Senapati dari Mataram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Inayubhagya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox royalty
| name = Panembahan Senapati<br />{{java|ꦥꦤꦼꦩ꧀ꦧꦲꦤ꧀ꦱꦺ ꦤꦥꦠꦶ}}
| title = Panembahan Senapati ing Ngalaga
| titletext =
Baris 9:
| alt =
| caption = Sebuah lukisan menggambarkan pertemuan antara Senapati dengan [[Kanjeng Ratu Kidul]].
| succession = [[Panembahan]] [[Kesultanan Mataram|Mataram]]
| moretext = ke-1
| reign = {{nowrap|1586 ‒ 1601}}<ref name=jumeneng/>
| reign-type = Bertakhta
| predecessor =
| successor = [[Anyakrawati]]
| spouse = Waskita Jawi (permaisuri)<br/>RetnaRatna Dumilah<br/>Rara Semangkin<br/>Nyai Adisara
| native_lang1 =[[Bahasa Jawa]]
| native_lang1_name1=ꦥꦤꦼꦩ꧀ꦧꦲꦤ꧀ꦱꦺ ꦤꦥꦠꦶ
Baris 28:
| burial_date =
| burial_place = [[Pasarean Mataram]]
| regnal name = ''Sampeyan Dalem Ingkang SinuhunJumeneng Kangjeng Panembahan Senapati ing Ngalaga Sayyidin Panatagama''
| posthumous name= Panembahan Seda ing Kajenar
| signature_type =
Baris 39:
Berdasarkan serat atau naskah babad seperti [[Serat Bauwarna]], [[Serat Centhini]], [[Babad Tanah Jawi]] dan beberapa naskah lainnya disebutkan bahwa Panembahan Senapati memiliki beberapa nama kecil dan julukan diantaranya; Raden Bagus Dananjaya, Raden Ngabehi Saloring Pasar, Raden Ngabehi Salering Peken, Risang Sutawijaya, dan Danang Sutawijaya, yang lebih dikenal di kemudian hari.
 
Panembahan Senapati adalah putra sulung dari pasangan [[Ki Ageng Pamanahan]] dan Nyai Ageng Pamanahan. Ibunya adalah adik dari [[Ki Juru Martani]], yang menjadi [[patih]] pertama Mataram pada masa pemerintahannya. Sutawijaya juga pernah diambil sebagai anak angkat oleh [[Sultan HadiwijayaAdiwijaya]] dari [[Pajang]] karena pernikahan HadiwijayaAdiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Saloring Pasar.
 
Meskipun daftar raja-raja Mataram selalu menempatkan Panembahan Senapati berada dalam urutan pertama, gelar [[sultan]] baru resmi digunakan pada tahun 1641 di masa kekuasaan cucunya, [[Anyakrakusuma]]. Sutawijaya masih mempertahankan gelar lamanya, [[panembahan]], dapat disepadankan dengan adipati atau [[kepala pemerintahan]] dalam konteks ini, gelar yang dia sandang saat masih menjadi bawahan [[Kesultanan Pajang]].
Baris 47:
Menurut tradisi Jawa, [[Ki Ageng Pamanahan]], ayah Senapati, memimpin penyerangan bersama [[Ki Panjawi]] dan [[Ki Juru Martani]] dari [[Pajang]] menuju [[Demak]]. Dia membantu [[Jaka Tingkir]] dari pemberontakan [[Arya Panangsang]] atas Demak.<ref name ="Soekmono55">{{cite book | author= Soekmono | title= Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 | publisher = Kanisius}}</ref>
 
Panembahan Senapati yang juga anak angkat Sultan HadiwijayaAdiwijaya, ikut serta membantu ayahnya, Ki Ageng Pamanahan dalam sayembara melawan Arya Panangsang. Karena HadiwijayaAdiwijaya mengkhawatirkan putra angkatnya turut dalam melaksanakan tugas tersebut, ia memberikan bantuan pasukan Pajang untuk membantunya berperang. Perang antara pasukan Pajang melawan Arya Panangsang terjadi di dekat Bengawan Sore. Berkat siasat cerdik yang disusun Ki Juru Martani, Arya Panangsang berhasil tumpas di tangan Panembahan Senapati.<ref name ="Prwd">{{cite book | author= Purwadi | title= Babad Tanah Jawi: Menelusuri Jejak Konflik | publisher = Pustaka Alif|date=2001 |location=Yogyakarta}}</ref>
 
