Dosni Roha Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 12:
Akan tetapi, dalam perkembangannya memasuki pertengahan 2000-an, perusahaan ini mulai mengalami tekanan pada bisnis taksinya. Tercatat, pasca kenaikan harga bahan bakar di tahun 2005, kinerja perusahaan mulai menurun. Penurunan ini direfleksikan dalam harga sahamnya yang merosot sampai Rp 47, dan ancaman BEJ bahwa sahamnya bisa di-''delisting'' pada tahun 2010 jika tidak kunjung memperbaiki keadaannya. Sempat juga perusahaan ini disuspensi perdagangannya akibat tidak membayar biaya pencatatan reguler.<ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-798821/duh-nasib-emiten-di-bawah-gocap Duh! Nasib Emiten di Bawah Gocap]</ref> Belum lagi dengan adanya kasus [[lumpur Lapindo]] di [[Sidoarjo]], diakui manajemen membuat kinerjanya menurun, karena harga BBG, adanya penutupan jalan sehingga waktu tempuh lebih lama, dan menurunnya produktivitas karyawan. Tekanan ini membuat perusahaan merugi, dari Rp 9,4 miliar pada 2006 dan Rp 8,2 miliar pada 2007 serta pendapatan menurun dari Rp 39,3 miliar menjadi Rp 27,4 miliar pada periode yang sama. Untuk mengatasinya, perusahaan mulai melakukan efisiensi, tidak melakukan penambahan armada baru dan berusaha memaksimalkan sarana yang ada demi menciptakan keuntungan.<Ref>[https://economy.okezone.com/read/2008/02/19/21/84952/zebra-nusantara-targetkan-pendapatan-rp30-m Zebra Nusantara Targetkan Pendapatan Rp30 M]</reF><ref>[https://economy.okezone.com/read/2008/02/19/21/84890/akibat-lumpur-lapindo-pendapatan-zebra-turun-30 Akibat Lumpur Lapindo, Pendapatan Zebra Turun 30%]</ref> Selain itu, diversifikasi juga berusaha dilakukan dengan mendirikan ''dry port'' bersama PT [[Kereta Api Indonesia]] di [[Jababeka]], [[Bekasi]] dengan modal Rp 400-500 miliar.<Ref>[https://economy.okezone.com/read/2008/02/19/19/84942/zebra-nusantara-bangun-dry-port-di-jababeka Zebra Nusantara Bangun Dry Port di Jababeka]</ref> Sebagai upaya realisasinya telah didirikan PT Zebra International Dry Port pada 12 September 2008,<ref name=armadx/> sedangkan pembangunannya direncanakan akan dilakukan pada 2008-2010.<ref>[https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/117462/zebra-nusantara-bangun-dry-port Zebra Nusantara Bangun Dry Port]</ref>
Usaha perbaikan lain pun dicanangkan, seperti mencari modal segar lewat penjualan atau penggadaian aset, upaya peremajaan armadanya (yang sudah merosot menjadi 380 unit) dan menambahnya menjadi 600 unit dengan [[sedan]] [[Proton]], upaya mengembangkan bisnis [[SPBU]] BBG, dan mengembangkan layanan transportasi antarkota dengan [[MPV]].<ref>[https://www.republika.co.id/berita/96859/zebra-nusantara-ganti-manajemen Zebra Nusantara Ganti Manajemen]</ref> Di tahun 2010 juga, dalam rangka pengembangan usaha BBG, aset BBG perusahaan telah dialihkan ke [[anak usaha]] PT Zebra Energi.<ref name=teksi/> Pada tahun 2011, perusahaan bersama pemegang sahamnya, PT Infiniti Wahana dan Shenzen Hashi Future Parking Equipment Co. menawarkan ke Pemprov [[DKI Jakarta]] untuk mengoperasikan teknologi baru [[Transit Elevated Bus|straddling bus]] bersistem [[bangun-guna-serah]] (BOT) sebagai pengganti [[monorel]] yang diharapkan akan selesai proyeknya pada tahun 2013 untuk rute [[Blok M]]-Kota.<ref>[https://metro.tempo.co/read/357894/bus-ngangkang-bisa-beroperasi-januari-2013 Bus 'Ngangkang' Bisa Beroperasi Januari 2013]</ref> Namun, sayangnya semakin lama, bisnis perusahaan ini pun makin menurun, ditunjukkan dengan makin merosotnya kualitas taksi Zebra di mata pelanggannya
==Rujukan==
{{reflist}}
|