Sejarah Kabupaten Lumajang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Baris 22:
== Lamajang Tigang Juru dan Arya Wiraraja ==
 
Dalam sejarahnya, wilayah ini sangat berhubungan dengan tokoh bernama [[Arya Wiraraja]] yang kemudian menjadi raja besar di lamajang Tigang Juru. Menurut [[Babad Pararaton]], nama kecilnya adalah Banyak Wide, yang secara etimologis yaitu, "Banyak" adalah biasanya adalah nama yang disandang kaum Brahmana, sedangkan "Wide" yang berarti "Widya" yang berarti pengetahuan. jadi nama banyak wide sendiri berarti brahmana yang punya banyak pengatahuan atau cerdik. Hal ini kemudian sesuai dengan perjalanan kariernya kemudian. Tentang kelahiran Banyak wide, Babad Pararaton menyebutkan, beberapa keterangan yang peting. "Hana ta wongira, babatanganira buyuting Nangka, aran Banyak Wide, sinungan pasenggahan Arya Wiraraja, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon Adipati ing Songenep, anger ing Madura wetan", yang artinya: "Ada seorang hambanya (Kertanegara) merupakan keturunan tetua di Nangka bernama Banyak Wide yang kemudian bergelar Arya Wiraraja dan dijauhkan menjadi adipati [[Kabupaten Sumenep|Sumenep]], Madura wetan". Dari keterangan ini, kita dapat menilai bahwa ia dilahirkan di desa Nangka, namun daerah mana kita belum mengetahui dengan jelas. Ada 3 versi tentang kelahiran Arya Wiraraja yang kita kenal. Pertama, versi dari penulis Sumenep bahwa ia dilahirkan di desa Karang Nangkan Kecamatan Ruberu [[Kabupaten Sumenep|Kabupaten sumenep]]. Kedua, versi tradisional Bali dimana menurut Babad Manik Angkeran, ia dilahirkan di Desa Besakih Kecamatan Rendang [[Kabupaten Karangasem]], [[Bali]]. Ketiga, menurut Mansur hidayat, seoarang penulis sejarah Luamajang bahwa ia dilahirkan di dusun Nangkaan, Desa Ranu Pakis, Kecamatan [[Klakah, Lumajang|Klakah]] [[Kabupaten Lumajang]]. Hal ini berdasarkan analisisnya dimana Pararaton tentang pemindahan Arya Wiraraja ke [[Kabupaten Sumenep|Sumenep]] dalam rangka "dinohken" yang berarti "dijauhkan", sehingga ia dimungkin bukan berasal dari [[Madura]]. Nah, kelahiran Arya Wiraraja dimungiinkan di wilayah Lumajang karena pemindahan kerajaan dari sumenep ke Lamajang pada tahun 1292-1294 [[Masehi]] dimungkinkan sebagai seoarang politisi ulung, ia sudah mengenal betul daerah Lamajang. Demikian pun di sekitar Dusun Nangkaan ini terdapat sebuah situs besar yang pernah di gali tim Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2007 dimana situs ini dimungkinkan adalah pemukiman dengan komplek peribadatannya. Tentang kelahirannya tokoh ini diperkirakan lahir pada tahun 1232 Masehi karena dalam babad Pararaton menyatakan ia ketika mterjadi [[Ekspedisi Pamalayu|ekpedisi Pamalayu]], ia berusia sekitar 43 tahun dan menjadi [[Adipati]] Sumenep di usia 37 tahun. Dalam perjalanan politik selanjutnya, nama Banyak wide atau arya wiraraja lebih mencuat dalam sejarah politik di [[Kerajaan Singasari|kerajaan Singhasari]]
 
[[Prasasti Kudadu]] menyebutkan bahwa ketika [[Raden Wijaya]] melarikan diri bersama 12 pengawal setianya ke Madura, Adipati Arya Wiraraja memberikan bantuan kemudian melakukan kesepakatan "pembagian tanah Jawa menjadi dua" yang sama besar yang kemudian di sebut "Perjanjian Sumenep". Setelah itu Adipati Arya wiraraja memberi bantuan besar-besar kepada Raden Wijaya termasuk mengusahakan pengampunan politik terhadap Prabu Jayakatwang di [[Kota Kediri|Kediri]] dan pembukaan "hutan Terik' menjadi sebuah desa bernama [[Majapahit]]. Dalam pembukaan desa [[Majapahit]] ini sungguh besar jasa Adipati Arya Wiraraja dan pasukan Madura. Raden wijaya sendiri datang di desa Majapahit setelah padi-padi sudah menguning.
 
