Pulau Sapudi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 15:
 
==Sejarah==
Diceritakan, dahulu sekali Pulau Sapudi bermakna "Pulau Sapi" karena jumlah [[sapi]] yang lebih banyak dari jumlah penduduknya. Dahulu Sapudi dipimpin oleh seorang raja yang beragama [[Hindu]], yang dianut pula oleh mayoritas masyarakatnya.<ref name=sahid>Athwa (Januari 1994). "Mencari Si Raja Sapi di Pulau Sapudi". ''[[Suara Hidayatullah]]''. '''6'''(9):68{{spaced ndash}}71. Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Pusat Balikpapan.</ref> Sunan Wirokromo Blingi dan Sunan Wirobroto Nyamplong yang berasal dari Sumenep kemudian mengadakan perubahan terhadap Pulau Sapudi, kedua Sunan ini yang menjadi sesepuh tertua di Pulau Sapudi, juga mengadakan dakwah di sana. Lambat laun, dakwah yang berlangsung di sana memakai metode kesenian [[ludruk]].<ref name=sahid/> Akibatnya terasa pada sejumlah nama desa yang diberi nama alat-alat musik ludruk, serupa desa Gendang, desa Tukong (dari kata "[[gong]]"), dan lain-lain. Instrumen-instrumen musik itu memberi arti bagi sejarah desa-desa tersebut.<ref name=sahid/> Sampai saat ini, makam dua sunan itu banyak didatangi penziarah, selain orang Sapudi sendiri yang berziarah, juga banyak orang-orang dari luar Sapudi. Makam keramat kedua sunan ini terletak di dua tempat terpisah yaitu, Sunan Wirokromo di desa Belingi, kecamatan Gayam dan Sunan Wirobroto di desa Nyamplong, kecamatan Gayam.<ref>{{cite web|url=https://jatimnow.com/amp/baca-7812-mengenal-pulau-sapudi-dibuka-dua-sunan-dan-terkenal-karapan-sapinya|date=11 Oktober 2018|author=Erwin Yohanes, Irul Ramdani|title=Mengenal Pulau Sapudi, Dibuka Dua Sunan Dan Terkenal Karapan Sapinya|website=jatimnow.com|access-date=24 April 2022|language=id}}</ref>
 
==Demografi==
Pulau Sapudi mayoritas dihuni oleh [[suku Madura]] karena jaraknya yang cukup dekat dengan pulau Madura dengan minoritas [[suku Bajo]], [[Suku Mandar|Mandar]], [[suku Bugis|Bugis]], dan [[suku Kangean|Kangean]] yang merupakan masyarakat maritim. Bahasa utama yang dituturkan di Pulau Sapudi adalah [[bahasa Sapudi]] yang merupakan dialek dari [[bahasa Madura]] dan bahasa lainnya seperti [[bahasa Bajo]] dan [[bahasa Mandar]]. Mayoritas orang Sapudi beragama [[Islam]] dengan pengaruh budaya setempat yang masih melekat didalamnya.<ref name=sahid>Athwa (Januari 1994). "Mencari Si Raja Sapi di Pulau Sapudi". ''[[Suara Hidayatullah]]''. '''6'''(9):68{{spaced ndash}}71. Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Pusat Balikpapan.</ref>