Tarekat Wetu Telu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 10:
=== Awal mula ===
[[kerajaan]] [[Majapahit]] dari [[Jawa Timur]] masuk ke [[Lombok]] dan memperkenalkan [[Agama Hindu|Hindu]]-[[Budha]].<ref name=":9" /> Setelah dinasti Majapahit runtuh, Islam masuk pada abad ke-13 dari [[Barat laut]] melalui [[raja]]-raja [[Muslim]] [[Jawa]].<ref name=":9" /> Orang-orang [[Makasar]] pada abad ke-16 tiba di Lombok Timur dan mendakwahkan [[Sunni|Islam Sunni]].<ref name=":9" /> Mereka berhasil mengubah hampir seluruh orang Sasak untuk masuk dalam Islam, meski kebanyakan mereka masih mencampurkan Islam dengan kepercayaan [[lokal]] yang non-Islami.<ref name=":9" /> Kerajaan Bali menduduki [[Lombok Barat]] sekitar abad ke-17 dan pada tahun 1740 berhasil mengalahkan kerajaan Makasar.<ref name=":9" /> [[Pemerintahan]] [[Bali]] memperlihatkan kearifan dan toleransi yang besar terhadap orang Sasak dengan membiarkan mereka mengikuti agama mereka sendiri.<ref name=":9" /> Tuan Guru, merasa tertekan dan bergabung bersama-sama untuk memimpin banyak pemberontakan kecil melawan Bali.<ref name=":9" /> Kendati tidak berhasil. Kekalahan ini mendorong [[bangsawan]] Sasak meminta campur tangan [[militer]] [[Belanda]] untuk masuk ke Lombok dalam rangka memerangi Kerajaan Bali.<ref name=":9" /> Ketika Belanda berhasil menaklukkan dan mengusir Kerajaan Bali dari Lombok, alih-alih mengembalikan kembali kekuasaan bangsawan Sasak terhadap Lombok, mereka justru menjadi [[penjajah]] baru terhadap Sasak.<ref name=":9" /> Para pemimpin Islam, Tuan Guru, yang sebelum kedatangan Belanda telah melakukan [[dakwah]] untuk mensyiarkan ajaran-ajaran Islam di kalangan Wetu Telu.<ref name=":9" /> Akhirnya menjadikan Islam sebagai dasar perjuangan [[ideologis]] untuk melawan penjajah Belanda yang dianggap [[kafir]].<ref name=":9" /> Sepanjang pemerintahan [[Kolonial]] Belanda, Tuan Guru mengalihkan gerakan dakwah mereka menjadi pemberontakan-pemberontakan lokal yang bernuansa ideologis Islam untuk mengalahkan Belanda.<ref name=":9" /> Selama era kolonialisasi Belanda, gerakan dakwah pimpinan Tuan Guru makin meningkatkan polarisasi antara Wetu Telu dan Waktu Lima.<ref name=":9" /> Jika [[kelompok]] pertama memberikan loyalitas mereka kepada para bangsawan Sasak sebagai pemimpin tradisional dan terus memuja [[adat]] lokal, kelompok kedua mengikuti Tuan Guru sebagai pemimpin keagamaan [[kharismatik]] mereka.<ref name=":9">{{Cite journal|last=Khair|first=Muhammad Rodinal|last2=Junaedi|first2=Rusli Akhmad|last3=Ikhsan|first3=Muhammad Faisal Nur|last4=Yusrifa|first4=Fitria|date=2016-08-27|title=MENEROPONG STRATEGI KEBUDAYAAN MELALUI KESADARAN HISTORIS “PANTANG MELUPAKAN LELUHUR” ISLAM WETU TELU|url=https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/12785|journal=Jurnal Filsafat|language=id|volume=26|issue=2|pages=249–271|doi=10.22146/jf.12785|issn=2528-6811}}</ref>
=== Setelah penjajahan ===
|