Bahasa Melayu Modern: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 68:
}}
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia relatif terbuka untuk menampung pengaruh dari bahasa suku bangsa Indonesia yang lain, terutama [[Bahasa Jawa|Jawa]] sebagai suku bangsa mayoritas di Indonesia, [[bahasa Belanda]] sebagai penjajah terdahulu, dan [[bahasa Inggris]] sebagai bahasa antarbangsa. Akibatnya, bahasa Indonesia mempunyai sumber kata pinjaman yang lebih luas dibandingkan dengan bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia, Singapura, dan Brunei. Telah dikemukakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa buatan yang dibuat pada tahun 1928.<ref name="UU No 24/2009">{{cite act|type=
Bentuk ortografis dominan bahasa Melayu Modern berdasarkan aksara Romawi atau [[Alfabet Latin|Latin]], [[Ortografi bahasa Melayu|alfabet bahasa Melayu]], pertama kali dikembangkan pada awal abad ke-20. Oleh sebab negara-negara berbahasa Melayu dibagi antara dua [[Administrasi|penadbiran]] penjajah (Belanda dan Britania), dua ortografi utama telah dikembangkan di [[Hindia Belanda|Hindia Timur Belanda]] dan [[Malaya Britania]] masing-masing, dipengaruhi ortografi bahasa penjajah masing-masing. Pada tahun 1901, [[Ejaan Van Ophuijsen|Sistem Ejaan Van Ophuijsen]] (1901–1947) menjadi ortografi baku untuk bahasa Melayu di Hindia Timur Belanda. Pada tahun berikutnya, pemerintah [[Negeri-Negeri Melayu Bersekutu|Negeri-Negeri Melayu Berserikat]] telah membentuk sebuah panitia ortografis yang dipimpin oleh Tuan [[Richard James Wilkinson]] yang kemudian mengembangkan Sistem Ejaan Wilkinson (1904–1933). Sistem-sistem ejaan ini nantinya akan digantikan oleh [[Ejaan Republik|Sistem Ejaan Republik]] (1947–1972) dan Sistem Ejaan Za'ba (1933–1942) masing-masing. Selama [[Pendudukan Malaya, Borneo Utara, dan Sarawak oleh Jepang|Pendudukan Jepang di Malaya]] dan [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|Indonesia]], muncul suatu sistem yang seharusnya menyeragamkan sistem di kedua negara. Sistem yang dikenal sebagai Fajar Asia tampaknya menggunakan sistem penulisan vokal Republik dan sistem penulisan konsonan Malaya. Sistem ini hanya ada selama pendudukan. Pada tahun 1972, suatu [[Deklarasi|pengisytiharan]] telah dibuat untuk [[Ortografi|sistem ejaan]] bersama di kedua negara yang dikenal sebagai [[Ejaan Rumi Baharu]] di Malaysia dan [[Ejaan yang Disempurnakan|Sistem Ejaan Yang Disempurnakan]] di Indonesia. Dengan pengenalan sistem ejaan umum yang baru ini, semua dokumen [[Administrasi|tata usaha]], bahan pengajaran dan pembelajaran serta semua bentuk komunikasi tertulis didasarkan pada sistem ejaan yang relatif seragam yang [[Efektivitas|berhasil guna]] dan [[Efisiensi|berdaya guna]], terutama dalam [[Administrasi|tata usaha]] dan pendidikan nasional.
Walaupun [[Ortografi bahasa Melayu|alfabet bahasa Melayu]] digunakan secara meluas dan terlembaga, [[abjad Jawi]] tetap menjadi salah satu dari dua aksara resmi di [[Brunei]] dan digunakan sebagai aksara alternatif di [[Malaysia]]. Penggunaan Jawi sehari-hari dipertahankan di kawasan berpenduduk Melayu yang lebih konservatif seperti [[Provinsi Pattani|Patani]] di Thailand dan [[Kelantan]] di Malaysia. Aksara tersebut digunakan untuk [[Administrasi|penadbiran]] agama dan budaya Melayu di [[Terengganu]], [[Kelantan]], [[Kedah]], [[Perlis]], dan [[Johor]]. Pengaruh aksara tersebut masih ada di [[Sulu]] dan [[Marawi]] di Filipina, sedangkan abjad Jawi di Indonesia masih digunakan secara meluas di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, tempat rambu-rambu jalan dan rambu-rambu gedung pemerintahan ditulis dalam aksara tersebut.<ref>{{cite act |type=
== Tokoh-tokoh ==
|