Dalang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Selama mengikuti ayahnya "''ndalang''" dalam kurun waktu yang lama—dari kecil hingga remaja—inilah proses pembelajaran itu terjadi dengan sangat alami, dan rata-rata anak dalang akan bisa mendalang setelah besar nanti. Tetapi banyak juga seorang anak dalang tidak akan menjadi dalang di kelak kemudian hari, karena mempunyai pilihan hidup sendiri, misalnya berprofesi menjadi pegawai negeri, swasta, TNI, dan sebagainya.
 
Tetapi fenomena itu tidak selamanya benar, dengan adanya sekolah-sekolah pedalangan baik setingkattingkat SMUSMK dan perguruan tinggi, seperti Jurusan Pedalangan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta (STSI) misalnya (sekarang Institut Seni Indonesia Surakarta), mencetak [[sarjana]] pedalangan yang tidak hanya mumpuni memainkan wayang tetapi juga berwawasa luas dan berpikir kritis. Dalam perguruan tinggi inilah lahir pula dalang yang bukan dari [[keturunan]] seorang dalang, tetapi hanya seseorang yang mempunyai niat yang kuat untuk belajar dalang dan akhirnya bisa mendalang.
[[Berkas:Dalang Cilik di Ibu Kota.jpg|jmpl|Seorang dalang cilik di Jakarta]]
Kata dalang ada yang mengartikan berasal dari kata ''[[dahyang]]'', yang berarti juru penyembuh berbagai macam penyakit. Dalang dalam "''jarwo dhosok''" diartikan pula sebagai "''[[ngudal piwulang]]''" (membeberkan ilmu), memberikan pencerahan kepada para penontonya. Untuk itu seorang dalang harus mempunyai bekal keilmuan yang sangat banyak. Berbagai bidang ilmu tentunya harus dipelajari meski hanya sedikit, sehingga ketika dalam membangun isi dari cerita bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai kekinian.