Ki Ageng Pamanahan berjanji setia kepada Sultan HadiwijayaAdiwijaya yang memberinya izin mendirikan tanah perdikan (kadipaten) di [[Alas Mentaok|Mentaok]] yang saat itu merupakan wilayah selatan Pajang.<ref name="Sedyawati 2012">{{cite book|author= H. J. De Graaf dan Pigeaud|year=2003|title=Kerajaan Islam Pertama di Jawa, terj. Pustaka Utama Grafiti dan KITLV|location=Jakarta|publisher=PT Pustaka Utama Grafiti}}</ref>
 
Pada 1584, Panembahan Senapati menjadi adipati menggantikan ayahnya yang telah mangkat. Sementara itu, di Pajang sedang terjadi perebutan kekuasaan besar-besaran yang terjadi setelah Sultan HadiwijayaAdiwijaya wafat pada tahun 1582. Pewaris HadiwijayaAdiwijaya adalah [[Prabuwijaya dari Pajang|Pangeran Benawa]], yang digulingkan takhtanya oleh [[Arya Pangiri]].<ref name="Soekmono55" /> Arya Pangiri adalah menantu Sultan HadiwijayaAdiwijaya yang menjadi adipati Demak. Ia didukung Panembahan Kudus merebut takhta Pajang pada tahun 1583 dan menyingkirkan Pangeran Benawa.
 
Sejak saat itu Mataram mulai melepaskan kekuasaannya dari Pajang. Di bawah Panembahan Senapati, Mataram mulai melancarkan kampanye militer melawan Pajang. Senapati memang ingin menjadikan Mataram sebagai kerajaan yang merdeka. Ia sibuk mengadakan persiapan, baik yang bersifat material ataupun spiritual. Senapati juga berani membelokkan para ''mantri pamajegan'' dari Kedu dan Bagelen yang hendak menyetor pajak ke Pajang. Para mantri itu bahkan berhasil dibujuknya sehingga berdatangan kepadanya dengan harapan dapat melemahkan Pajang. Selain itu, [[Pangeran Benawa]] kemudian bersekutu dengan Senapati, karena pemerintahan Arya Pangiri dinilai sangat merugikan rakyat Pajang. Perang antara Pajang melawan Mataram pun terjadi dengan akhir kekalahan Arya Pangiri.<ref name="graaf85" />
Baris 57:
Pangeran Benawa akhirnya diangkat menjadi Raja Pajang. Selama periode itu tidak ada putra mahkota Pajang yang menggantikan Pangeran Benawa, ia berwasiat agar Pajang bergabung dengan Mataram. Senapati ditunjuk untuk menggantikan posisinya. Pajang sendiri kemudian menjadi bawahan Mataram, dengan Pangeran Gagak Baning sebagai adipati yang tak lain adalah adik Senapati.<ref name="graaf85" />
 
Maka sejak tahun 1586, Senapati menjadi raja pertama Mataram bergelar [[panembahan]]. Ia tidak memakai gelar [[susuhunan]] atau [[sultan]] karena menghormati Sultan HadiwijayaAdiwijaya dan Pangeran Benawa. Pusat pemerintahannya terletak di [[Kotagede,Keraton YogyakartaKutagede|Kotagede]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]].<ref name="graaf85">{{cite book|author= De Graaf, H.J.|year=1985|title=Awal Kebangkitan Mataram Masa Pemerintahan Senapati. terj. Grafiti Press dan KITLV|location=Jakarta|publisher=PT Grafiti Perss}}</ref>
 
== Kemenangan militer ==
Kampanye militer yang dilakukan Senapati setelah mangkatnya [[Sultan HadiwijayaAdiwijaya]] adalah pendudukan daerah-daerah ''brang wetan'' yang banyak melepaskan diri dari Pajang. Persekutuan adipati brang wetan tetap dipimpin [[Surabaya]] sebagai kadipaten terkuat. Pasukan mereka berperang melawan pasukan [[Mataram]] di [[Mojokerto]] namun dapat dipisah utusan [[GiriKesunanan KedatonGiri]].
 
