Tionghoa Padang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 25:
=== Menjadi mitra datang Belanda ===
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Handelskade_Padang_TMnr_60038892.jpg|jmpl|270x270px|Sejak kedatangan Belanda di bawah bendera VOC, Padang makin berkembang menjadi pelabuhan yang ramai.]]
Seiring waktu, orang Tionghoa mulai memegang
Pada awal abad ke-19, orang Tionghoa di Padang telah melibatkan diri dalam perniagaan luar negeri, terutama dengan kawasan selat seperti [[Penang]], [[Malaka]], dan [[Singapura]]. Hal ini disebabkan oleh kebijakan Gubernur Pantai Barat Sumatera [[Andreas Victor Michiels]] nan mendorong orang asing untuk lebih banyak tiba ke Padang dengan tujuan meningkatkan persaingan. Berbagai kemudahan dan fasilitas diberikan kepada para pedagang Tionghoa yang dianggap mampu memajukan perekonomian.{{sfnp|Erniwati|2007|pp=46a|ps=: "''Gubernur Michiels mendorong orang asing untuk lebih banyak datang ke Padang dengan tujuan meningkatkan persaingan, sehingga Padang menjadi pelabuhan yang ramai dan dinamis. Berbagai kemudahan dan fasilitas diberikan kepada para pendatang, terutama kepada pedagang Cina yang dianggap mampu memajukan perekonomian.''"}} Salah satunya adolah pinjaman uang untuk modal dari [[Nederlandsche Handel-Maatschappij]] (NHM), yang menggantikan fungsi VOC yang bangkrut pada 1799.{{sfnp|Gusti Asnan|2003|pp=[https://books.google.co.id/books?id=ndZwAAAAMAAJ&q=%22Pedagang+Cina+juga+mendapat+banyak+kemudahan+dalam+meminjam+uang+atau+modal%22&dq=%22Pedagang+Cina+juga+mendapat+banyak+kemudahan+dalam+meminjam+uang+atau+modal%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjx6NXB5broAhXFV30KHWVsBYIQ6AEIKDAA 59]}}{{sfnp|Erniwati|2007|pp=79|ps=: "''Bahkan NHM memberikan uang muka kepada pialang Tionghoa sebagai modal untuk mengumpulkan hasil produksi dari daerah pedalaman.''"}} Dengan dukungan modal serta jaringan regional dan internasional, pedagang Tionghoa dapat menjadi agen bagi perniagaan barang-barang impor, seperti kain dan porselen.{{sfnp|Christine Dobbin|2016|pp=[https://books.google.co.id/books?id=JzR6DQAAQBAJ&pg=PT177&dq=%22singapore+and+in+particular+raw+silk%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjulOCU5rroAhWbbX0KHZlfC4gQ6AEIKDAA#v=onepage&q=%22singapore%20and%20in%20particular%20raw%20silk%22&f=false 158]|ps=: "''They imported Chinese goods such as cloth and porcelain for domestic use from Batavia, Penang and later Singapore,...''"}} Akibatnya, banyak pedagang Minangkabau bergantung ke pedagang Tionghoa .{{sfnp|Erniwati|2007|pp=67|ps=: "''Orang Cina yang waktu itu memiliki mata uang akhirnya menduduki posisi penting, bahkan mereka berhasil menjadi pialang dan mampu menggeser kelompok pialang tradisional Minangkabau hingga memasuki daerah pedalaman. Akibatnya orang Minangkabau sangat tergantung terhadap barang-barang pokok yang diperoleh melalui pedagang pengecer di pasar-pasar tradisional, sedangkan pedagang pengecer juga tergantung kepada pedagang monopoli Belanda dan Cina.''"}} Pada tahun 1829, disebutkan ada empat orang pialang Tionghoa terkenal, yaitu [[Lie Heng]] (atau Lie Gieng), [[Lie Ma-ch’ao]] (Lie Matjiaw), [[Lie Sing]], jo [[Hu A-chiao]] (Hoi Atjouw).{{sfnp|Christine Dobbin|2016|pp=[https://books.google.co.id/books?id=JzR6DQAAQBAJ&pg=PT177&dq=%22singapore+and+in+particular+raw+silk%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjulOCU5rroAhWbbX0KHZlfC4gQ6AEIKDAA#v=onepage&q=%22singapore%20and%20in%20particular%20raw%20silk%22&f=false 159]|ps=: "''The four leading Chinese brokers in Padang in 1829, just as the American coffee boom was passing, were Li Heng, Li Ma-ch'iao, Li Sing and Hu A-chiao.''"}} Pada tahun 1833, ada sekitar 700 orang Tionghoa di Padang, kebanyakan mereka adalah "orang kaya".{{sfn|Millies|1850|pp=[https://books.google.co.id/books?id=1nNNAAAAcAAJ&pg=PA35&dq=PADANG+ONGEVEer+700+chinezen&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwitpta0xsjpAhXJfX0KHTZSDeIQ6AEIKzAA#v=onepage&q=PADANG%20ONGEVEer%20700%20chinezen&f=false 35]}}
Baris 31:
Tidak hanya menguasai perniagaan barang impor yang dibutuhkan oleh masyarakat Minangkabau di ''darek'', pedagang Tionghoa mulai menggarap perniagaan komoditas ekspor yang berasal dari kawasan [[darek]] atau pedalaman Minangkabau. Pada tahun 1847, seorang Tionghoa bernama [[Lie Saay]] mendapat kontrak pemerintah kolonial Belanda untuk mengangkut kopi, komoditas ekspor Minangkabau yang terkenal masa itu. Lie Saay melalui perusahaan ekspedisi yang ia punya mengangkut kopi dari [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]] ke [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayu Tanam]] serta mengangkut garam dan barang-barang lainnya dalam perjalanan pulang.{{sfnp|Erniwati|2007|pp=46b|ps=: "'Untuk pertama kalinya pada tahun 1847 Lie Saay berhasil membuat kontrak dengan pemerintah kolonial Belanda untuk mengangkut kopi dari Padang
Panjang ke Kayutanam dan mengangkut garam dan barang-barang lainnya dalam perjalanan baliknya.
.''"}} Waktu itu, sarana transportasi hanya didukung oleh jalan setapak
=== Akhir pemerintahan kolonial Belanda ===
|