Kira-kira 10 bulan setelah pendirian desa Majapahit ini, kemudian datanglah pasukan besar Mongol Tar Tar pimpinan Jendral Shih Pi yang mendarat di pelabuhan [[Kabupaten Tuban|Tuban]]. Adipati Arya Wiraraja kemudian menasehati raden wijaya untuk mengirim utusan dan bekerja sama dengan pasukan besar ini dan menawarkan bantuan dengan iming-iming harta rampasan perang dan putri-putri Jawa yang cantik. Setelah dicapai kesepakatan maka diseranglah Prabu Jayakatwang di Kediri yang kemudian dapat ditaklukkan dalam waktu yang kurang dari sebulan. Setelah kekalahan Kediri, Jendral Shih Pi meminta janji putri-putri Jawa tersebut dan kemudian sekali lagi dengan kecerdikan Adipati Arya Wiraraja utusan Mongol dibawah pimpinan Jendral Kau Tsing menjemput para putri tersebut di desa Majapahit tanpa membawa senjata. Hal ini dikarenakan permintaan Arya wiraraja dan Raden Wijaya untuk para penjemputri putri Jawa tersebut untuk meletakkan senjata dikarenakan permohonan para putri yang dijanjikan yang masih trauma dengan senjata dan peperangan yang sering kali terjadi. Setelah pasukan Mongol Tar Tar masuk desa majapahit tanpa senjata, tiba-tiba gerbang desa ditutup dan pasukan Ronggolawe maupun Mpu Sora bertugas membantainya. Hal ini diikuti oleh pengusiran pasukan Mongol Tar Tar baik di pelabuhan Ujung Galuh (Surabya) maupun di Kediri oleh pasukan Madura dan laskar Majapahit. Dalam catatan sejarah, kekalahan pasukan Mongol Tar Tar ini merupakan kekalahan yang paling memalukan karena pasukan besar ini harus lari tercerai berai.
 
Setahun setelah pengusiran pasukan Mongol Tar Tar, menurut [[Kidung Harsawijaya]], sesuai dengan "Perjanjian Sumenep" tepatnya pada 10 Nopember 1293 Masehi, Raden Wijaya diangkat menjadi raja Majapahit yang wilayahnya meliputi wilayah-wilaah [[kota Malang]] (bekas kerajaan Singosari), [[Kabupaten Pasuruan|Pasuruan]], dan wilayah-wilayah di bagian barat sedangkan di wilayah timur berdiri kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin oleh Arya Wiraraja yang kemudian dalam dongeng rakyat [[Kabupaten Lumajang|Lumajang]] disebut sebagai Prabu Menak Koncar I. Kerajaan Lamajang Tigang Juru ini sendiri menguasai wilayah seperti Madura, Lamajang, Patukangan atau [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]] dan Blambangan. Dari pembagian bekas [[Kerajaan Singasari|kerajaan Singosari]] ini kemudian kita mengenal adanya 2 budaya yang berbeda di [[Jawa Timur|Provinsi Jawa Timur]], dimana bekas kerajaan Majapahit dikenal mempunyai budaya Mataraman, sedang bekas wilayah kerajaan Lamajang Tigang Juru dikenal dengan "budaya Pendalungan (campuran Jawa dan Madura)" yang berada di kawasan Tapal Kuda sekarang ini. Prabu Menak Koncar I (Arya Wiraraja)ini berkuasa dari tahun 1293- 1316 Masehi. Sepeninggal Prabu Menak Koncar I (Arya Wiraraja), salah seorang penerusnya yaiti [[Mpu Nambi]] diserang oleh [[Majapahit]] yang menyebabkan Lamajang Tigang Juru jatuh dan gugurnya Mpu Nambi yang juga merupakan patih di Majapahit. Babad Pararaton menceritakan kejatuhan Lamajang pada tahun saka "Naganahut-wulan" (Naga mengigit bulan) dan dalam Babad Negara Kertagama disebutkan tahun "Muktigunapaksarupa" yang keduanya menujukkan angka tahun 1238 Saka atau 1316 Masehi. Jatuhnya Lamajang ini kemudian membuat kota-kota pelabuhannya seperti Sadeng dan Patukangan melakukan perlawanan yang kemudian dikenal sebagai "Pasadeng" atau perang sadeng dan ketha pada tahun 1331 masehi.
 
