Dalam beberapa literatur yang beredar menyebutkan bahwa Jamita Mangaraja adalah putera keempat [[Toga Sipoholon]].<ref>{{Cite book|last=Hutagalung|first=W. M.|date=1991|title=PUSTAHA BATAK, Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak|location=|publisher=Tulus Jaya|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>
Para tetua dan tokoh adat marga Situmeang tidak setuju akan tulisan tersebut. Tidak pernahnya keturunan Jamita Mangaraja memakai [[marga]] Sipoholon menjadi salah satu alasan utama para tetua menolak nama Sipoholon dituliskan sebagai ayah kandung Jamita Mangaraja. Bagi para tetua marga Situmeang secara khusus yang bermukim di [[Situmeang Hasundutan, Sipoholon, Tapanuli Utara|Desa Situmeang]], [[Sipoholon, Tapanuli Utara|Kecamatan Sipoholon]], menganggap Sipoholon hanyalah sebagai nama daerah dan bukan nama nenek moyang.
Penamaan Toga Sipoholon ini menjadi kisah yang cukup banyak menuai perdebatan juga di kalangan marga-marga [[Naipospos]] hingga kini.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Toga Sipoholon bukanlah putera Naipospos|url=http://toga-sipoholon.blogspot.com|website=tulisan Ricardo Parulian Sibagariang|access-date=}}</ref>