Aseksualitas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Edra Biru (bicara | kontrib)
k Kelaziman: menyunting referensi
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Edra Biru (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 54:
 
=== Orientasi seksual, kesehataan mental, dan penyebab ===
Ada perdebatan besar mengenai apakah aseksualitas merupakan orientasi seksual.<ref name="Sex and society"/><ref name="Bogaert 2015"/> Aseksualitas telah dibandingkan dan disamakan dengan [[hypoactive sexual desire disorder|hypoactive sexual desire disorder/gangguan hasrat seksual hipoaktif]] (HSDD), bahwa keduanya mengimplikasikan kekurangan ketertarikan seksual secara umum pada siapapun; HSDD telah dipergunakan untuk secara medis merawat aseksualitas, tapi aseksualitas secara umum tidak dianggap sebagai gangguan atau [[sexual dysfunction|disfungsi seksual]] (seperti [[anorgasmia]], [[anhedonia]], dll.), karena aseksualitas tidak berarti mendifinisikan seseorang memiliki masalah medis atau masalah yang berhubungan dengan orang lain secara sosial.<ref name="DePaulo"/><ref name="Richards and Barker"/><ref name="Reconsidering Asexuality">{{cite journal|last=Chasin|first=CJ DeLuzio|title=Reconsidering Asexuality and Its Radical Potential|journal=Feminist Studies|year=2013|volume=39|issue=2|page=405|doi=10.1353/fem.2013.0054|s2cid=147025548|url=http://cj.chasin.ca/Chasin_Reconsidering.Asexuality_FS.Vol39.2_2013.pdf|access-date=29 April 29, 2014|archive-date=March3 3,Maret 2014|archive-url=https://web.archive.org/web/20140303164252/http://cj.chasin.ca/Chasin_Reconsidering.Asexuality_FS.Vol39.2_2013.pdf|url-status=live}}</ref> Tak seperti orang yang memiliki HSDD, orang-orang aseksual secara normal<!--CATATAN: "Secara normal" dipergunakan di sini karena, seperti yang diperlihatkan sumber di bawah ini, sebagian orang yang mengidentifikasi diri sebagai aseksual mengalami gangguan seperti ini. --> tidak mengalami "penanda kesulitan" dan "penderitaan antarpersonal" berkaitan dengan perasaan terhadap seksualitas mereka,<!--CATATAN: "Mengenai perasaan terhadap seksualitas mereka" dipergunakan di sini karena seseorang mungkin mengalami salah satu dari gangguan-gangguan ini, apapun seksualitas mereka.--> atau secara umum kekurangan [[sexual arousal|gairah seksual]]; aseksualitas dianggap kekurangan atau ketiadaan ketertarikan seksual sebagai karakteristik yang ditanggung selama hidup.<ref name="Bogaert2006"/><ref name="Richards and Barker"/> Salah satu kajian menemukan bahwa, dibandingkan dengan subjek HSDD, aseksual melaporkan tingkat yang lebih rendah dari [[sexual desire|hasrat seksual]], pengalaman seksual, penderitaan yang berkenaan dengan seks, dan gejala-gejala [[Depression (mood)|depresif]].<ref name="brotto2015">{{cite journal | author1 = Brotto, L. A. |author2=Yule, M. A. |author3=Gorzalka, B..B. |s2cid=30504509 | year = 2015 | title = Asexuality: An Extreme Variant of Sexual Desire Disorder? | journal = The Journal of Sexual Medicine | doi=10.1111/jsm.12806 |pmid=25545124 | volume=12 | issue = 3 | pages=646–660}}</ref> Peneliti Richards dan Barker melaporkan bahwa aseksualitas tidak memiliki kadar [[alexithymia]], depresi, atau [[personality disorder|gangguan kepribadian]].<!--CATATAN: Bagian "menarik diri secara sosial" tidak disertakan karena informasi yang bertentangan dalam hal itu, yang didiskusikan dalam bagian "Kesehatan mental" di halaman bicara Aseksualitas (versi bahasa Inggris). --><ref name="Richards and Barker"/> Namun, sebagian orang mungkin mengidentifikasi diri aseksual meskipun kondisi nonseksual mereka dijelaskan oleh salah satu atau lebih gangguan yang disebut di atas.<ref name="Cerankowski and Milks 2">{{cite book|author=Karli June Cerankowski|author2=Megan Milks|title=Asexualities: Feminist and Queer Perspectives|isbn=978-1-134-69253-8|publisher=[[Routledge]]|year=2014|page=246|access-date=July3 3,Juli 2014|url=https://books.google.com/books?id=XbgTAwAAQBAJ&pg=PT246|archive-date=12 September 12, 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20150912115307/https://books.google.com/books?id=XbgTAwAAQBAJ&pg=PT246|url-status=live}}</ref>
 
