dipimpin oleh Residen Letnan CVD. Biesheuvel, Lettu Van Schopoff (wakil Residen), dan Komandan Mayor van Colmond.
Baris 71 ⟶ 72:
Diantara perang-perang itu, Residen Balambangan II Hendrik Schophoff (1771-1772) mengeluarkan surat-surat pengampunan bagi penduduk yang mau memihak VOC, delapan orang penduduk Bayu dipimpin oleh Bekel Korok dan Si Lakar berhianat.
 
Bagaimana nasib Ki Jala Sutra selanjutnya tidak dijelaskan, karena makamnya tidak ada di daerah kekuasaannya di KeradenanKradenan, kemungkinan besar beliau ikut gugur bersama para pemimpin perang Bayu lainnya, seperti Mas Rempeg Jagapati yang gugur pada tanggal 18 Desember 1771.
 
Perang bersejarah yang dalam buku Belanda di Bumi Blambangan disebutkan menelan kerugian setara 8 ton emas tersebut kini diabadikan sebagai Hari Lahir Kabupaten Banyuwangi.
 
______________________________
Tulisan ini pernah dibagikan saat Peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2018 di Desa Kradenan.
 
== Geografi ==