Selain [[Pajang]] dan [[Demak]] yang sudah dikuasai Mataram, daerah [[Pati]] juga sudah tunduk secara damai. Pati saat itu dipimpin [[Adipati Pragola]] putra Ki Panjawi. Kakak perempuannya, Waskita Jawi menjadi permaisuri Senapati, bergelar Kanjeng Ratu Mas. Hal itu membuat Pragola menaruh harapan bahwa Mataram kelak akan dipimpin keturunan kakak perempuannya.<ref name="sosro25"/>
 
Pada tahun 1590 gabungan pasukan Mataram, Pajang, Pati, dan Demak bergerak menyerang [[Madiun]]. Adipati Madiun adalah Rangga Jumena (putra bungsu [[Sultan Trenggana]]) yang telah mempersiapkan pasukan besar menghadang penyerangnya. Melalui siasat yang cerdik, Madiun berhasil ditundukkan. Rangga Jumena melarikan diri ke [[Surabaya]]. Rangga Jumena setelah mengalami kekalahan kemudian mengandalkan putrinya yang cantik, yaitu RetnaRatna Dumilah untuk membuat siasat mengalahkan Panembahan Senapati.
 
Bujuk rayu Senapati yang berwajah tampan dan tegap dapat menaklukkan hati RetnaRatna Dumilah, karena Senapati datang ke Madiun bukan untuk menaklukkan melainkan untuk mempersatukan darah Mataram dan darah Demak agar dapat menjadi kerajaan yang bersatu. RetnaRatna Dumilah sebagai seorang wanita terhormat tidak mau menyerah kepada bujuk rayu Senapati, dan perlu membuktikan bahwa Senapati unggul dalam peperangan.<ref name="purwa07">{{cite book|author=Purwadi|year=2007|title=Sejarah Raja-Raja Jawa|location=Yogyakarta|publisher=Media Ilmu}}</ref>
 
Setelah terbukti kesaktian Senapati, akhirnya RetnaRatna Dumilah menyerah dan dipersunting oleh Panembahan Senapati. Dari kisah Panembahan Senapati dan RetnaRatna Dumilah itulah oleh [[Mangkunagara IV|KGPAA Mangkunagara IV]] diciptakan sebuah tari yang bernama Tari Bedaya Bedah Madiun.
 
[[Berkas:KITLV A296 - Poort van het grafhuis van Senopati te Kotagede, Jogjakarta, KITLV 35664.tiff|jmpl|150px|Gerbang makam Panembahan Senapati di Pasarean Mataram]]
Baris 75:
Pada tahun 1595 adipati [[Pasuruan]] berniat tunduk secara damai pada Mataram namun dihalang-halangi panglimanya, yang bernama Rangga Kaniten. Rangga Kaniten dapat dikalahkan oleh Senapati dalam sebuah perang tanding. Ia kemudian ditumpas sendiri oleh adipati Pasuruan, yang kemudian menyatakan tunduk kepada Mataram.
 
Pada tahun 1600 terjadi pemberontakan Adipati Pragola dari Pati. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan RetnaRatna Dumilah putri Madiun sebagai permaisuri kedua Senapati. Perang kemudian terjadi di dekat Sungai Dengkeng di mana pasukan Mataram dipimpin langsung oleh Senapati sendiri dan berhasil meredamkan pemberontakan itu.<ref name="sosro25">{{cite book|author= Sosrosumanto, KM. & Dibyosudiro|year=1925|title=Serat Babad Pati|location=Yogyakarta|publisher=NV. Mardimulyo }}</ref>
 
Danang Sutawijaya alias Panembahan Senapati meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar, kemudian diberi gelar sebagai ''Panembahan Seda ing Kajenar'' (Panembahan yang meninggal di Kajenar).<ref name=jumeneng/> Ia kemudian dimakamkan di komplek [[Pasarean Mataram]], [[Kotagede]]. Kelak yang menjadi penerus Senapati menjadi raja adalah [[Anyakrawati|Raden Mas Jolang]], putra Senapati dengan Kanjeng Ratu Mas atau Waskita Jawi, putri dari Ki Panjawi.
 
== Referensi ==