Kajian pertama yang memberikan data empiris mengenai aseksual diterbitkan pada tahun 1983 yang ditulis oleh Paula Nurius, mengenai hubungan antara orientasi seksual dan kesehatan mental.<ref name="Ruspini">{{cite book|author=Elisabetta Ruspini|author2=Megan Milks|title=Diversity in family life|isbn=978-1447300939|publisher=[[Policy Press]]|year=2013|pages=35–36|access-date=January 4, Januari 2017|url=https://books.google.com/books?id=AjMbAgAAQBAJ&pg=PA35|archive-date=July 26, Juli 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20200726100946/https://books.google.com/books?id=AjMbAgAAQBAJ&pg=PA35|url-status=live}}</ref> 689 subjek—sebagian besar merupakan mahasiswa dari berbagai universitas di Amerika Serikat yang sedang mempelajari kelas-kelas psikologi atau sosiologi—diberi beberapa survei, termasuk empat skala kesehatan diri klinis. Hasilnya memperlihatkan aseksual lebih mungkin memiliki harga diri yang rendah dan lebih mungkin mengalami depresi daripada anggota orientasi seksual lainnya; 25.88% dari heteroseksual, 26.54% biseksuals (yang juga disebut "ambiseksual"), 29.88% homoseksual, dan 33.57% aseksual yang dilaporkan bermasalah dengan harga diri. Kecenderungan yang sama juga muncul bagi depresi. Nurius tidak percaya kesmpulan tegas dapat ditarik dari hal ini karena berbagai alasan.<ref name="Ruspini"/><ref name="Nurius">{{Cite journal | doi = 10.1080/00224498309551174 | last1 = Nurius | first1 = Paula | year = 1983| title = Mental Health Implications of Sexual Orientation | journal = The Journal of Sex Research | volume = 19 | issue = 2| pages = 119–136 }}</ref>
 
Dalam kajian tahun 2013, Yule et al. melihat variasi kesehatan mental antara Kaukasia yang heteroseksual, homoseksual, biseksual, dan aseksual. Hasilnya dari peserta 203 laki-laki dan 603 perempuan termasuk dalam temuan-temuannya. Yule et al. menemukan peserta laki-laki aseksual lebih mungkin dilaporkan mengalami gangguan suasana hati daripada laki-laki lainnya, khususnya bila dibandingkan dengan peserta heteroseksual. Hal yang sama juga ditemukan pada peserta perempuan aseksual dibanding dengan yang heteroseksual; namun, perempuan nonaseksual dan nonhetereseksual memiliki angka tertinggi. Peserta aseksual dari kedua jenis kelamin lebih mungkin memiliki gangguan kecemasan daripada peserta heteroseksual dan nonheteroseksual, karena mereka lebih mungkin daripada peserta heteroseksual participants dilaporkan memiliki perasaan bunuh diri dalam waktu yang belum lama berlalu. Yule et al. mengajukan hipotesis bahwa sebagian dari perbedaan ini mungkin karena diskriminasi dan faktor-faktor sosial lainnya.<ref name=":3">{{cite journal | last1 = Yule | first1 = Morag A. | last2 = Brotto | first2 = Lori A. | last3 = Gorzalka | first3 = Boris B. | s2cid = 147120909 | year = 2013 | title = Mental Health and Interpersonal Functioning in Self-Identified Asexual Men and Women | journal = Psychology & Sexuality | volume = 4 | issue = 2| pages = 136–151 | doi = 10.1080/19419899.2013.774162 }}</ref>
Baris 62:
Berkenaan dengan kategori orientasi seksual, aseksualitas mungkin diperdebatkan bukan merupakan kategori yang berarti untuk ditambahkan pada rangkaiannya, dan malah diperdebatkan sebagai kekurangan orientasi seksual atau seksualitas.<ref name="Bogaert 2015"/> Argumen lainnya berpendapat bahwa aseksualitas merupakan penyangkalan seksualitas alami seseorang, dan merupakan gangguan yang disebabkan oleh rasa malu terhadap seksualitas, kecemasan atau [[sexual abuse|pelecehan seksual]], terkadang mendasarkan keyakinan ini pada aseksual yang bermasturbasi atau sesekali terlibat dalam aktivitas seksual hanya untuk menyenangkan pasangan asmara.<ref name="Bogaert 2015"/><ref name="Bridgeman"/><ref name="More to life"/> Dalam konteks identitas politik orientasi seksual, aseksualitas mungkin secara pragmatis memenuhi fungsi politik satu kategori identitas orientasi seksual.<ref name="ReferenceA"/>
 
