Alanjung Ahyes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ibuku (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 4:
Pemerintahan Alanjung Ahyes hanya meninggalakan satu bukti sejarah, berupa [[Prasasti Banjaran]] tahun 1052.
 
Prasasti tersebut berisi kisah pelarian Alanjung Ahyes ke hutan Marsma karena ibu kota [[Janggala]] diserang musuh. Ia kemudian berhasil merbut kembali takhta berkat bantuan para pemuka desa Banjaran. Serangan musuh tersebut diyakini berasal dari [[Kadiri]] danyang menewaskanberhasil rajamenyingkirkan [[JanggalaMapanji Garasakan]] sebelumnya,dan yaitukeluarganya keluar dari ibukota Janggala.<ref>{{Cite web|date=2021-04-09|title=Jayati Seni ing Tlatah Jenggala {{!}} beritajatim.com|url=https://beritajatim.com/sorotan/jayati-seni-ing-tlatah-jenggala/|website=beritajatim.com|language=en-US|access-date=2021-12-29}}</ref> (catatan: [[Mapanji Garasakan]] tidak tewas pada tahun 1052, karena pada tahun 1053, masih mengeluarkan [[Prasasti Garaman]].)
 
Tidak diketahui dengan pasti kapan akhir pemerintahan Alanjung Ahyes. Prasasti selanjutnya yang ditemukan ialah [[Prasasti Sumengka]] tahun 1059, dikeluarkan oleh [[Samarotsaha]], yang mengaku sebagai putra [[Airlangga]]. Dengan demikian dapat diperkirakan kalau Alanjung Ahyes tidak memiliki keturunan, atau mungkin mati muda, karena takhta [[Janggala]] selanjutnya jatuh ke tangan pamannya.