Kedokteran hewan di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RianHS (bicara | kontrib)
Baris 21:
 
=== Pendidikan profesi ===
Setelah memperoleh gelar S.K.H., seseorang dapat mengambil pendidikan profesi (koasistensi) yang memerlukan waktu minimum satu tahun. Kurikulum nasional program profesi dokter hewan yaitu patologi veteriner, penyakit dalam, bedah, [[kesehatan masyarakat veteriner]], reproduksi, diagnosis laboratorik, dan ditambah dengan kegiatan di luar kampus. Setelah menyelesaikan koasistensi, seseorang diharuskan menjalani pengambilan sumpah dokter hewan sebelum mendapatkan gelar dokter hewan (drh). Tahapan selanjutnya adalah mendapatkan sertifikat kompetensi melalui kelulusan dalam ujian Sertifikasi Nasional Kompetensi Dokter Hewan.<ref>{{citation|last=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|year=2009|title=Ketetapan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Nomor 01/MP2KH/PDHI/V/2009 tentang Ketentuan Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Persyaratan Substantif, Pendidikan Berkelanjutan, Spesialisasi Profesi dan Kodefikasi|url=https://fkh.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/02/Ketetapan-MP2KH-No.-01-25-Mei-2009.pdf}}</ref> Jumlah dokter hewan di Indonesia sendiri berkisar dari 15 ribu<ref>{{Cite web|date=28 Januari 2022|title=Indonesia Kekurangan 55 ribu Dokter Hewan|url=https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/indonesia-kekurangan-55-ribu-dokter-hewan-1xOasPx9VZ9|website=Kumparan|access-date=8 April 2022}}</ref> hingga 20 ribu orang.<ref>{{Cite web|date=5 Oktober 2020|title=Jumlah Dokter Hewan di Indonesia Tak Sampai Setengah dari yang Dibutuhkan|url=https://portal.pdhi.or.id/berita/detail/jumlah-dokter-hewan-di-indonesia-tak-sampai-setengah-dari-yang-dibutuhkan|website=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|access-date=8 April 2022}}</ref>
 
=== Pascasarjana ===
Baris 30:
 
== Riset dan publikasi ==
Para dokter hewan dan ilmuwan terkait yang bekerja sebagai peneliti, misalnya di [[Balai Besar Penelitian Veteriner]] Bogor, dan para dosen memublikasikan hasil riset mereka dalam konferensi ilmiah, seperti Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional (KIVNAS) yang diselenggarakan setiap dua tahun.<ref>{{Cite web|title=KIVNAS|url=https://kivnas.com/|website=Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional|access-date=6 April 2022}}</ref> Beberapa [[jurnal ilmiah]] yang diterbitkan untuk memuat hasil riset di bidang kedokteran hewan di antaranya:
 
* ''[[Jurnal Kedokteran Hewan]]'' yang diterbitkan Universitas Syiah Kuala,<ref>{{Cite web|title=Jurnal Kedokteran Hewan|url=http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKH|website=Universitas Syiah Kuala|access-date=6 April 2022}}</ref>
Baris 42:
== Penerapan ilmu ==
[[Berkas:Two Indonesia medical veterinarians examining a cat.jpg|thumb|Dua orang dokter hewan sedang memeriksa kucing]]
Ilmu kedokteran hewan diterapkan oleh dokter hewan, dan dalam lingkup yang lebih terbatas, oleh sarjana kedokteran hewan dan [[paramedik veteriner]]. Ketiganya digolongkan sebagai tenaga kesehatan hewan. Jumlah dokter hewan di Indonesia berkisar dari 15 ribu<ref>{{Cite web|date=28 Januari 2022|title=Indonesia Kekurangan 55 ribu Dokter Hewan|url=https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/indonesia-kekurangan-55-ribu-dokter-hewan-1xOasPx9VZ9|website=Kumparan|access-date=8 April 2022}}</ref> hingga 20 ribu orang.<ref>{{Cite web|date=5 Oktober 2020|title=Jumlah Dokter Hewan di Indonesia Tak Sampai Setengah dari yang Dibutuhkan|url=https://portal.pdhi.or.id/berita/detail/jumlah-dokter-hewan-di-indonesia-tak-sampai-setengah-dari-yang-dibutuhkan|website=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|access-date=8 April 2022}}</ref>
 
Ranah pekerjaan dokter hewan dapat ditinjau dari berbagai aspek. Berdasarkan tipe hewan yang dilayani, dokter hewan dapat menangani [[hewan kesayangan]], hewan [[ternak]], hingga [[Kehidupan liar|satwa liar]].{{sfn|Prima dkk.|2021|p=1-5}} Pencinta dan pemilik hewan kesayangan, misalnya anjing, kucing, dan burung, hingga [[Hewan peliharaan eksotis|hewan eksotis]] seperti ular dan iguana, telah menyadari pentingnya kesehatan hewan sehingga memerlukan jasa dokter hewan.<ref>{{Cite web|last=|date=18 Juli 2019|title=Persatuan Dokter Hewan Perbaiki Sistem Perizinan Praktik|url=https://www.antaranews.com/berita/963584/persatuan-dokter-hewan-perbaiki-sistem-perizinan-praktik|website=Antara News|access-date=19 Oktober 2021}}</ref> Ternak, yakni hewan yang dipelihara untuk tujuan ekonomi, seperti sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia, perlu dijaga kesehatannya. Pangan yang berasal dari hewan sakit dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Oleh karena itu, kesehatan sapi, kambing, domba, babi, ayam, dan itik yang tergolong dalam sektor peternakan, serta ikan dan udang yang tergolong dalam sektor perikanan, termasuk dalam pengawasan dokter hewan.<ref>{{Cite web|date=7 Oktober 2020|title=Mengurai Peranan Kesehatan Hewan di Sektor Peternakan dan Perikanan|url=http://portal.pdhi.or.id/berita/detail/mengurai-peranan-kesehatan-hewan-di-sektor-peternakan-dan-perikanan|website=PDHI|access-date=19 Oktober 2021}}</ref> Terhadap satwa liar, dokter hewan menangani kesehatannya agar mereka tetap sintas dan terjaga kelestariannya. Harimau sumatra, gajah sumatra, macan dahan, dan beruang madu merupakan [[Daftar tumbuhan dan satwa dilindungi di Indonesia|satwa dilindungi]] yang sering kali terluka akibat perburuan liar dan membutuhkan perawatan dokter hewan.<ref>{{Cite web|date=20 April 2021|title=Kisah Dokter Yanti, Belasan Tahun Jadi 'Pahlawan' Bagi Satwa Liar di Hutan Sumatra Semua Halaman|url=https://www.merdeka.com/sumut/kisah-dokter-yanti-belasan-tahun-jadi-pahlawan-bagi-satwa-liar-di-hutan-sumatra.html|website=Merdeka|language=|access-date=19 Oktober 2021}}</ref>