Bahasa Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
GuerraSucia (bicara | kontrib) Pemakaian a berdiakritik (å) jangan dipakai karena huruf tersebut tidak dipakai dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa, buku tata bahasanya Wedhawati, dan buku pelajaran di sekolah Tag: Pengembalian manual |
||
Baris 6:
|imagecaption=''Basa'' (Bahasa) ditulis dalam aksara Jawa
|states=[[Indonesia]], [[Belanda]], [[Malaysia]], [[Suriname]], [[Kaledonia Baru]], serta negara-negara dengan diaspora Jawa lainnya
|region=
|ethnicity=[[Suku Jawa|Jawa]]
|speakers={{sigfig|68,04|2}} juta [[bahasa ibu|penutur jati]]
Baris 16:
|ancestor2=[[Sastra Jawa Pertengahan|Bahasa Jawa Pertengahan]]
|stand1=Bahasa Jawa Surakarta-Yogyakarta
|script=[[
|nation=[[Daerah Istimewa Yogyakarta]]<ref name="perda-no-2-tahun-2021" />
|agency=Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah<br>Balai Bahasa DI Yogyakarta<br>Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Baris 34:
}}
{{Contains Javanese script}}
'''Bahasa Jawa''' (''Basa Jawa'', [[Aksara Jawa|Hanacaraka]]: ꦧꦱꦗꦮ, [[Pegon]]: باسا جاوا) adalah bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] yang utamanya dituturkan oleh penduduk bersuku [[suku Jawa|Jawa]]
Sejarah tulisan bahasa Jawa bermula sejak abad ke-9 dalam bentuk bahasa [[bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]], yang kemudian berevolusi hingga menjadi bahasa [[#Bahasa Jawa Baru|Jawa Baru]] sekitar abad ke-15. Bahasa Jawa awalnya ditulis dengan [[aksara Brahmik|sistem aksara dari India]] yang kemudian diadaptasi menjadi [[aksara Jawa]], walaupun bahasa Jawa masa kini lebih sering ditulis dengan [[alfabet Latin]]. Bahasa Jawa memiliki tradisi sastra paling tua di antara bahasa-bahasa Austronesia.
Baris 91:
|-
! Semitertutup
| {{IPA|e}}
|
| {{IPA|o}}
|-
! Semiterbuka
| {{IPA|(ɛ)}}
| {{IPA|ə}}
| {{IPA|(ɔ)}}
|-
! Terbuka
Baris 137:
* Fonem {{IPA|/a/}} memiliki dua alofon, yaitu alofon {{IPA|[a]}} yang umumnya muncul dalam suku kata [[penultima]] (kedua terakhir) dan antepenultima (ketiga dari akhir),{{efn|[[Ultima]] merujuk pada suku kata terakhir sebuah kata. Penultima merupakan suku kata kedua dari belakang, dan antepenultima merupakan suku kata ketiga dari belakang.}} baik yang terbuka maupun yang tertutup, serta alofon {{IPA|[ɔ]}} yang dapat muncul dalam suku kata terbuka.{{sfn|Wedhawati, dkk|2006|pp=71–72}} Dalam suku kata terbuka, {{IPA|/a/}} hanya dapat direalisasikan sebagai {{IPA|[ɔ]}} jika suku kata tersebut berada di akhir kata, atau jika suku kata tersebut merupakan suku kata penultima dari kata yang berakhir dengan {{IPA|/a/}}.{{sfn|Nothofer|2009|p=560}}
:{|
| ||''bali''||{{IPA|[
|-
| ||''
|-
| ||''
|}
* Fonem {{IPA|/ə/}} selalu diucapkan sebagai {{IPA|[ə]}}.{{sfn|Wedhawati, dkk|2006|pp=70}}
:{|
| ||''
|-
| ||''
|}
Baris 167:
| {{IPA|n}}
|
| {{IPA|ɲ}}
| {{IPA|ŋ}}
|
|-
! Hambat [[Plosif|letup]]/[[afrikat]]
| {{IPA|p}}
| {{IPA|t}}
| {{IPA|ʈ}}
| {{IPA|tʃ}}
| {{IPA|k}}
| {{IPA|ʔ}}
|-
! [[Frikatif]]{{efn|{{harvcoltxt|Wedhawati, dkk|2006}} tidak memasukkan {{IPA|/ʃ/}} dan {{IPA|/x/}} sebagai fonem pinjaman dalam bahasa Jawa.}}
| {{IPA|(f)}}
| {{IPA|s}}
|
| {{IPA|(ʃ)}}
| {{IPA|(x)}}
| {{IPA|h}}
|-
! [[Likuida]]
|
| {{IPA|l}}
|
|
Baris 199:
|
|
| {{IPA|j}}
|
|
Baris 560:
## Banyumas–Bagelen
## Indramayu–Cirebon
## Tegal–Brebes–Pekalongan
## Banten
# Dialek-dialek yang dipertuturkan di wilayah tengah
## Surakarta–Yogyakarta
## Madiun–Kediri–Blitar
## Semarang–Demak–Kudus–Jepara
## Blora–Rembang–Pati
# Dialek-dialek yang dipertuturkan di wilayah timur
## Surabaya–Malang–Pasuruan
## Banyuwangi (''basa Using'')
|