Pendapat bahwa aseksualitas merupakan disfungsi seksual merupakan kontroversi di antara komunitas aseksual. Mereka uang mengidentifikasi diri sebagai aseksual biasanya memilih diakui sebagai orientasi seksual.<ref name="Sex and society"/> Para akademisi yang berpendapat bahwa aseksualitas merupakan orientasi seksual dapat menunjuk pada keberadaaan pilihan seksual yang berbeda.<ref name="Bogaert 2015"/><ref name="Halter"/><ref name="More to life"/> Mereka dan banyak orang-orang aseksual meyakini bahwa kekurangan ketertarikan seksual cukup valid untuk dikategorikan sebagai orientasi seksual.<ref name="Decker">{{cite book|last1=Decker|first1=Julie Sondra|title=The Invisible Orientation: An Introduction to Asexuality|date=2015|publisher=Skyhorse Publishing|location=New York City, New York|isbn=978-1-5107-0064-2|url=https://books.google.com/books?id=PQYQCwAAQBAJ&pg=PT162|access-date=January 10, Januari 2018|archive-date=July26 26,Juli 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20200726100704/https://books.google.com/books?id=PQYQCwAAQBAJ&pg=PT162|url-status=live}}</ref> Para peneliti berpendapat bahwa aseksual tidak memilih untuk tidak memiliki hasrat seksual, dan secara umum mukai menemukan perbedaan mereka dalam perilaku seksual sekitar masa remaja. Karena fakta-fakta ini muncul, memang beralasan bahwa aseksualitas lebih dari sekadar pilihan perilaku dan bukan sesuatu yang dapat disembuhkan seperti gangguan.<ref name="More to life"/><ref name="Koukounas">{{cite journal | last1= Over | first1= Ray | last2= Koukounas | first2= Eric | year= 1995 | title= Habituation of Sexual Arousal: Product and Process | journal= Annual Review of Sex Research | volume= 6 | issue= 1 | pages= 187–223 | doi= 10.1016/S0301-0511(01)00096-5 | url= http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/10532528.1995.10559905 | access-date= January 20, Januari 2013 | archive-date= 23 September 23, 2019 | archive-url= https://web.archive.org/web/20190923043739/https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/10532528.1995.10559905 | url-status= live }}<br />Cited from: {{cite book |last= Kelly |first= Gary F. |title=Sexuality Today: The Human Perspective |edition= 7th |year=2004 |publisher=[[McGraw-Hill]] |isbn=978-0-07-255835-7 |page=401}}</ref> Ada juga analisis mengenai apakah mengidentifikasi diri sebagai aseksual menjadi lebih populer.<ref>{{Cite journal|last=Meyer|first=Doug|s2cid=151482192|title=The Disregarding of Heteronormativity: Emphasizing a Happy Queer Adulthood and Localizing Anti-Queer Violence to Adolescent Schools|journal=Sexuality Research & Social Policy|volume=14|issue=3|pages=331–344|doi=10.1007/s13178-016-0272-7|year=2017}}</ref>
 
Penelitian mengenai etiologi orientasi seksual ketika diterapkan pada aseksualitas memiliki masalah definisi orientasi seksual yang tidak konsisten dengan definisi para peneliti yang memasukkan aseksualitas.<ref>{{Cite book | pmid = 19955753 | doi=10.1159/000262525 | volume=17 | title=Sexual hormones and the brain: an essential alliance for sexual identity and sexual orientation | year=2010 | journal=Endocr Dev | pages=22–35 | last1 = Garcia-Falgueras | first1 = A | last2 = Swaab | first2 = DF| series=Endocrine Development | isbn=978-3-8055-9302-1 }}</ref> Ketika heteroseksualitas, homoseksualitas, dan biseksualitas biasanya, tapi tidak selalu, ditentukan selama tahun-tahun awal kehidupan sebelum masa remaja, tidak diketahui kapan aseksualitas dapat ditentukan. "Tidak jelas apakah karakteristik ini [yaitu, "kekurangan ketertarikan dalam atau hasrat untuk seks"] berlaku sepanjang hidup, ataukah diperoleh."<ref name="Prause"/>