Ketika [[Hayam Wuruk]] melakukan perjalanan keliling daerah Lamajang pada tahun 1359 Masehi tidak berani singgah di bekas ibu kota Arnon (Situs Biting). Malah perlawanan daerah timur kembali bergolak ketika adanya perpecahan Majapahit menjadi barat dan timur dengan adanya "Perang Paregreg" pada tahun 1401-1406 Masehi. Perlawanan masyarakat Lamajang kembali bergolak ketika [[Babad Tanah Jawi]] menceritakan Sultan Agung merebut benteng Renong (dalam hal ini Arnon atau [[Kutorenon, Sukodono, Lumajang|Kutorenon]]) melalui Tumenggung Sura Tani sekitar tahun 1617 Masehi. Kemudian ketika anak-anak [[Untung Suropati]] terdesak dari [[Kabupaten Pasuruan|Pasuruan]], sekali perlawanan dialihkan dari kawasan Arnon atau [[Situs Biting]] [[Kabupaten Lumajang|Lumajang]].
 
Sejak tahun 1882 Lumajang masih merupakan Distrik ( setingkat Kecamatan ) yang dipimpin oleh seorang Wedono, kemudian tahun 1886 status sistem Pemerintahannya dinaikkan statusnya menjadi daerah Afdeeling ( setingkat Kabupaten ), kapala Pemerintahannya adalah seorang Patih Afdeeling, dan tahun 1929 sistem Pemerintahan di [[Kabupaten Lumajang|Lumajang]] dinaikkan lagi statusnya menjadi [[Kabupaten]], kepala pemerintahannya adalah seorang Bupati.
 
Wedono, Patih Afdeeling dan Bupati yang pernah dan sedang memimpin Lumajang antara lain:
Baris 38:
'''I'''. '''Jaman Pemerintahan Wedono'''
 
1. [[Raden Mas Singowigoeno]], Wedono Distrik Loemadjang ( 1882 - 1886 )
 
'''II.''' '''Jaman Pemerintahan Patih Afdeeling'''
 
2. [[Raden Panji Atmo Kusumo]], Patih Afdeeling Loemadjang ( 1886 - 1890 )
 
3. Raden Mas Singowigoeno, Patih Zelfstandig Afdeeling Loemadjang ( 1890 -1920 )
Baris 70:
14. Drs. Achmad Fauzi ( 1998 - 2008 )
 
15. [[Dr. H. Sjahrazad Masdar]], MA ( 2008 - 2013 )
 
16. [[As'at Malik]] (2013 - 2018)
Satu catatan, ternyata nama besar Arya Wiraraja dan Maha Patih Nambi tidak pernah di munculkan di Kabaupaten Lumajang. Sampai sekarang, belum ada nama Arya Wiraraja dan Maha Patih Nambi sebagai nama jalan dan nama gedung di kota ini
 
17. [[Thoriqul Haq|Thoriqul HAQ]] (2018 - 2023)
 
Satu catatan, ternyata nama besar Arya Wiraraja dan [[Maha Patih Nambi]] tidak pernah di munculkan di [[Kabupaten Lumajang|Kabaupaten Lumajang]]. Sampai sekarang, belum ada nama Arya Wiraraja dan Maha Patih Nambi sebagai nama jalan dan nama gedung di kota ini.
 
Nama Besar Arya Wiraraja Digunakan Sebagai Nama pendopo Kabupaten Lumajang [[Pendopo Arya Wirajraja]] & [[Terminal Minak Koncar]]
 
== Situs Biting (Bekas ibu kota Arya Wiraraja) ==